RESENSI ARTIKEL :
Melawan dengan Jengkol
Chusnul Rizatul Untsa
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Seliwati
mulai kebingungan mencari tanaman pengganti. Kemudian ia berkunjung ke desa –
desa lain menemukan sejumlah petani menanam jengkol. Setelah ia pelajari
ternyata tanaman jengkol tidak memerlukan pupuk hanya perlu dibersihkan gulma
dan benalunya saja dari poho. Di tahun 2011 Seliwati mulai menanam 200 batang
pohon jengkol di lahan miliknya yang seluas 2 hektar. Empat tahun kemudian
hasil panen dari ratusan pohon menghasilkan 1 kuintal rata – rata per pohon.
Berawal
dari keberhasilan panennya dan menyalurkan ke pengepul ia mulai mengajak para
masyarakat desa. Namun tidak semudah yang dikira, karna warga masih sangsi
dengan ajakan Seliwati untuk menanam jengkol. Karna mereka berfikir jika semua
menanam jengkol maka hasil produksi akan surplus lalu kemana menjual jengkol
sebanyak itu ? Seliwati tidak mati akal ia langsung menggandeng pengepul jengkol
yang akan menyalurkan ke Pulau Jawa melalui Surabaya. Para petanipun akhirnya
berbondong – bondong menanami pohon jengkol. Bahkan perlahan mereka mulai
mengakuisisi lahan leluhur mereka. Kini lahan tersebut 70 persen ditanami
jengkol
Sumber:
Anwar, A. Laraswati, (2016).
Melawan dengan Jengkol. Kompas 28
Oktober 2016 hal 16
0 komentar:
Posting Komentar