UTS Psikologi Inovasi
" Transformasi Remaja ‘Unik’ dalam Perspektif Persepsi Paul A. Bell dan Sarwono: Analisis Fenomena Barak Militer Kang Dedi Mulyadi "
Nama : Ranggi Yoga Soraya
Nim : 23310410045
Mata Kuliah : Psikologi Inovasi
Tugas ke 8 : Ujian Tengah Semester
Dosen Pengampu : Dr., Dra. Arundati Shinta. MA.
Pendahuluan(permasalahan).
Belakangan
ini, perhatian publik Indonesia tertuju pada kebijakan inovatif Gubernur Jawa
Barat, Kang
Dedi Mulyadi (KDM), dalam menangani kenakalan remaja yang
disebut sebagai anak-anak unik. Kelompok ini mencakup remaja dengan perilaku
menyimpang seperti merokok, membolos sekolah, berkelahi, atau melakukan
tindakan yang mengganggu ketertiban sosial. Untuk menanggulangi permasalahan
tersebut, KDM memperkenalkan pendekatan yang tidak biasa, yaitu mendidik
para remaja tersebut melalui sistem barak militer selama
beberapa bulan.
Pendekatan ini memunculkan
beragam tanggapan. Sebagian masyarakat menilai langkah tersebut tegas dan
mendidik, sedangkan sebagian lainnya menganggapnya terlalu keras dan tidak
ramah anak. Namun, menariknya, banyak orang tua yang secara sukarela
menandatangani surat persetujuan bermeterai agar anak mereka
dapat mengikuti program tersebut. Hal ini menunjukkan adanya proses persepsi
yang kompleks dalam masyarakat terhadap makna pendidikan karakter dan disiplin.
Untuk
memahami fenomena ini, penting bagaimana persepsi masyarakat baik orang tua,
remaja, maupun KDM sendiri terbentuk dan bagaimana persepsi itu memengaruhi
perilaku serta pembentukan kebiasaan baru. Kerangka teori persepsi Paul
A. Bell (dalam Patimah et al., 2024) dan Sarlito
W. Sarwono (1995) dapat digunakan untuk menjelaskan mengapa
pendekatan KDM ini dapat menghasilkan perubahan perilaku yang signifikan pada
para remaja unik tersebut.
Pembahasan.
Menurut Paul A. Bell (dalam Patimah et al., 2024) menjelaskan bahwa persepsi manusia terhadap lingkungan dipengaruhi oleh intensitas stimulus yang diterima. Jika stimulus berada pada tingkat optimal, individu cenderung memberikan respons yang adaptif dan seimbang. Namun jika stimulus terlalu kuat, dapat menimbulkan stres atau penolakan. Proses ini kemudian berlanjut ke tahap perilaku, di mana respons yang muncul akan bergantung pada bagaimana individu menafsirkan stimulus tersebut. Apabila perilaku adaptif tersebut dilakukan berulang kali, maka akan terbentuk kebiasaan yang akhirnya menjadi bagian dari karakter individu.
Sedangkan Menurut Sarlito W. Sarwono (1995), persepsi merupakan proses psikologis ketika seseorang mengorganisasi dan menafsirkan stimulus dari lingkungannya untuk memberi makna terhadap apa yang mereka alami. Persepsi tidak hanya bergantung pada apa yang ditangkap pancaindra, tetapi juga pada pengalaman, nilai, serta latar belakang sosial budaya individu. Dengan kata lain, dua orang dapat menghadapi situasi yang sama, namun menafsirkan secara berbeda tergantung pada persepsi yang mereka bentuk.
Program barak militer yang
digagas Kang Dedi Mulyadi (KDM) dapat dipahami melalui skema persepsi Paul A.
Bell, di mana persepsi menjadi dasar terbentuknya perilaku dan kebiasaan.
Lingkungan militer berfungsi sebagai stimulus sosial kuat. melalui
disiplin, rutinitas, dan aktivitas positif. yang mendorong remaja berperilaku
lebih teratur. Awalnya terasa menekan, namun dengan pendampingan dan
pengulangan, remaja beradaptasi dan mengubah perilakunya secara signifikan.
Dari sisi orang
tua, persepsi terhadap program KDM juga memainkan peran
penting. Sebelum mengizinkan anak mereka masuk ke barak militer, para orang tua
harus menandatangani surat persetujuan bermeterai. Proses ini bukan sekadar
formalitas, melainkan bentuk keputusan sadar yang lahir dari persepsi bahwa
program ini dapat membantu memperbaiki masa depan anak mereka. Dengan demikian,
terjadi perubahan persepsi sosial: barak militer tidak lagi dipandang sebagai
tempat hukuman, tetapi sebagai wadah pembentukan karakter dan penyelamatan
generasi muda.
