Oleh
:
Poppy Intan Permatasari/ 19310410013
Fakultas
Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Dosen
Pembimbing: Dr. Arundati Shinta, MA.
Agresivitas sering kali diartikan sebagai
perilaku yang dimaksudkan untuk melukai orang lain baik secara fisik ataupun
psikis. Definisi yang hampir sama juga disampaikan oleh Brehm dan Kassin (1993)
.Dengan redaksi yang tidak jauh berbeda, Baron dan Byrne (1997) mendefinisikan
agresivitas sebagai perilaku yang diarahkan dengan tujuan untuk membahayakan
orang lain. Selain agresivitas, ada istilah lain yang sering dipakai, yaitu,
kekerasan atau violence. Kekerasan sebetulnya agresivitas juga, namun dengan
intensitas dan efek yang lebih berat daripada agresivitas (Bushman &
Bartholow, 2010). Agresivitas menyebabkan si korban mengalami luka serius,
ataupun meninggal dapat dikategorikan sebagai kekerasan.
Agresi bukanlah perilaku tanpa sebab. Agresi
muncul karena banyak faktor yang terkondisikan sedemikian rupa. Salah satu
faktor yang sangat penting menjadi pemicu agresi adalah marah. Potegal dan
Knutson menyatakan bahwa marah adalah salah satu faktor yang cukup menentukan
apakah perilaku agresi tersebut akan muncul atau tidak.
Walaupun terdapat koreleasi yang meyakinkan,
marah dan agresi tidak selalu berjalan linier. Marah tidak selalu berujung pada
agresi, dan agresi tidak selalu dilatarbelakangi oleh marah. Seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya, marah merupakan bawaan alamiah manusia. Setiap individu
pasti mengalami emosi marah, dan tidak mudah untuk menghindarkan diri dari
emosi marah. Yang membedakan antara satu dengan yang lainnya adalah perbedaan
biologis, kepribadian, pemerosesan
kognitif, dan pengalaman subjektif masing-masing dengan lingkungannya.
Faktor-faktor itulah yang membuat antara kita mudah marah atau tidak mudah marah.
Berikut cara mengurangi perilaku agresivitas :
1.
Pengalihan
(displacement). Ketika dihadapkan pada stimulus yang menyakitkan atau frustasi,
kita kadang tidak berani berhubungan secara langsung dengan sumber frustasi
tersebut. Adakalanya kita mengalihkan amarah akibat frustasi tersebut terhadap
objek lain yang dipandang lebih aman. Proses tersebut terhadap objek lain yang
dipandang lebih aman. Proses tersebut biasa kita sebut dengan istilah
pengalihan. Pengalihan adalah kecenderungan untuk secara tidak langsung
mengekspresikan impuls-impuls yang diharapkan, atau mengekspresikan frustasi terhadap
target yang bukan frustasi (Bushman, & Bartholow, 2010). Sebagai contoh,
seorang karyawan merasa kesal terhadap atasannya, sang karyawan kemudian
mengalihkan emosi negatifnya tersebut terhadap istri atau anaknya ketika sampai
di rumah.
2.
Katarsis.
Istilah katarsis pertama kali dipakai oleh Aristoteles. Menurutnya, menonton
pertujujan music yang dapat melepaskan emosi negatifnya. Lebih lanjut, Freud
mengatakan bahwa emosi negatif yang ditekan akan menimbulkan sistem psikologis
tertentu seperti neurosis dan hysteria (lihat Bushman & Bartholow, 2010).
Emosi negatif seperti marah, sebaiknya diberi ventilasi, maka tekanan hidrolik
tersebut akan semakin kuat. Bentuk-bentuk katarsis yang biasa digunakan orang
untuk mengurangi emosi marah, antara lain membanting pintu, berteriak
sekeras-kerasnya, melempar bantal, menangis, menulis diary, dan lain-lain.
Jadi tindakan agresi
dapat dikuragi dengan 2 cara diatas. Tindakan agresi ini dapat dijelaskan
melalui pendekatan biologis, psikoanalisis, pembelajaran, dan dorongan.
Perspektif biologis menekankan tingkah laku hewan sebagai rujukan tingkah laku
manusia dalam aktivitas otak dan hormon. Psikoanalisis melihat agresi sebagai
bawaan atau insting. Perspektif pembelajaran menyatakan bahwa agresi bukanlah
bawaan, melainkan melalui pembelajaran. Sedangkan teori dorongan menekankan
frustasi sebagai pendorong agresi. Agresi berasal dari amarah atau emosi
seseorang. Namun, tidak semua amarah atau emosi dapat menimbulk
Daftar
Pustaka :
Brehm,
S.S & Kassin, S.M. 1993. Social Psychology Third Edition. London:
Prentice-Hall.
Baron, R. A., Byrne, D. (1997). Social Psychology.
Boston : Allyn & Bacon
Bushman, B. J., & Bartholow, B. D. (2010).
Aggression. In R. F. Baumeister & E. J. Finkel (Eds.), Advanced social
psychology: The state of the science (p. 303–340). Oxford University Press.
Sumber
Gambar :
https://www.dosenpendidikan.co.id/pengertian-agresi/
(diakses pada 15 Juni 2020)
0 komentar:
Posting Komentar