PERBEDAAN
KEHIDUPAN SOSIAL DI DESA DAN KOTA
UJIAN
AKHIR SOSIAL I
(Semester
Genap 2019/2020)
Tri
Wahyu Ningsih / 19310410026
Dosen
Pengampu : Dr. Arundati Shinta, MA.
Fakultas
Psikologi Universitas Proklamasi 45
Kehidupan
sosial adalah kehidupan yang di dalamnya terdapat unsur-unsur sosial atau kemasyarakatan.
Sebuah kehidupan disebut sebagai kehidupan sosial jika di sana ada interaksi
antara individu satu dengan individu lainnya, dan dengannya terjadi komunikasi
yang kemudian berkembang menjadi saling membutuhkan kepada sesama. Dalam hal
yang terjadi di lapangan, kehidupan sosial sangat erat kaitannya dengan
bagaimana bentuk kehidupan itu berjalan. Dalam hal ini, seperti juga telah
diterangkan di paragraf awal, bahwa ada dua kehidupan sosial yang secara umum
ada, yaitu kehidupan sosial di pedesaan dan kehidupan sosial di perkotaan.
Dalam
dunia perkuliahan psikologi, mempelajari tentang psikologi sosial. Brehm dan
Kassin (1996:6) menyatakan bahwa social
psychology is the scientific study of the way individuals think, feel, desire,
and act in social situation. Definisi tersebut dapat diartikan bahwa
psikologi sosial merupakan studi ilmiah mengenai cara individu berpikir
(think), merasa (feel), berkeinginan (desire), dan bertindak (act) dalam
situasi sosial. Psikologi sosial menggunakan metode ilmiah seperti observasi
yang sistematis, deskripsi objek atau subjek, dan pengukuran untuk mempelajari
kondisi manusia. Selain itu juga beberapa studi banyak menggunakan teknik
antropologi, studi komunikasi, ilmu ekonomi, politik, dan sosiologi. Psikologi
sosial melihat perilaku individu lebih luas juga mempelajari perilaku yang
bervariasi dalam setting yang berbeda. Situasi sosial mencerminkan tempat
perilaku (behaviour) terjadi. Dalam penyusunan teori, psikologi sosial sering
mempengaruhi faktor non sosial (berpikir, emosi, motif, dan tindakan) dan
faktor sosial (pengaruh sosial dan interaksi sosial).
Kehidupan
masyarakat modern seperti sekarang ini sering dibedakan antara masyarakat
pedesaan dan masyarakat perkotaan dalam bentuk “rural community” dan “urban
community”. Karakteristik masyarakat desa dan kota bisa begitu berbeda akibat
adanya beberapa perbedaan signifikan terkait cara hidup sehari-hari dan sistem
sosialnya. Kota adalah suatu pemilihan yang cukup besar, padat dan permanen,
dihuni oleh orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya, apabila penghuni
setempatnya dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya dipasar. Masyarakat
kota merupakan masyarakat yang anggota-anggotanya terdiri dari manusia yang
bermacam-macam lapisan atau tingkatan hidup, pendidikan, kebudayaan, dan
lain-lain. Corak kehidupan tertentu yang jauh berbeda apabila dibandingkan
dengan masyarakat desa. Desa adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat
tinggal suatu masyarakat pemerintahan tersendiri, atau desa merupakan
perwujudan atau kesatuan goegrafi ,sosial, ekonomi, politik dan kultur yang
terdapat ditempat itu (suatu daerah), dalam hubungan dan pengaruhnya secara timbal
balik dengan daerah lain. Pedasaan sangat tertutup dengan hal-hal yang baru
karena mereka masih memegang teguh adat-adat yang leluhur mereka ajarkan. Kecenderungan
bagi masyarakat desa mengarah pada kehidupan agamis dan religius, sedangkan
orang-orang kota lebih mengarah pada kehidupan duniawi.
Jadi,
komunitas kota lebih menekankan pentingnya kelomok sekunder (keakraban
kecil,wujud temporer dan melibatkan kurangnya kontak antarpribadi). Orang-orang
kota bersifat saling hau saja dalam arti bahwa ia tidak melibatkan kekerapan
hubungannya seperti keluarga inti dan ia juga tidak bersifat tetap. Di dalam
kota besar terdapat perbedaan tegas dari segi ekonomi dan politik dan dengan
berlatar agama serta etnis yang berlainan. Orang-orang kota saling berhubungan
satu sama lain berdasarkan minat bukannya berdasarkan tempat, sedangkan
kehidupan sosial di desa lebih saling membantu atau bersama, jadi saling
bergantung satu sama lain. Masyarakat desa juga dicirikan dengan hubungan pola paguyuban.
