Di Buat Kamis, 17 Juli 2025
MELAKUAN PERUBAHAN DRIRI SELAMA 10 MINGGU DENGAN JOGGING
Nama : Satifa Sintya Fadilah
Kelas : Psikologi SJ
NIM : 23310410059
MATA KULIAH PSIKOLOGI INOVASI
UNIVERSITAS PROKLAMASI 45
FAKULTAS PSIKOLOGI
TAHUN AJARAN 2024
DOSEN PENGAMPU :
Dr. ARUNDATI SHINTA,M.A
Perubahan tidak selalu datang dalam bentuk besar dan mencolok. Kadang, perubahan hadir perlahan, melalui langkah kecil yang konsisten dan dilakukan dengan niat. Inilah yang saya rasakan setelah menjalani kebiasaan jogging selama 10 minggu berturut-turut. Aktivitas ini saya lakukan seminggu sekali, setiap sore hari sepulang dari kantor. Awalnya, tujuan saya sederhana, ingin bergerak lebih aktif dan menjaga kebugaran tubuh setelah terlalu lama berkutat di balik meja kerja. Namun, seiring waktu, kebiasaan kecil ini memberi lebih dari sekadar peningkatan fisik. Ia membawa perubahan pada pola pikir, kedisiplinan, dan hubungan saya dengan diri sendiri.
Untuk mengukur progres secara lebih objektif, saya memutuskan menggunakan jarak tempuh sebagai indikator. Setiap minggu, saya mencatat berapa kilometer yang berhasil saya tempuh dalam satu sesi jogging. Dari data tersebut, saya mulai melihat pola yang menarik.
Pada minggu pertama, saya hanya mampu menempuh jarak 1,2 kilometer. Nafas saya masih cepat terengah-engah, kaki terasa berat, dan motivasi lebih didorong oleh rasa ingin mencoba dibanding semangat yang benar-benar datang dari dalam. Namun, saya bertekad untuk terus mencoba.
Di minggu kedua dan ketiga, terjadi peningkatan yang cukup signifikan. Jarak tempuh saya naik menjadi 1,5 kilometer, lalu 1,7 kilometer. Tubuh mulai beradaptasi. Nafas menjadi lebih teratur, dan langkah kaki terasa lebih ringan. Saya mulai menikmati sensasi berlari pelan di sore hari, saat udara mulai sejuk dan matahari perlahan tenggelam di balik gedung-gedung. Momen-momen itu memberi ruang untuk berpikir, untuk menyendiri, dan untuk melepaskan stres setelah seharian bekerja.
Namun, di minggu keempat, saya mengalami penurunan. Jarak tempuh saya menurun menjadi 1,4 kilometer. Penurunan ini terasa cukup mengecewakan karena saya merasa sudah membangun ritme yang baik. Setelah saya refleksikan, ternyata minggu itu saya mengalami kelelahan luar biasa di kantor karena proyek yang menumpuk dan tidur yang kurang cukup. Tubuh memberikan sinyal bahwa ia butuh istirahat. Dari situ saya belajar bahwa progres tidak selalu lurus ke atas. Ada kalanya kita mengalami kemunduran, dan itu adalah bagian alami dari proses perubahan.
Minggu kelima hingga ketujuh kembali menunjukkan tren peningkatan. Saya bisa kembali menempuh jarak 1,6 kilometer di minggu kelima, lalu naik ke 1,8 kilometer di minggu keenam dan mencapai 2 kilometer di minggu ketujuh. Pencapaian ini membuat saya merasa lebih percaya diri. Tidak hanya karena angka yang terus naik, tetapi karena saya mulai menyadari bahwa tubuh saya bisa diajak kompromi jika saya memperlakukannya dengan baik—memberi cukup tidur, asupan yang cukup, dan waktu untuk pemulihan.
Namun, seperti sebelumnya, minggu kedelapan kembali menjadi titik penurunan. Jarak tempuh saya kembali turun menjadi 1,6 kilometer. Kali ini penyebabnya adalah gangguan cuaca. Hujan deras yang turun membuat saya memulai jogging lebih terlambat dari biasanya. Kondisi jalan yang basah juga membuat saya harus lebih hati-hati. Meski demikian, saya tetap bersyukur karena tidak berhenti sama sekali.
Pada minggu kesembilan dan kesepuluh, saya berhasil menutup rangkaian 10 minggu ini dengan baik. Jarak tempuh naik kembali menjadi 1,9 kilometer di minggu kesembilan dan 2 kilometer di minggu kesepuluh. Tidak hanya tubuh yang terasa lebih bugar, tetapi pikiran saya pun menjadi lebih jernih. Rutinitas jogging ini mengajarkan saya tentang pentingnya konsistensi, bahkan ketika situasi tidak selalu ideal. Setiap sore menjadi waktu yang saya tunggu-tunggu, bukan hanya untuk berolahraga, tetapi juga untuk menenangkan pikiran dan memberi ruang bagi diri sendiri.
Jika dijabarkan dalam bentuk grafik, data selama 10 minggu menunjukkan pola naik turun yang cukup wajar. Pada sumbu horizontal, minggu demi minggu menunjukkan progres waktu, sedangkan pada sumbu vertikal, angka kilometer mencerminkan hasil usaha saya. Garis yang terbentuk memang tidak selalu naik lurus, tapi dari grafik itu saya bisa melihat bahwa secara umum, ada kemajuan yang stabil. Fluktuasi dalam grafik mencerminkan fluktuasi dalam hidup nyata—tidak ada perjalanan yang selalu mulus.
Lebih dari sekadar catatan angka, pengalaman 10 minggu ini adalah refleksi dari komitmen terhadap diri sendiri. Dari awalnya hanya ingin bergerak, hingga akhirnya menjadikan jogging sebagai bentuk dialog dengan tubuh dan pikiran. Saya belajar untuk tidak terlalu keras pada diri sendiri saat performa menurun, dan belajar untuk merayakan kemajuan kecil.
Perubahan sejati tidak hanya terlihat dari jarak yang bertambah, tapi juga dari perasaan damai yang saya rasakan setiap selesai jogging. Perasaan bahwa saya sudah melakukan sesuatu yang baik untuk diri saya sendiri. Dan itu, bagi saya, adalah bentuk pencapaian yang paling membahagiakan.


0 komentar:
Posting Komentar