Review Jurnal : Dinamika
Psikologis Anak Pelaku Kejahatan Seksual
Siti Asmaul
Husna
153104101111
Psikologi
Abnormal
Jumlah kejahatan seksual yang terus meningkat di setiap
tahunnya ini semakin mengkhwatirkan. Bahkan kejahatan seksual tidak hanya mampu
dilakukan oleh orang dewasa saja. Data menunjukkan bahwa banyak kejahatan
seksual yang dilakukan anak-anak. Survei yang dilakukan Yayasan Kita dan Buah
Hati, yang dipantau langsung oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)
menghasilkan sebuah data yang menyebutkan bahwa 95 persen anak berusia sekolah
dasar, sudah menjadi pelaku kekerasan seksual (Health.liputan6.com, 27 Februari
2014). Fakta ini sangat menghawatirkan, bagaimana bisa diusia yang masih belia anak
mampu melakukan tindakan kejahatan seksual. Apa yang ada dalam benak anak-anak
hingga melakukan tindakan keji tersebut. Dilihat dari kapasitas meraka sangat
berbeda jauh dengan milik orang dewasa, dalam segi kematangan seksual,
kognitif, dan emosi merekapun masih belum stabil dibandingkan dengan orang
dewasa yang mereka sudah dikatakan matang seksual, kognitif, dan emosinya.
Umar Sa’abah itu menunjukkan “secara umum seksualitas
manusia dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu 1) biologis (kenikmatan fisik
dan keturunan), 2) sosial (hubunganhubungan seksual, berbagai aturan sosial serta
berbagai bentuk sosial melalui mana seks biologis diwujudkan dan 3) subjektif
(kesadaran individual dan bersama sebagai objek dari hasrat seksual) (Wahid
& Irfan, 2001, hal: 32). Adapun faktor-faktor pemicu kejahatan seksual
yakni: Faktor dalam diri yang meliputi rasa tidak aman, keterampilan sosial
yang buruk, konsentrasi yang buruk dan gelisah, dan implusif. Faktor kedua
yakni faktor berbasis keluarga juga memicu kejahatan seksual oleh anak yang
meliputi: orang tua yang menggunakan penyalahgunaan zat, kriminalitas orang
tua, ibu yang masih remaja atau muda, adanya perselisihan perkawinan, kekerasan
dalam rumah tangga, penelantaran, dan kekerasan, orang tua yang tidak pantas,
dan kurangnya pengawasan orang tua atau keterlibatan orang tua (Dennison & Leclerc,
2011, hal: 1090). Adapun Faktor-faktor sekolah termasuk kegagalan akademis,
putus sekolah, membolos, lampiran miskin untuk sekolah, dan manajemen perilaku
yang tidak memadai dan faktor lingkungan dan masyarakat, yakni seperti kerugian
sosial ekonomi, kekerasan dan kejahatan lingkungan, dan norma budaya terkait
agresi dan kekerasan(Dennison & Leclerc, 2011, hal:1091).
Remaja memilki rasa ingin tahu dan seksualitas yang
hampir tidak dapat dipuaskan. Remaja memikirkan apakah dirinya menarik secara
seksual, cara melakukan hubungan seksual, dan bagaimana nasib kehidupan
seksualitas meraka (Santrock, 2011, hal: 408). Mayoritas remaja mengembangkan identitas
identitas seksual yang matang, meskipun sebagian besar diantra mereka mengalami
masa yang rentan dan membingungkan. Oleh
karna itu orang tua memilliki tugas penting yakni memberikan perhatian pada anaknya.
Krtika Peran orang tua dalam melakukan tugasnya dilaksanakan secara tidak
maksimal sehingga perlakuan orang tua pada anak membuat merasa tidak nyaman dan
bahkan tidak senang berada di rumah,yang akhirnya anak lebih memilih untuk
menghabiskan waktu mereka dengan teman sebaya, bahkan anak hingga memutuskan
untuk tinggal dengan teman sebayanya. Tindakan tersebut akan sanggat
mempengaruhi prilaku anak dalam berfikir, bertindak juga dalam mengambil
keputusan.
Sumber : Rochmah & Nuqul. Jurnal Psikologi Tabularasa. Dinamika
Psikologis Anak Pelaku Kejahatan Seksual.Volume
10, No.1, April 2015: 89 –102
0 komentar:
Posting Komentar