Paguyuban adalah bentuk kehidupan bersama, anggotanya diikat oleh hubungan
batin yang murni, bersifat alami dan kekal. Dasar hubungan adalah rasa cinta
dan rasa persatuan yang telah dikodratkan. Biasanya paguyuban lahir dari dalam
diri individu ditandai dengan rasa solidaritas dan identitas yang sama.
Keinginan untuk berhubungan didasarkan atas kesamaan dalam keinginan dan
tindakan. Kesamaan individu merupakan faktor penguat hubungan sosial, yang
kemudian diperkuat dengan hubungan emosional serta interaksi antar individu.
Ciri-ciri
masyarakat perkotaan:
1. Kehidupan
keagamaannya berkurang, kadangkala tidak terlalu dipikirkan karena memang
kehidupan yang cenderung kearah keduniaan saja.
2. Orang
kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus berdantung pada
orang lain.
3. Pembagian
kerja diantara warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang
nyata.
4. Kemungkinan
untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih
banyak diperoleh warga kota.
5. Perubahan
tampak nyata dikota-kota, sebab kota-kota biasanya terbuka dalam menerima
pengaruh-pengaruh dari luar.
Ciri-ciri
masyarakat pedesaan:
1. Kehidupan
didesa masyarakatnya masih memegang teguh keagamaan atau adat dari leluhur
mereka.
2. Warga
pedesaan lebih condong saling tolong-menolong tidak hidup individualisme
3. Warga
pedesaan mayoritas memiliki pekerjaan sebagai petani.
4. Fasilitas-fasilitas
masih sulit ditemukan dipedesaan
5. Warganya
masih sulit untuk menerima hal baru atau mereka tertutup dengan hal-hal yang
baru.
Perbedaan antara masyarakat desa dan kota:
1. Lingkungan
Umum dan Orientasi Terhadap Alam
Masyarakat perdesaan berhubungan kuat
dengan alam, karena lokasi geografisnyadi daerah desa. Penduduk yang tinggal di
desa akan banyak ditentukan oleh kepercayaan dan hukum alam. Berbeda dengan
penduduk yang tinggal di kota yang kehidupannya “bebas” dari realitas alam.
2. Pekerjaan
atau Mata Pencaharian
Umumnya mata pencaharian dearah
perdesaan adalah bertani tapi tak sedikit juga sebagai pedagang
3. Ukuran
Komunitas
Komunitas perdesaan biasanya lebih kecil
dari komunitas perkotaan.
4. Kepadatan
Penduduk
Penduduk desa kepadatannya lebih rendah
bila dibandingkan kepadatan penduduk kota.
5. Homogenitas
dan Heterogenitas
Homogenitas atau persamaan ciri-ciri
sosial dan psikologis, bahasa, kepercayaan, adat-istiadat, dan perilaku nampak
pada masyarakat perdesa bila dibandingkan dengan masyarakat perkotaan. Di kota
sebaliknya penduduknya heterogen, terdiri dari orang-orang dgn macam-macam perilaku,
dan juga bahasa, penduduk di kota lebih heterogen.
6. Diferensiasi
Sosial
Keadaan heterogen dari penduduk kota
berindikasi pentingnya derajat yg tinggi di dalam diferensiasi Sosial.
7. Pelapisan
Sosial
Kelas sosial di dalam masyarakat sering nampak dalam
bentuk “piramida terbalik” yaitu kelas-kelas yg tinggi berada pada posisi atas
piramida, kelas menengah ada diantara kedua tingkat kelas ekstrem dari
masyarakat.
Perlu
dipahami karena tidak semua hal tentang perkotaan atau pedesaan itu buruk
ataupun baik saja namun pemahaman itu diharapkan dapat berbuah pada pertumbuhan
yang lebih baik. Masyarakat pedesaan dan perkotaan bukanlah dua komunitas yang
terpisah sama sekali satu sama lain. Bahkan terdapat hubungan yang erat,
bersifat ketergantungan, karena saling membutuhkan.
Referensi:
Suryanto, Muhammad
Ghazali Bagus Ani Putra, Ike Herdiana, Ilham Nur Alvian. (2012). PENGANTAR PSIKOLOGI SOSIAL. Surabaya. Airlangga
University Press.
https://www.kompasiana.com/ochtatutgujes/5518947c81331103699de86c/perbedaan-masyarakat-kota-dan-desa
Referensi Gambar
0 komentar:
Posting Komentar