29.12.24

Esai 10 (Arti) : UAS PSIKOLOGI LINGKUNGAN

 Tugas Esai 10 : Ujian Akhir Semester

Mata Kuliah : Psikologi Lingkungan

Dosen Pengampu : Dr. Dra. Arundati Shinta, MA


Arti Muizzah Aisyawati (23310410038)

Fakultas Psikologi

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta


Kurniawan & Santoso (2020) mengatakan bahwa sampah menjadi masalah penting dalam isu lingkungan seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, yang mengarah pada peningkatan kegiatan pembangunan di berbagai wilayah. Peningkatan jumlah penduduk setiap tahun menyebabkan produksi sampah juga mengalami peningkatan. Dalam menghadapi masalah tersebut, peran pemerintah, khususnya Menteri Lingkungan Hidup, sangat krusial. Penanganan sampah yang efektif ini memerlukan kebijakan yang tidak hanya berbasis pada teknologi dan infrastruktur, tetapi juga harus memperhatikan aspek perubahan perilaku masyarakat yang lebih mendalam. Menanggapi bagaimana perilaku Menteri Lingkungan Hidup terhadap penumpukan sampah di Yogyakarta menjelaskan bagaimana persepsi mempengaruhi perilaku. 

Persepsi sendiri merupakan suatu proses yang didahului oleh pengindraan, di mana stimulus diterima oleh individu melalu indera (Hakim et al., 2021). Persepsi individu dapat dipengaruhi baik dari faktor eksternal maupun internal. Dalam bidang psikologi lingkungan, skema persepsi yang diuraikan oleh Paul A. Bell dan kawan-kawan menjelaskan bagaimana individu memproses informasi melalui interaksinya dengan lingkungan hingga akhirnya mengubah perilakunya sesuai dengan persepsi yang dibentuk oleh lingkungannya. Menurut Paul A. Bell dan kawan-kawan tahap awal dalam interaksi manusia dengan lingkungannya dimulai dari adanya kontak fisik antara individu dengan objek di sekitarnya (Sanger et al., 2021). Dalam Sari (2020) diuraikan skema persepsi Paul A. Bell dan kawan-kawan, jika seseorang memersepsikan sesuatu masih dalam batas optimal, maka individu akan berada dalam keadaan seimbang. Sebaliknya, jika individu memersepsikan sesuatu di luar batas optimal maka akan menimbulkan stres, yang mana stres ini akan diikuti oleh tindakan coping. Jika tindakan coping berhasil, maka akan terjadi adaptasi efek positif. Sedangkan jika coping gagal, efek yang akan timbul adalah efek negatif yang mungkin saja akan lebih parah.

 Situasi TPA Piyungan yang ditutup karena penuh, membuat pengelolaan sampah di pemerintah daerah dinilai kurang efektif, hal ini memberi tekanan pada menteri karena tanggung jawabnya sebagai menteri lingkungan hidup. Selain itu sebagai menteri Lingkungan Hidup, memiliki tanggung jawab besar untuk memperbaiki masalah lingkungan termasuk pengelolaan sampah. Pengalaman sebelumnya dalam mengelola kebijakan turut mempengaruhi persepsinya terhadap masalah sampah di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Namun, pada kenyataannya pemerintah DIY tidak dapat mengelola sampah dengan baik membuatnya merasa bahwa situasi yang dihadapinya melebih batas optimal. Memandang situasi yang terjadi di luar batas optimal, di mana adanya ketegangan antara harapan dan kenyataan akan menimbulkan stres. Di mana reaksi yang timbul ini berupa kemurkaan selama melakukan sidak di Yogyakarta. Emosi yang keluar ini merupakan respons dari ketidaksesuaian antara harapan (batas optimal) dan kenyataan yang dihadapi (ketidakmamampuan pemerintah daerah dalam mengatasi pengelolaan sampah).

 Dalam skema persepsi Paul A. Bell dan kawan-kawan, situasi stres ini akan membuat individu melakukan tindakan coping untuk mengatasi tekanan yang ada. Tindakan coping yang dilakukan dalam hal ini adalah inspeksi mendadak dan menginformasikan ketidaktegasan pemerintah daerah dalam menangani sampah.

Namun, meskipun tindakan yang dilakukan merupakan bentuk coping, ada kemungkinan bahwa coping tidak sepenuhnya efektif dalam menghadapi masalah yang ada. Setelah melakukan coping ada dua hal yang mungkin terjadi yaitu antara coping yang dilakukan berhasil dan memberikan efek positif atau coping yang dilakukan gagal dan memberikan efek negative. Jika coping yang dilakukan berhasil maka akan meningkatkan kesadaran pemerintah daerah serta masyarakat untuk dapat lebih peduli dan bertanggung jawab pada pengelolaan sampah sehingga hal ini akan memunculkan adaptasi positif berupa perubahan perilaku masyarakat. Namun, sebaliknya jika coping yang dilakukan gagal maka upaya menteri dalam menghadapi situasi pengelolaan sampah tidak akan membaik, hal ini akan memicu efek negative yang berlebihan seperti meningkatnya ketidakpuasan masyarakat, atau kegagalan dalam memenuhi tujuan pengelolaan sampah yang berkelanjutan. Sehingga tindakan coping ini akan menentukan apakah ada adaptasi positif atau negative yang berkaitan dengan masalah pengelolaan sampah di DIY.




Referensi:


Hakim, F. B., Yunita, P. E., Supriyadi, D., Isbaya, I., & Ramly, A. T. (2021). Persepsi, Pengambilan Keputusan, Konsep diri dan Value. Diversity: Jurnal Ilmiah Pascasarjana, 1(3).


Kurniawan, D. A., & Santoso, A. Z. (2020). Pengelolaan sampah di daerah sepatan kabupaten tangerang. ADI Pengabdian Kepada Masyarakat, 1(1), 31-36.


Sanger, A. S., Waani, J. O., & Franklin, P. J. (2021). Tingkat Adaptasi Masyarakat Terhadap Bencana Gunung Api Lokon di Kota Tomohon. Media Matrasain, 18(2), 75-82.


Sari, E. Y. D. (2020). Paradigma Baru Psikologi Lingkungan. Yogyakarta: UAD PRESS


0 komentar:

Posting Komentar