Menjadi “ Pemulung Berkelas”, kenapa
harus malu ??
Tri Welas Asih
Fakultas Psikologi Universitas
Proklamasi 45
Salah satu masalah yang menjadi perhaian di kota Jogja
ini adalah masalah sampah. Hampir disetiap tempat kita menemukan sampah.
Fenomena yang banyak terjadi adalah belum adanya kesadaran dari individu untuk
ikut bertanggung jawab menjaga lingkungan dengan cara membuang sampah pada
tempatnya. Orang dewasa seharusnya memberi contoh bagi anak-anak untuk menjaga
lingkungan tapi pada kenyataannya justru anak yang kadang memperingatkan orang
tuanya atau orang dewasa untuk membuang sampah pada tempatnya. Hal ini menjadi
indikator bahwa kesadaran untuk peduli dengan lingkungan pada anak kadang lebih
tinggi dari orang dewasa. Orang dewasa sering merasa cuek dengan lingkungan
sekitarnya.
Menghadapi fenomena seperti diatas, Fakultas Psikologi
UP45 berusaha untuk ikut serta dalam
kegiatan kepedulian lingkungan. Kegiatan yang sedang digalakkan saat ini adalah
mewajibkan setiap mahasiswa psikologi untuk menjadi nasabah bank sebagai wujud
ikut serta dalam kepedulian lingkungan. Menjadi nasabah di bank sampah, suatu
aktivitas yang baru sekali dilakukan oleh kebanyakan mahasiswa psikologi. Pada
prinsipnya sama dengan kita menabung uang di bank, hanya saja di bank sampah
ini kita bukan setot uang melainkan setor sampah.
Awal menjadi nasabah bank sampah bagi saya adalah suatu
pengalaman baru karena saya harus mencari sampah untuk di setorkan ke bank
sampah seminggu sekali. Sampah yang kita kumpulkan pun tidak semuanya diterima
di bank sampah. Harus di sortir terlebih dulu untuk mendapatkan harga beli yang
berbeda. Misalnya botol biasa dengan botol yang sudah dipisahkan tutupnya
harganya bisa berbeda. Awal mengumpulkan sampah saya suka diam-diam untuk
menyimpannya, apalagi ketika harus mengambil sampah dan disitu banyak orang,
lebih baik saya melupakan sampah tersebut,,,,,.
Setelah beberapa kali setor ke bank sampah saya mulai
senang mengumpulkan sampah, tidak ada rasa terpaksa ketika harus mengambil
sampah yang saya temui meski ada orang ditempat itu. Kadang ketika ada orang
yang membuang sampah sembarangan, saya sengaja mengambilnya dan membuangnya
ketempat sampah agar orang yang membuang sembarangan tersebut merasa di sindir
jadi tidak membuang sembarangan lagi. Karena saya sering berinteraksi degan
anak-anak, maka saya juga mulai mengajak anak-anak untuk mengumpulkan sampah
yang bisa didaur ulang dan tidak bisa. Ketika sudah terbiasa melakukannya,
anak-anak bila menemukan sampah selalu ingat dengan saya,,(wah sudah mirip
pemulung sampah saya,,)
Saya selalu menyampaikan pada anak-anak, bahwa klo kita
mengumpulkan sampah itu bukan perbuatan yang jelek. Justru kita membantu menjaga kebersihan lingkungan
dan perilaku itu mulia atau baik. Kalau saya istilahkan adalah “ pemulung
berkelas” hehehe,,,,. Saya berusaha ikut
serta dalam kepedulian dengan cara saya sendiri dan itu tidak menggangu orang
lain, bahkan orang di sekitar saya ikut-ikutan mengumpulkan sampah dan
diserahkan ke saya. Menjaga lingkungan adalah tanggungjawab kita semua, kalau
tidak dari diri sendiri dulu terus dari siapa yang bisa memulai. Kita tidak
perlu malu untuk menciptakan kondisi yang lebih baik dan nyaman untuk semuanya.
0 komentar:
Posting Komentar