Setelah mengikuti program, banyak laporan yang menunjukkan bahwa remaja mengalami perubahan perilaku signifikan. mereka menjadi lebih disiplin, teratur, serta memiliki orientasi masa depan yang lebih jelas. Hal ini menunjukkan bahwa jalur persepsi - perilaku - kebiasaan benar-benar terjadi dalam proses tersebut. Lingkungan yang mendukung dan stimulus yang terstruktur menjadikan perilaku positif semakin kuat dan akhirnya tertanam sebagai kebiasaan baru. Namun demikian, pendekatan ini juga memiliki tantangan dan risiko. Beberapa pihak, seperti Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), mengingatkan bahwa pendekatan semi-militer harus tetap memperhatikan prinsip perlindungan anak agar tidak menimbulkan tekanan psikologis atau pelanggaran hak anak. Selain itu, perubahan perilaku di barak militer perlu diuji keberlanjutannya setelah para remaja kembali ke masyarakat. Tanpa dukungan lingkungan yang positif di rumah dan sekolah, kebiasaan baik yang sudah terbentuk bisa kembali luntur.
Dari
perspektif psikologi inovasi, program KDM dapat dipandang sebagai terobosan
edukatif berbasis perubahan lingkungan dan persepsi. Ia
menggabungkan nilai kedisiplinan, tanggung jawab, dan kerja sama sosial melalui
latihan langsung. Namun agar hasilnya lebih optimal dan berkelanjutan,
diperlukan strategi pendampingan pasca-program, seperti pembentukan komunitas
alumni barak, mentoring oleh psikolog, dan pelibatan sekolah dalam menjaga
kebiasaan baru para peserta. Pendekatan kolaboratif ini penting agar perubahan
perilaku tidak berhenti pada tahap intervensi, tetapi benar-benar menjadi
bagian dari kepribadian mereka.
Untuk memperkuat efektivitas
dan keberlanjutan program barak militer ala Kang Dedi Mulyadi (KDM) dari
perspektif psikologi perubahan, diperlukan beberapa langkah strategis. Program
ini sebaiknya dievaluasi secara longitudinal untuk
memantau konsistensi perubahan perilaku remaja dalam jangka panjang dan
mendeteksi kemungkinan kemunduran pasca-program. Selain itu, perlu ditambahkan fase
reintegrasi sosial, seperti mentoring, kelompok alumni, atau
workshop karakter di sekolah dan keluarga, agar lingkungan baru tetap mendukung
kebiasaan positif yang sudah terbentuk. Aspek partisipasi aktif
remaja juga penting, dengan menumbuhkan motivasi intrinsik dan
rasa otonomi agar perubahan bersifat internal, bukan sekadar karena tekanan
eksternal. Program ini juga perlu mempertimbangkan perbedaan
karakteristik individu, menyesuaikan pendekatan dengan latar
belakang sosial, ekonomi, dan psikologis peserta. Di sisi lain, komunikasi
publik dan literasi psikologi karakter perlu diperkuat melalui
transparansi data keberhasilan serta penekanan pada pendekatan humanis, bukan
sekadar disiplin keras. Akhirnya, penerapan pedoman etis dan
supervisi independen dari lembaga perlindungan anak dan
akademisi psikologi menjadi kunci agar intervensi tetap sejalan dengan prinsip
hak anak dan standar profesional dalam psikologi.
Penutup.
Program barak militer Kang
Dedi Mulyadi menunjukkan bahwa perubahan perilaku berawal dari perubahan
persepsi. Melalui lingkungan yang menanamkan disiplin dan tanggung jawab, KDM
berhasil mengubah cara pandang masyarakat terhadap pendidikan karakter remaja.
Persepsi positif dari orang tua dan peserta menjadi dasar munculnya perilaku
baru yang, melalui latihan berulang, berkembang menjadi kebiasaan dan karakter
positif. Meski menuai kritik, kebijakan ini membuka wacana penting dalam
psikologi sosial dan pendidikan, bahwa intervensi berbasis lingkungan dapat
membentuk perilaku jika dilakukan dengan etika, empati, dan dukungan
berkelanjutan. Program semacam ini dapat menjadi inspirasi pembinaan remaja
yang menyeimbangkan disiplin dan kasih sayang demi membentuk karakter yang
lebih baik.
Daftar Pustaka.
Patimah, S., et al. (2024). Skema Persepsi
Paul A. Bell dalam Konteks Perilaku Sosial. Jurnal Senthong, 7(2). Universitas Sebelas Maret.
https://jurnal.ft.uns.ac.id/index.php/senthong/article/viewFile/1749/948
Sarwono, S. W. (1995). Psikologi Sosial:
Individu dan Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka.
Program Barak Militer Bentuk Karakter dan Kembalikan Jati Diri Remaja
Bermasalah. (2024). jabarprov.go.id
Dedi Mulyadi Jawab Kritik KPAI soal Anak Bermasalah ke Barak Militer.”
(2024). detik.com
Menghentikan Kebiasaan Buruk dan Menciptakan Perubahan Positif.Literaksi:
Jurnal Manajemen Pendidikan. literaksi.ayasophia.org
Ramdhani, Neila. Perubahan Perilaku dan Konsep Diri Remaja yang Sulit Bergaul Setelah Menjalani Pelatihan Keterampilan Sosial. Jurnal Psikologi UGM. Jurnal Universitas
.png)
0 komentar:
Posting Komentar