4.11.25

Psikologi Inovasi Esai 2 - Wawancara Tentang Disonansi Kognitif

 Mata Kuliah : Psikologi Inovasi

Tugas Esai 2

Wawancara Disonansi Kognitif :

DISONANSI KOGNITIF PADA PEROKOK YANG BERHENTI MEROKOK DI KANTORNYA

Dosen Pengampu : Dr. Dra. Arudati Shinta, M.A.


Oleh : Baitusta Howin Scolastico (24310420043)

Merokok telah menjadi kebiasaan yang sulit dipisahkan dari kehidupan sebagian masyarakat. Banyak yang menganggapnya sebagai cara untuk menghilangkan stres atau sekadar mengikuti pergaulan, namun di balik kepulan asap rokok yang tampak sepele, tersimpan berbagai dampak negatif yang merugikan, baik bagi perokok itu sendiri maupun orang-orang di sekitarnya. sedangkan teori disonansi kognitif adalah teori yang menjelaskan tentang perasaan tidak nyaman yang dimiliki seseorang ketika mereka melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan apa yang mereka ketahui, atau memiliki pendapat yang tidak sesuai dengan keyakinan mereka sendiri, teori ini ditemukan oleh Leon Festinger pada tahun 1957 dan disonansi sendiri berarti ketidakseimbangan, yang merupakan lawan kata dari konsonansi yang berarti seimbang

Berikut adalah wawancara saya dengan perokok aktif yang mengalami disonansi kognitif. narasumber yang diwawancarai tidak merokok di kantornya karena ada peraturan yang melarang merokok. Namun terjadi disonansi kognitif dimana subjek tetap melakukan perilaku merokok diluar kantornya.

Saya : Selamat siang mas, sebelum mulai saya ucapkan terimakasih banyak telah bersedia untuk diwawancarai

Narasumber : Iya mas sama sama

Saya : Pertanyaan pembuka saya mas, sudah berapa lama mas merokok ?

Narasumber : Kebetulan saya merokok dari SMA mas jadi kayaknya sudah ada sekitar 10 tahunan

Saya : Kalo boleh tau alasan mas merokok apa ya ?

Narasumber : Sebenernya sama awalnya cuman coba coba ikut temen aja mas, terus lama lama malah keterusan 

Saya : Ooh berarti gak ada alasan spesifik ya mas 

Narasumber : Iya mas gak ada alasan khusus kenapa merokok hehe

Saya : Tapi denger denger masnya kalo di kantor gak merokok malahan ?

Narasumber : iya mas kebetulan kalo dikantor saya ada larangan merokok soalnya kan saya bekerja di rumah sakit mas

Saya : Tapi bisa mas berhenti merokok di kantor ?

Narasumber : Ya gimana mas tuntutan pekerjaan soalnya jadi mau gak mau ya harus bisa, paling ntar kalo udah pulang kerja baru bisa ngerokok

Saya : Nah mas kan bekerja dirumah sakit berartı paling enggak pernah denger bahaya merokok kan, pernah kepikiran untuk barhenti medokok total gak ?

Narasumber : Iya mas saya pernah denger tapi susah mas buat berhenti

Saya : Tapi kalo di kantor kok bisa mas ?

Narasumber : Wah gak tau ya mas mungkin karena terpaksa hahaha 

Percakapan diatas adalah sepenggal wawancara saya dengan perokok aktif yang mengalami disonansi kognitif, menariknya narasumber yang saya wawancara mengerti bahaya dari merokok akan tetapi belum memiliki niatan untuk berhati, tapi saat dihadapkan dengan tuntutan pekerjaan narasumber tersebut dapat dengan segera menghentikan kebiasaan merokoknya. Selain itu dari percakapan diatas kita dapat mengetahui bahwa terkadang habit buruk dapat dimulai hanya dengan melihat lingkungan sekitar, seperti kisah narasumber saya diatas yang menceritakan bahwa kebiasaan merokoknya dimulai dari melihat dan mencoba apa yang dilakukan temanya.

Dokumentasi :

Daftar Pustaka

Ali, M. (2014). Pengetahuan, Sikap, dan Faktor Psikologis Berhubungan dengan Perilaku Merokok pada Pegawai Poltekkes Kemenkes Jakarta III. Ilmu dan Teknologi Kesehatan, 2, pp.101–107.

https://binus.ac.id/malang/public-relations/2022/04/14/cognitive-dissonance-theory-part-i/

0 komentar:

Posting Komentar