Oleh
:
Poppy Intan Permatasari/ 19310410013
Fakultas
Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Dosen
Pembimbing: Dr. Arundati Shinta, MA.
Bullying
sering dikenal dengan istilah pemalakan, pengucilan, serta intimidasi. Bullying
merupakan perilaku dengan karakteristik melakukan tindakan yang merugikan orang
lain secara sadar dan dilakukan secara berulang-ulang dengan penyalahgunaan
kekuasaan secara sistematis. Perilaku ini meliputi tindakan secara fisik
seperti menendang dan menggigit, secara verbal seperti menyebarkan isu dan
melalui perangkat elektronik atau cyberbullying. Semua tindakan bullying, baik
fisik maupun verbal, akan menimbulkan dampak fisik maupun psikologis bagi
korbannya.
(sumber : kompas.com)
Dampak
bullying pada korban diantaranya kesehatan fisiknya menurun, dan sulit tidur
(Rigby dan Thomas dalam Sudibyo, 2012). Seorang korban juga cenderung memiliki
psychological well-being yang rendah (Rigby dalam Sudibyo, 2012), seperti
perasaan tidak bahagia secara umum, self-esteem rendah (Rigby dan Thomas dalam
Sudibyo, 2013), perasaan marah, sedih, tertekan dan terancam ketika berada pada
situasi tertentu (Rigby dan Thomas dalam Sudibyo, 2012). Secara psikologis,
seseorang korban akan mengalami psychological distress; misalnya adalah tingkat
kecemasan yang tinggi, depresi dan pikiran-pikiran untuk bunuh diri (Rigby
dalam Sudibyo, 2012).
Secara
akademis seorang korban akan mengalami poor results; prestasi akademis menurun,
kurangnya konsentrasi korban (Sullivan, Cleary dan Sullivan dalam Sudibyo,
2012). Oleh karena dampak bullying yang banyak dan sangat merugikan korban,
fenomena ini harus bisa ditangani. Salah satu cara dengan tindakan preventif
yaitu intervensi terhadap pihak-pihak yang terlibat dalam situasi bullying.
Bullying terjadi dalam berbagai bentuk diantaranya yaitu bullying secara verbal
perilaku berupa kritikan kejam, fitnah, penghinaan. Bullying secara fisik
dengan memukuli, menendang, menampar. Bullying secara relasional merupakan
pelemahan harga diri korban secara sistematis melalui pengucilan, pengabaian,
atau penghindaran.
Ini
adalah masalah serius yang perlu diatasi karena dapat memberikan dampak jangka
panjang baik untuk korban dan juga pelaku. Berikut adalah beberapa langkah yang
bisa dilakukan untuk mengatasinya:
·
Ceritakan pada orang dewasa yang dapat
dipercaya. Ceritakan pada orang tua maupun guru yang memiliki otoritas untuk
menindaklanjutinya.
·
Abaikan penindas dan jauhi. Seperti yang
disebutkan sebelumnya, penindas akan merasa senang apabila mendapatkan reaksi
seperti yang dia inginkan.
·
Tingkatkan keberanian dan rasa percaya
diri. Tunjukkan pada lingkungan sekitar bahwa Anda bukan orang yang lemah dan
mudah untuk ditindas.
·
Bicara pada pelaku. Tunjukkan bahwa apa
yang dilakukan pelaku bukan hal yang baik dan bahkan berbahaya.
·
Bantu teman yang menjadi korban. Jika
menyaksikan perilaku bully, jangan diam saja dan cobalah untuk memberi dukungan
pada korban.
Jadi
jika lain waktu kamu melihat seseorang mendapat perlakuan bullying, apakan kamu
mencoba untuk menghentikan atau membiarkan itu terjadi? Ingat, bullying adalah
masalah semua orang. Oleh karena itu semua orang harus menjadi bagian dari
solusisnya.
Daftar Pustaka :
Sudibyo,
Aivan. 2012. “Pengaruh Kedekatan dengan Korban dan Sikap terhadap Bullying
terhadap Tindakan Prososial Bystander Bullying di SMA”. Skripsi S1. Depok:
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
https://doktersehat.com/bullying/
(diakses pada 14 Juni 2020)
Sumber Gambar :
https://health.kompas.com/read/2020/02/15/120500068/5-hal-yang-harus-dilakukan-orangtua-saat-anak-mengalami-bullying?page=all
(diakses pada 14 Juni 2020)
0 komentar:
Posting Komentar