Review Jurnal : Pengaruh
Katarsis Dalam Menulis Ekspresif Sebagai Intervensi Depresi Ringan Pada
Mahasiswa
Siti Asmaul
Husna
153104101111
Psikologi
Abnormal
Depresi dan berkurangnya kesejahteraan psikologis
merupakan permasalahan kesehatan yang utama pada orang muda (Allgower dkk,
2001). Depresi telah lama dikenali sebagai suatu perhatian utama bagi pemberi
layanan kesehatan (Geisner, 2006). Seperti yang dikemukakan Atkinson (1991),
depresi merupakan respon normal terhadap berbagai stres kehidupan. Depresi
dianggap abnormal bila di luar kewajaran dan berlanjut terus sampai saat-saat
dimana kebanyakan orang sudah dapat pulih kembali. Dalam kondisi dan lingkungan
yang semakin penuh dengan peristiwa yang memberikan stres, mudah sekali orang
untuk mengalami gangguan depresi. Mengutip hasil penelitian Beck dan Young,
dikatakan tiga perempat dari seluruh mahasiswa merasa depresi selama beberapa
waktu pada masa sekolah. Hal ini dapat terjadi mengingat banyaknya masalah yang
menghadang keberhasilan mahasiswa dalam menyelesaikan studinya dan terbukanya
peluang bagi mahasiswa untuk mengalami simtom-simtom depresi karena berbagai
masalah yang mungkin timbul. Seperti adaptasi terhadap situasi dan kondisi
kampus, tugas yang menumpuk, tuntutan akan nilai yang bagus, dan lain
sebagainya. Bahkan menurut Reifman dan Dunkel-Schetter (dalam Allgower dkk,
2001), simtom depresi dan kecemasan menjadi perhatian khusus pada mahasiswa dan
dihubungkan dengan performansi akademik yang rendah dan partisipasi rendah
dalam aktivitas kampus.
Pennebaker (1997) menyatakan bahwa menulis pengalaman
emosional atau menulis peristiwa yang penuh tekanan (stressful events) telah
menjadi kajian yang menarik pada beberapa tahun belakangan ini. Beberapa
penelitian laboratorium telah mempelajari kegunaan menulis atau berbicara
mengenai pengalaman emosional. Menghadapi atau berkonfrontasi dengan isu-isu
pribadi secara mendalam telah mendapat penemuan akan menghasilkan kesehatan
fisik, kesejahteraan subjektif dan tingkah laku adaptif tertentu. Paez dkk (1999)
mencatat bahwa menghadapi atau berkonfrontasi dengan peristiwa-peristiwa penuh
tekanan dan traumatis yang dilakukan dalam prosedur menulis dilaporkan
menghasilkan tingkat yang lebih tinggi dalam kesehatan fisik (misalnya, lebih
sedikit mengunjungi fasilitas kesehatan), fungsi fisiologis yang lebih tinggi
(misal, reaksi kekebalan tubuh yang lebih baik) dan kesejahteraan psikologis
yang lebih tinggi (misal, afek negatif yang lebih rendah dan afek positif yang
lebih tinggi). Kesimpulan tersebut juga dapat dilihat pada Pennebaker (1997)
yang juga menyebutkan bahwa akibat menulis mengenai topik tertentu, ternyata
berhubungan dengan perbaikan peringkat mahasiswa pada bulan setelah penelitian
dilakukan dan mendapatkan pekerjaan baru yang lebih cepat pada tingkat senior.
Sedangkan Katarsis menurut sudut pandang psikoanalisa merupakan ekspresi dan
pelepasan emosi yang ditekan. Kadangkala disinonimkan dengan abreaksi yang
didefinisikan sebagai mengalami kembali pengalaman emosional yang menyakitkan
dalam psikoterapi, biasanya melibatkan kesadaran pada materi yang sebelumnya
ditekan (Corsini & Wedding, 1989). Sedangkan hasil analisisnya telah
menunjukkan bahwa terapi menulis ekspresif sebagai media katarsis memiliki
pengaruh meringankan terhadap depresi ringan. Efek terapeutik menulis dapat
digambarkan oleh banyak dasar teori. Salah satunya adalah teori inhibisi
psikosomatis, yang menjelaskan bahwa represi pikiran, perasaan, atau perilaku
seseorang, khususnya pada hal-hal yang traumatis atau menyusahkan, merupakan suatu
bentuk kerja fisiologis dan psikologis (Riordan, 1996).
Sumber : Qonitatin, Novi. Widyawati, Sri. Asih, Y. Gusti.
Jurnal Psikologi Undip Vol. 9, No.1,
April 2011
0 komentar:
Posting Komentar