Psikologi
Lingkungan :
Menjadi Model untuk Mengubah Perilaku Orang agar Pro-Lingkungan
Sampai hari ini, sampah
masih menjadi masalah bagi sebagian negara tak terkecuali Indonesia. Masalah
sampah yang kian hari kian memprihatinkan masih menjadi PR bagi Indonesia.
Berbagai cara telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi permasalahan sampah
di Negeri ini, namun sampai saat ini tak kunjung usai. Di kota-kota besar,
masih banyak pemukiman kumuh yang disekelilingnya banyak sampah berserakan
sampai sungai-sungai yang menjadi sasaran tempat pembungan sampah masyarakat.
Sehingga menjadikan lingkungan yang kotar dan tidak sehat.
Permasalahan sampah di
Indonesia yang tak kunjung usai sebenarnya diakibatkan oleh masyarakatnya
sendiri. Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan
menjadikan masyarakat masih dengan santainya membuang sampah disembarang
tempat. Hal ini membawa dampak tersendiri bagi masyarakt sekitar mulai dari
banjir hingga udara yang tidak sehat sehingga kesehatan masyarakat pun menurun.
Jika dilihat, usaha untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat yang dilakukan oleh
pemerintah ataupun kelompok-kelompok masyarakat tertentu begitu banyak mulai
dari seminar, pemasangan baliho, hingga menerapkan sanksi, namun belum cukup
untuk menjadikan msayarakat untuk pro-lingkungan.
Mengapa hal tersebut
belum juga berhasil menjadikan masyarakat pro-lingkungan? merubah perilaku
seseorang menjadi seperti apa yang kita inginkan tidaklah mudah. Pada dasarnya
manusia lebih mengikuti terhadap apa yang dilakukan seseorang daripada hanya
sebuah ajakan. Albert Bandura dalam teori Modeling nya mengatakan, modeling
adalah proses belajar dengan mengamati tingkah laku atau perilaku dari orang
lain disekitar kita. Hasil dari modeling tersebut cenderung menyerupai bahkan
sama perilakunya dengan perilaku orang yang ditiru tersebut (Siregar, 2013).
Oleh karena itu, salah
satu cara menumbuhkan kesadaran masyarakat agar pro-lingkungan dengan
memberikan contoh terlebih dahulu. Dengan kita menjadi model di masyarakat yang
sangat pro-limgkungan tentunya secara tidak langsung masyarakat lain akan
mengikuti perilaku pro-lingkungan kita. Dengan membiasakan membuang sampah pada
tempatnya sesuai jenis sampah, membawa tas belanja sendiri ketika ke pasar atau
swalayan, mengumpulkan sampah kemudian menjual ke bank sampah, mengolah sampah
organik menjadi kompos, atau mendaur ulang sampah menjadi sesuatu yang bisa
digunakan kembali. Perilaku yang sangat sederhana namun manfaatnya sangat
banyak, dan hal ini diharapkan bisa terjadi pada mahasiswa psikologi sebagai
generasi milineal yang sudah mempelajarinya.
Namun kenyataan yang
ada, masih banyak mahasiswa psikologi yang belum pro-lingkungan. mengapa
demikian ? karena rasa tanggung jawab terhadap lingkungan yang masih rendah
serta tidak adanya imajinasi dalam pengolahan sampah. Padahal menjadi model
yang pro-lingkungan sangat bisa dilakukan oleh mahasiswa psikologi.
Referensi:
Siregar, A. R. (2013). Teori Albert Bandura (Modeling) Artikel
0 komentar:
Posting Komentar