23.7.25

Esai 3 : Berperilaku Inovatif

 

PRO LINGKUNGAN LEWAT INOVASI : MANFAATKAN LIMBAH KARDUS

Dosen Pengampu : Dr., Dra. ARUNDHATI SHINTA, MA

 



Rafiqoh Novembria (22310410181)

Kelas : SP

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

 

Mungkin banyak dari kita menganggap limbah seperti kardus, kertas, botol dan plastic hanyalah sebuah sampah biasa yang memang tidak ada gunanya maupun nilai. Namun apakah pernah terlintas dibenak kalian jika limbah tersebut bisa berubah menjadi barang yang bernilai? Nah.. pada esai kali ini saya akan membahas betapa bernilainya limbah tersebut jika kita mau berpikir kreatif dan inovatif. Mungkin sebelumnya didalam benak saya tidak pernah terlintas jika  dari potongan kardus bekas dan sobekan koran pembungkus hadiah, saya bisa membuat sesuatu/ barang yang memiliki fungsi nyata dan bernilai. Kebiasaan saya jika melihat barang yang memang sudah tidak dipakai langsung saya buang tanpa memikirkan  apapun. Namun untuk kali ini, saya mencoba melakukan hal yang berbeda dimana dalam benak saya terpikir untuk membuat sebuah barang dari limbah kardus yang ada didepan mata saya menjadi sebuah barang yang bernilai dan bisa saya gunakan kembali.

Saya menyadari bahwa saya  bukan tipe orang yang menyukai membuat kerajinan tangan dan nilai seni saya juga tidak bagus. Tetapi demi tugas ini saya mencoba untuk keluar dari zona nyaman dan mendorong diri saya untuk menghadapi tantangan dan mencoba hal baru seperti peluang kreatif ini.

Adapun langkah awal dalam pembuatan kotak pensil ini yaitu dimulai dengan Memotong kardus, menyesuaikan ukuran, hingga melipat dan merekatkan bagian-bagiannya adalah kegiatan yang memerlukan ketelatenan. Beberapa kali saya harus mengulang karena potongan tidak presisi, ditambah insiden kardus yang tertumpah air atau lem yang kurang kuat merekat. Meski saya sempat merasa  frustrasi sempat dan mood saya sudah menjadi berantakan namun saya harus tetap semangat dan memotivasi diri say ajika saya mampu dan bisa. Hal ini sesuai dengan salah satu teori kreativitas dari Amabile(1996) dalam  jurnal Gunawan & farid (2014) menyebut bahwa kreativitas membutuhkan perpaduan antara keterampilan, pola pikir kreatif, dan motivasi dari dalam diri. Dalam hal ini, keinginan untuk menyelesaikan karya ini menjadikan sebagai motivasi utama saya untuk menjadi kreatif.

Setelah struktur kotak berhasil saya bentuk, saya menghiasnya menggunakan koran bekas. Ternyata, hasil akhirnya justru menghadirkan terkesan bagus dan unik. Saya  tidak lupa mmeberikan tambah magnet lempeng sebagai perekat dan melapisi bagian dalam dengan lakban bening agar lebih tahan lama dan tidak mudah rusak jika terkena air. Meski hasilnya tidak sempurna dan tidak sebaik dari kotak pensil yang dijual ditoko/ mall, namun saya merasa puas dengan hasil tersebut .

Setelah itu, saya mencoba untuk memberanikan diri memposting karya kotak pensil say aitu di Instagram story dan juga titok story. Saya  juga tidak lupa menambahkan beberapa  keterangan sederhana mengenai bahan,harga dan cara pemesanan jika ada yang berminat dengan karya saya ini. saya juga tidak menaruh  ekspektasi yang tinggi bahwa akan ada yang mau atau bersedia untuk membelinya. Bagi saya, langkah kecil ini sudah termasuk bagian dari perilaku inovatif dan merupakan bentuk keberanian dalam diri saya. Saya juga belajar banyak dari karya ini, dimana sesuatu hal yang kita anggap remeh atau tidak penting, malah sesuatu hal tersebutlah yang bisa memberikan kita banyak peluang dan membuka kemungkinan baru serta kesempatan baru. Hal ini sesuai dengan teori yang di kemukakan oleh Kolb, 1984( dalam jurnal sarihidayah, 2014), menekankan pentingnya pembelajaran melalui pengalaman langsung. Kini saya belajar bahwa kita semua bisa mengubah hal yang sederhana  menjadi sebuah hal yang bernilai.






Daftar Pustaka

Gunawan, L., & Farid, M. (2014). Motivasi intrinsik, pola asuh orangtua demokratis, dan kreativitas anak sekolah dasar. Persona: Jurnal Psikologi Indonesia, 3(2).

Sarihidaya, N. A. (2014). Penerapan pembelajaran model Experiential Kolb untuk meningkatkan hasil belajar kompetensi memahami dasar‑dasar mesin. JMEL: Journal of Mechanical Engineering Learning, 3(1), 39‑40.



0 komentar:

Posting Komentar