RESENSI ARTIKEL :
Dari Tesaurus ke Tesamoko
Chusnul Rizatul Untsa
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Tesaurus
berasal dari kosakata Yunani yang artinya gudang. Istilah ini yang kemudian
disematkan oleh penyair Sitok Srengenge untuk judul buku Eko Endarmoko.
Tesamoko akronim dari Tesaurus Endramoko. Menurut Eko Endarmoko, penyusunnya di
Jakarta, kehadiran Tesaurus bahasa Indonesia diawali dengan niatnya membantu
penulis, pengarang, dan pengguna bahasa menemukan kata yang bisa tepat
mengekspresikan konsep mereka. Eko bekerja tidak bersandar pada leksigrafi,
tetapi pada kebutuhan pengguna. Di banyak bahasa di dunia sudah banyak kamus
tesaurust tetapi di Indonesia inilah yang pertama. Tesaurus lebih peduli dengan
menyajikan serencengan kata yang bisa dipilih oleh pengguna (memilih
mengandaikan pengertian). Maksud tesaurus dan kamus berbeda. Tesaurus
menawarkan kosakata yang menampung makna, kamus menawarkan pengertian kosakata.
Kamus dan tesaurus saling mengisi.
Eko
atau akrab disapa Moko dipertemukan dengan 18 teman yang terdiri dari dosen,
penulis, editor, pengarang, bersama sejumlah konsultan ahli, melakukan kerja
kroyokan. Beragamnya latar belakang pengeroyok sangat menguntungkan Eko. Setiap
pertemuan memperkaya sesuai dengan latar belakang masing – masing. Kehadiran
proses penyusunan tesaurus selain disemangati ingin memberi dukungan para
pencipta kata – kata-jantungnya bahasa-juga bermanfaat sebagai upaya merekam
sejarah. Bahasa Indonesia perlu dicemaskan, rusak oleh bahasa digital. Namun Moko
menegaskan jika ia tidak cemas masa depan bahasa Indonesia akan tetap, tidak
rusak. Akan tetapi yang dicemaskan adalah pola pikir manusia.
Sumber:
Ichwan, A,. (2016), Dari Tesaurus
ke Tesamoko, Kompas 25 Oktober 2016,
hal 16
0 komentar:
Posting Komentar