Dosen Pengampu : Dr. Arundati Shinta, M.A.
Psikologi Lingkungan Tahun 2020/2021
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Novia Zahra Zakiah (19310410025)
Lingkungan
sangat penting dalam keberlangsungan makhluk hidup, terutama manusia. Salah
satu permasalahan lingkungan yang masih menjadi perhatian serius yaitu sampah. Sampah
menjadi masalah penting seiring meningkatnya populasi penduduk dan juga
perubahan gaya hidup. Wardono (2013) menjelaskan bahwa pada kenyataannya, baik
sampah organik maupun anorganik yang ada di Tempat Pembuangan Sampah (TPS) atau
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) memperlihatkan bahwa antara yang masuk dan yang
diolah sangat tidak seimbang
Menurut
data Kementerian Lingkungan Hidup RI, pada 2012 volume sampah per tahun di
Indonesia mencapai 178.850.000 ton setahun. Dari total sampah tersebut sekitar
60 persen merupakan sampah rumah tangga seperti sisa sayuran, nasi, buah dan
lain sebagainya. Hanya kurang 0,5% sampah
yang dikelola langsung oleh masyarakat
Limbah
rumah tangga yang berasal dari tanaman mengandung lebih banyak bahan organik
yang mudah busuk, lembab, dan mengandung sedikit cairan. Salah satu alternatif
pengolahan sampah adalah memilih sampah organik dan memprosesnya menjadi kompos
atau pupuk hijau. kompos memiliki peranan sangat penting bagi tanah karena
dapat mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah melalui perbaikan sifat
kimia, fisik, dan biologinya
Pengkomposan
merupakan suatu teknik pengolahan limbah padat yang mengandung bahan organik
biodegradable (dapat diuraikan mikroorganisme). Selain menjadi pupuk organik
maka kompos juga dapat memperbaiki struktur tanah, memperbesar kemampuan tanah
dalam menyerap air dan menahan air serta zat-zat hara lain. Pengkomposan alami
akan memakan waktu yang relatif lama, yaitu sekitar 2-3 bulan bahkan 6-12
bulan. Pengkomposan dapat berlangsung dengan fermentasi yang lebih cepat dengan
bantuan mikro organisme
Cara
pengomposan sampah organik rumah tangga sebagai berikut : Mengumpulkan sampah
organik dari hasil karakterisasi sampah organik rumah tangga. Jumlah sampah
organik rumah tangga yang digunakan sebanyak 55 kg (13,93 kg sampah kebun, sampah
dapur sebanyak 36,07 kg dan 5 kg serbuk gergaji). Kemudian dicacah dengan mesih
pencacah hingga berukuran 2-3 mm. Lalu, dicampur dengan serbuk gergaji secara
merata. Tambahkan larutan aktivator EM4 dan MOL sesuai rancangan percobaan pada
media fermentasi yang telah disiapkan dengan cara disemprotkan dan diaduk
supaya homogen. Melakukan fermentasi selama 16 hari, 22 hari dan 28 hari (diaduk-aduk
setiap 3 hari). Pengomposan dihentikan saat kompos terlihat matang dengan
parameter yang terlihat dari warna, tekstur, bau, suhu kompos, dan pH
Dengan
cara pengomposan ini, setidaknya kit bisa mengurangi produksi sampah yang
setiap harinya. Kita juga bisa menjadi contoh tetangga, teman atau bahkan orang
lain agar bisa melakukan pengomposan juga. Sehingga produksi sampah pun
berkurang. Terutama di masa pandemi seperti ini, orang-orang berlomba-lomba
menanam tanaman. Dan pastinya pupuk sangat dibutuhkan. Jika pengomposan ini
kita tekuni, maka bisa menjadi peluang usaha kita.
References
Subandriyo, Anggoro, D. D., & Hadiyanto. (2012).
OPTIMASI PENGOMPOSAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA MENGGUNAKAN KOMBINASI
AKTIVATOR EM4 DAN MOL TERHADAP RASIO C/N. Jurnal Ilmu Lingkungan,
10(2):70-75.
Suprapto, P. K., Ali, M., & Nuryadin, E. (2017). PROGRAM
PENGENALAN DAN SOSIALISASI PENERAPAN TEKNOLOGI OLAH SAMPAH ORGANIK RUMAH
TANGGA (OSAMA) DI KAMPUNG JATI KABUPATEN CIAMIS. Jurnal Pengabdian
Siliwangi, 3(1): 180-181.
Utami, B. W., & Mardikanto, T. (2016). PENGELOLAAN
LINGKUNGAN MELALUI PENGOLAHAN SAMPAH RUMAH TANGGA TERINTEGRASI. Inotek,
20(2): 159-164.
Widiyastuti, T., & Kartono. (2019). PENGELOLAAN
SAMPAH RUMAH TANGGA UNTUK MENDUKUNG “PROGRAM KOTAKU” PADA KELOMPOK PKK
PERUMAHAN GRIYA SATRIA BANCARKEMBAR KECAMATAN PURWOKERTO UTARA KABUPATEN
BANYUMAS. Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers, 250.
0 komentar:
Posting Komentar