RESENSI ARTIKEL :
PENDEWASAAN YANG BERBUAH PRESTASI
Chusnul Rizatul Untsa
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Musim balapan
MotoGP 2015 yang berakhir dengan kegagalan bahkan cercaan menjadi pelajaran
penting untuk Marc Marquez. Pebalap 23 tahun andalan tim Repsol Honda kemudian
mengikuti berbagai saran dan mengubah mentalitas dirinya sehingga menjadi sosok
yang lebih dewasa. Sebagai hasilnya ia menjadi juara MotoGP 2016. Gelar juara
dunia ketiga kalinya di kelas premier ini menjadi hadiah atas kedewasaan diri
Marquez. Marquez menyadari bahwa tahun – tahun sebelumnya ia melakukan banyak
kesalahan sehingga dia tidak bisa bertarung memenangi kejuaraan. Namun tahun
ini ia mencoba lebih tenang dalam menghadapi segala situasi dan menyelesaikan
pertandingan.
Para pecinta
MotoGP pasti ingat bagaimana musim 2015 menjadi musim yang menyedihkan bagi Marquez
bahwa ia bukan hanya kehilangan gelar juara dunia yang diraihnya pada musim
2014, melainkan juga menjadi bahan cecaan karna perselisihannya dengan pebalap
kawakan Valentino Rossi. Konflik itu benar – benar merusak hubungan baik
keduanya. Ketegangan diantara mereka belum pulih hingga enam seri balapan
berlangsung. Marquez yang masa kecilnya mengidolakan Rossi menjelaskan untuk
saat ini hubungan mereka lebih profesional dan mereka sudah berjabat tangan.
Marquez
menyadari motornya tertinggal dari para pesaing karena kesulitan beradaptasi
dengan sistem elektronik dengan pilihan ban yang baru. Dengan kerja kerasa dan
secara bertahap bangkit lebih kuat, dan juga berkompromi dengan beberapa
perangkat elektronik yang baru. Pebalap cerdas dan pantang menyerah ini tetap
tidak menyangka bisa meraih gelar juara dunia MotoGP ketiga kalinya dalam waktu
empat tahun kiprahnya dalam waktu empat tahun kiprahnya di MotoGP.
Pesan
Marquez kepada para pebalap muda dan calon pebalap sederhana perlu meyakini
diri mereka sendiri serta berusaha menemukan dan menjalani mimpi mereka. Namun
yang terpenting adalah mentalitas, percaya dengan kemampuan sendiri, mau
belajar dan bekerja keras, dan benar – benar mencintai sepeda motor. Jika itu
semua dipenuhi, hal – hal lain akan menjadi lebih mudah.
Sumber :
Priyombodo, (2016), Pendewasaan
yang Berbuah Prestasi. Kompas 27 Oktober,
hal 16
0 komentar:
Posting Komentar