MAKNA PERILAKU MINUM OBAT
PADA PASIEN HIV/AIDS RAWAT JALAN DI VCT RSUP DR.KARIADI SEMARANG
15.310.410.1119
Psikologi abnormal
Kasus
AIDS (acquired immune deficiency syndrome) di Indonesia menunjukkan
peningkatan yang tajam. Istilah lain yang kerap dipertukarkan dengan AIDS
adalah HIV (Human Immunodeficiency Virus). Data statistik dari
Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan
Hidup (Dirjen PPM&PL) Departemen Kesehatan RI menyebutkan bahwa sampai
akhir maret 2009 sebanyak 6.668 orang mengidap HIV dan 16.964 orang menderita
AIDS. Dari jumlah kasus di atas, 3.492 orang atau 20,58% penderita AIDS
dinyatakan telah meninggal dunia.
AIDS merupakan kumpulan penyakit yang
disebabkan oleh virus yang dinamakan 191 Sari, Dewi, & La Kahija
Human Immunodeficiency Virus (HIV) (Kaplan, 1999) . Virus tersebut
menginfeksi sistem kekebalan tubuh manusia dan sistem saraf (Seligson, 1992).
HIV/AIDS merupakan salah satu penyakit yang masuk dalam kriteria penyakit
kronis. Penyakit kronis merupakan penyakit yang dapat dikontrol
perkembangannya, namun tidak dapat disembuhkan, sehingga semua kegiatan
pemulihan dapat dilakukan seumur hidup yang membawa dampak besar dalam
kehidupan manusia (Sanderson, 2004).
Salah satu akibat dari infeksi HIV adalah
kerusakan pada sistem kekebalan tubuh kita. HIV membunuh satu jenis sel darah
putih yang disebut sel CD4. Sel ini adalah bagian penting dari sistem kekebalan
tubuh. Jika jumlah sel ini berkurang, sistem tersebut menjadi terlalu lemah
untuk melawan infeksi. Jumlah sel CD4 dapat dihitung melalui tes darah khusus.
Agar sistem kekebalan tubuh tetap sehat, perkembangan penyakit dari HIV menjadi
AIDS dapat ditahan dengan memakai obat antiretroviral/ARV. ARV bekerja
memperlambat reproduksi HIV dan memperpanjang kualitas hidup, dan mencegah
terjadinya penyakit otak, bukan untuk mengobati penyakit. Terapi Antiretroviral
(ART) menggunakan kombinasi dari beberapa obat. ART hanya berhasil jika dipakai
secara patuh, sesuai dengan jadwal yaitu dua kali sehari pada waktu pagi dan
malam. Apabila dosis terlupa, keefektifan terapi akan cepat hilang. Beberapa
individu akan mengalami efek samping ketika memakai ART, terutama pada minggu-minggu
pertama penggunaannya sehingga pengguna ART perlu diawasi oleh dokter yang
berpengalaman dengan terapi ini (“Apa terapi antiretroviral itu?,” 2009).
Dalam Pedoman Nasional Perawatan, Dukungan,
dan Pengobatan bagi ODHA (2003) dijelaskan bahwa walaupun ART sudah menjadi
kunci dalam penatalaksanaan penyakit HIV, ART memiliki beberapa keterbatasan
yaitu: pertama, ART tidak mampu memberantas virus. Terapi ini gagal
mengendalikan virus dalam kurang lebih sepertiga pasien pada uji klinis. Virus
cepat meningkat kembali setelah berhenti terapi, atau menghentikan salah satu
obat dalam kombinasi. Penderita harus melanjutkan terapi seumur hidup agar
memperoleh manfaat yang optimal. Keterbatasan ART yang kedua adalah jenis HIV
yang resisten sering muncul, terutama jika kepatuhan penderita pada terapi
tidak sempurna. Kegagalan lebih mungkin terjadi pada tahap penyakit yang sudah
lanjut. Ketiga, penularan HIV melalui perilaku yang berisiko dapat terus
terjadi, walaupun viral load tidak terdeteksi. Keempat, Efek samping ART
sering terjadi mulai dari yang ringan termasuk anemia, neutropenia, mual, sakit
kepala, hepatitis akut, reaksi hipersensitif dan sindrom Stevens Johnson.
Efek samping yang ditimbulkan obat ARV ini dapat
menurunkan kondisi kesehatan (Nursalam, 2007). Kasus inilah yang terkadang
membuat penderita HIV/AIDS tidak mudah untuk membuat keputusan untuk mau minum
obat dan menjalani berbagai pengobatan karena membawa dampak yang besar bagi
penderitanya. Meski demikian pada individu-individu tertentu, krisis dan
situasi ini justru dapat berfungsi sebagai pendorong untuk terus bertahan hidup
menyelesaikan tugas perkembangannya sehingga mau minum obat agar kualitas
hidupnya meningkat, walaupun dihadapkan dengan masalah yang berkaitan dengan
peran, efek samping obat, kondisi fisik, psikologis, sosial, dan spiritual.
Minum obat merupakan upaya yang dilakukan penderita sebagai perilaku peran
sakit yang bertujuan untuk menjadi sehat dan memperpanjang hidup penderita.
makna meminum obat bagi penderita HIV/AIDS.
Penderita HIV/AIDS harus mengalami penderitaan fisik dan psikis dari efek
samping dari obat yang 195 Sari, Dewi, & La Kahija
Jurnal Psikologi Undip Vol.13 No.2 Oktober 2014, 190-195
0 komentar:
Posting Komentar