Nama: Chevani Irvine
Nim: 25310420010
Mata Kuliah : Ujian Tengah Semester Psikologi Inovasi (Essai ke-8)
Dosen Pengampu: Dr. Arundati Shinta, M.A.
Persepsi menurut Paul A. Bell yaitu
bagaimana individu berinteraksi dengan objek contoh stimulus atau lingkungan
dan bagaimana respon yang muncul memengaruhi atau menimbulkan stress. Lalu dari
stress ini akan timbul 2 aksi yaitu
adaptasi atau stress itu masih berlanjut.
Perilaku muncul sebagai tanggapan
atas rangsang yang datang dari lingkunganya. Kondisi lingkungan yang ada di
sekitar manusia akan di tangkap oleh indra reseptor manusia.sebagai suatu
bentuk stimulus. Informasi yang ada di dalam pikiran manusia akan di koordinir
dan di tafsir sehingga manusia dapat memahami lingkungan tersebut. (Sarwono,
1944).
Skema proses persepsi oleh Paul
Bell
Objek-persepsi- diluar batas
optimal (Homeostatis) -adaptasi
Objek- persepsi- diluar batas
optimal(stress)-copinhg-efek lanjutan
Objek atau stimulus lingkungan
yang di ciptakan KDM yaitu barak militer lingkungan baru yang tersruktur dan
disiplin tinggi, jelas berbeda dari lingkungan lama yang mendukung kenakalan,
tidak adanya peraturan.
Lingkungan lama stimulus yang
diterima oleh para remaja adalah nyaman, tidak ada tekanan, bebas sehingga
berada di dalam batas homeostatis, dan berada di luar batas optimal dalam bentuk
stimulus negatif. Sehingga di persepsikan sebagai norma atau jalan keluar seperti
merokok dan berkelahi agar terlihat keren.
Lingkungan baru KDM
menciptakan stimulus yang berada di luar batas optimal sehingga remaja akan
stress tetapi stress di dalam konteks positif dan terarah seperti aturan yang
kaku disiplin militer tidur, belajar dan makan, olahraga semua di atur., pembatasan
untuk kegiatan negative tidak boleh merokok, dan membolos, serta tuntutan untuk
menjaga kebersihan, berprestasi dan bekerjasama.
Lingkungan barak militer
awalnya di persepsikan sebagai stimulus yang menimbulkan stress dan di luar
batas optimal sehingga muncul ketidaknyamanan dan rasa terpaksa bagi para remaja.
Tetapi stress ini menjadi stress yang positif karena memiliki harapan dan
tujuan yang jelas remaja menjadi tahu apa yang di harapkan untuk dirinya, konsistensi
sehingga tidak ada perilaku yang menyimpang, selama di berada di barak
kebutuhan dasar remaja pun terpenuhi dari segi gizi, dan Pendidikan.
Penyesuian atau mekanisme
coping selama berada di barak yang berada di luar batas optimal tetapi
konsisten dan terarah dengan beberapa
tahap coping awal remaja akan mengalami perlawanan, keinginanan untuk kabur, setelahnya
remaja akan mulai menggunakan mekanisme adaptasi karena tidak ada jalan keluar
dan untuk mencari titik homeostatis keseimbangan atau kenyamanan di lingkungan
baru remaja akan mencapainya dengan mengikuti jadwal, merapkan disiplin.
Efek lanjutan perubahan
perilaku dan kebiasaan yaitu perilaku baru menjadi disiplin, beribadah, dan
olahraga yang dilakukan berulang sebagai bentuk coping dan adjustment di dalam
barak militer yang akhirnya membentuk kebiasaan. Perubahan persepsi lingkungan
barak yang tadinya di persepsikan sebagai sumber stress yang negatif, mulai
berubah persepsi menjadi lingkungan yang memiliki Batasan tertentu, homeostatis
menjadi optimal karena memberikan rasa di hargai, Kesehatan dan mental menjadi
lebih baik. Dan membentuk kebiasaan remaja yaitu dimana perilaku yang diulang
terus menerus secara konsisten akan menjadi kebiasaan, dan kemudian akan menjadi
identitas diri. Yang tadinya remaja adalah anak yang nakal atau sulit diatur
karena persepsi dirinya telah berubah remaja akan menjadi pribadi yang disiplin
dan terstuktur. Tindakan KDM yaitu memaksa perubahan perilaku kemudian mengubah
persepsi.
Program Barak Militer KDM yang
digagas oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat bertujuan sebagai solusi atas
maraknya kenakalan remaja dengan pendekatan kedisiplinan ala militer. Meskipun
program ini mendapat dukungan dari berbagai pihak masyarakat karena dianggap
mampu membentuk karakter remaja yang lebih disiplin dan nasionalis, namun tetap
menuai kritik, terutama dari sisi perlindungan hak anak dan efektivitas jangka Panjang
dan program yang masih hanya terfokus di daerah perkotaan. Sehingga perlunya
revisi kebijakan kearah yang lebih humanis dan pengembangan potensi secara
menyeluruh.
Daftar Pustaka
Patimah,
A.S., Shinta, A. & Al-Adib, A. (2024). Persepsi terhadap lingkungan. Jurnal Psikologi. 20(1), Maret, 23-29.
https://ejournal.up45.ac.id/index.php/psikologi/article/view/1807
Sarwono, S. W. (1995). Psikologi
lingkungan. Jakarta: Grasindo & Program Pascasarjana Prodi Psikologi UI
Wicaksono,
F., & Aziz, Y. M. A. (2025). Youth Leadership Development dalam Kebijakan
Pendidikan Karakter: Analisis Konten Program Barak Militer di Jawa Barat. Konferensi
Nasional Ilmu Administrasi, 9(1), 281-288.
.jpeg)
0 komentar:
Posting Komentar