ESAI
8 UTS PSIKOLOGI INOVASI
Pendekatan KDM Melalui Skema Persepsi Paul A. Bell dalam Membentuk Disiplin Remaja
Olivia
Yunita Trestiawati (23310410023)
Mata
Kuliah Psikologi Inovasi
Dosen
Pengampu: Dr. Dra. Arundati Shinta, M.A.
PROGRAM
STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS
PSIKOLOGI
UNIVERSITAS
PROKLAMASI 45
NOVEMBER
2025
Gubernur
Jawa Barat, Kang Dedi Mulyadi, mendapat perhatian dari masyarakat karena cara
uniknya dalam menghadapi remaja yang berperilaku tidak baik. Alih-alih
menghukum atau mengasingkan mereka, ia mengajak remaja tersebut tinggal
sementara di barak militer dengan persetujuan orang tuanya. Di situasi
tersebut, remaja diberi bimbingan untuk hidup rapi, mengatur waktu, berdoa,
olahraga, serta mengikuti kegiatan positif lainnya. Meskipun ada yang
menentang, cara ini memberikan hasil nyata. Remaja yang awalnya sulit
dikendalikan menjadi lebih tertib dan mampu merencanakan hidupnya dengan lebih
baik. Pendekatan ini bisa dijelaskan melalui teori skema persepsi Paul A. Bell,
yang menyatakan bahwa persepsi bisa membentuk perilaku, dan jika diulangi, bisa
menjadikan kebiasaan.
Masalah
yang dihadapi KDM adalah rendahnya disiplin dan kehilangan arah di kalangan
remaja. Sebelumnya, masyarakat lebih sering menangani masalah ini dengan
nasihat atau sanksi sosial, tetapi biasanya tidak efektif dalam menyentuh akar
masalah. KDM berpandangan bahwa penyebab utamanya bukan hanya kenakalan, tetapi
lingkungan yang kurang memberikan struktur dan contoh yang jelas. Oleh karena
itu, ia menciptakan lingkungan baru yang konsisten dan terstruktur melalui
program barak militer, agar remaja bisa memahami tanggung jawab melalui
pengalaman langsung, bukan hanya dari teori atau ucapan.
Dalam
teori skema persepsi yang dikemukakan oleh Paul A. Bell, proses persepsi dibagi
menjadi tiga tahap, yaitu seleksi, organisasi, dan interpretasi. Individu
memilih informasi dari lingkungan yang dianggap penting, kemudian mengatur
informasi tersebut menjadi pola yang bermakna, dan akhirnya memahami makna dari
pola itu untuk menentukan tindakannya. KDM melakukan seleksi terhadap masalah
utama yang dianggap penting, yaitu kurangnya disiplin dan keteraturan di
kehidupan remaja. Selanjutnya, ia mengorganisasi solusi dengan menyediakan
lingkungan baru yang mendorong nilai tanggung jawab dan kerja sama. Dengan
proses interpretasi, KDM memandang langkah-langkahnya sebagai cara melatih
karakter remaja dengan membangun kebiasaan yang baik. Bagi masyarakat sekitar,
interpretasi ini juga berubah, yang awalnya dianggap sebagai tindakan memaksa,
akhirnya dipahami sebagai bentuk kasih sayang dan usaha untuk menjaga masa
depan remaja.
Bila
persepsi seseorang berubah, sikap dan tindakannya pun akan ikut berubah. Di
barak, remaja diajarkan mengikuti rutinitas yang konsisten, mulai dari bangun
pagi hingga waktu istirahat. Awalnya, mereka melakukannya karena ada kewajiban,
namun lama kelamaan mereka mulai menyadari bahwa disiplin memberi rasa tenang
dan meningkatkan kepercayaan diri. Dengan terus-menerus mengulang tindakan
tersebut dan didukung oleh lingkungan yang terorganisir, kebiasaan baru
tersebut menjadi bagian dari kehidupan mereka. Setelah keluar dari barak,
banyak remaja yang tetap menjalani kebiasaan baik itu karena sudah menjadi
bagian dari diri mereka sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan sikap
dimulai dari perubahan persepsi yang tepat serta didukung oleh lingkungan yang
mendukung.
Meski
begitu, pendekatan KDM tetap menghadapi kritik. Ada orang yang menganggap cara
yang digunakan terlalu keras dan bisa mengurangi kebebasan individu. Namun,
dari sudut pandang psikologi inovasi, langkah tersebut justru menunjukkan
keberanian untuk mencoba strategi baru dalam menyelesaikan masalah sosial yang
rumit. Tidak hanya memperketat aturan, pendekatan KDM juga berupaya mengubah
cara masyarakat memahami arti disiplin dan tanggung jawab. Agar hasilnya
bertahan lama, diperlukan bantuan lanjutan setelah program berakhir, seperti
kegiatan komunitas, pelatihan keterampilan, dan dukungan dari keluarga. Dengan
begitu, kebiasaan baik yang sudah terbentuk tidak akan hilang ketika remaja
kembali ke kehidupan sehari-hari.
Pendekatan
KDM menunjukkan bahwa perubahan diri tidak cukup hanya dengan nasihat atau
hukuman, tetapi membutuhkan pengalaman langsung yang bisa mengubah cara
seseorang melihat diri sendiri dan lingkungannya. Melalui tahapan seleksi,
organisasi, serta interpretasi seperti yang dijelaskan oleh Paul A. Bell, KDM
berhasil menanamkan makna baru tentang disiplin yang akhirnya membentuk
perilaku dan kebiasaan positif. Sebagai mahasiswa psikologi, saya belajar bahwa
perubahan yang nyata tidak berasal dari teori saja, tetapi dari keberanian
untuk mencoba sesuatu yang baru dan konsisten menjalankannya. Apa yang
dilakukan KDM menjadi contoh nyata bahwa inovasi sosial bisa berkembang dari
pemahaman mendalam tentang manusia dan lingkungannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Ramadhan, A. R., & Alfiandra, A.
(2023). Persepsi Remaja tentang Pengaruh Lingkungan Keluarga dan Sosial
terhadap Kenakalan Remaja. Jurnal Pendidikan Dan Konseling (JPDK), 5(1),
5261-5272.
Afiatin, T. (2001). Persepsi Terhadap Diri
dan Lingkungan Pada Remaja Penyalahguna Napza (Narkotika, Psikotrpoika dan Zat
Adiktif). Psikologika: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi, 6(12),
11-28.

0 komentar:
Posting Komentar