22.5.25

UTS PSIKOLOGI INOVASI_CDIAN EKA

 Esai Ujian Tengah Semester

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Fakultas Psikologi, Kelas SJ & SP

Mata Kuliah: Psikologi Inovasi

Dosen Pengampu: Arundati Shinta

Nama Mahasiswa: Caecilia Dian Eka

NIM: 22310410182

Tanggal: 22 Mei 2025

Analisis Kasus Ayu Aryanti: Motivasi Internal dan Eksternal dalam Perubahan Diri

Fenomena perubahan diri yang dipicu oleh intervensi sosial menjadi topik menarik dalam psikologi inovasi. Kasus Ayu Aryanti, gadis remaja dari Jawa Barat yang menjadi anak asuh Kang Dedi Mulyadi (KDM), menggambarkan kompleksitas perubahan diri yang tidak hanya bergantung pada faktor eksternal seperti reward materi, tetapi juga motivasi internal yang kuat dan berkelanjutan. Dalam esai ini, saya akan menganalisis kekurangan intervensi KDM, memberikan solusi sebagai asistennya, perspektif jika saya menjadi Ayu dan orangtuanya, serta membahas pertarungan motivasi internal dan eksternal berdasarkan Ellerman (2024).

1. Kekurangan Intervensi KDM dalam Mengubah Ayu

Intervensi KDM lebih menitikberatkan pada perubahan fisik dan sosial yang bersifat eksternal, seperti memperbaiki gizi, penampilan, dan membuka jejaring sosial Ayu. Namun, intervensi tersebut kurang memperhatikan aspek psikologis dan motivasi internal Ayu secara mendalam. Hal ini terlihat dari kegagalan Ayu untuk menginternalisasi nilai pendidikan tinggi sebagai investasi masa depan meskipun telah difasilitasi secara materiil. KDM juga menentukan arah perubahan tanpa melibatkan aspirasi dan kebutuhan psikologis Ayu secara penuh, sehingga Ayu merasa kurang memiliki kontrol dan keterikatan emosional terhadap perubahan tersebut. Intervensi yang terlalu fokus pada reward eksternal tanpa membangun motivasi intrinsik yang kuat cenderung bersifat sementara dan kurang efektif.

2. Jika Saya Menjadi Asisten KDM

Sebagai asisten KDM, saya akan mengusulkan pendekatan yang lebih holistik dan berpusat pada Ayu sebagai individu. Pertama, saya akan melakukan assessment psikologis mendalam untuk memahami nilai, minat, dan hambatan psikologis Ayu terhadap perubahan. Selanjutnya, saya akan mengajak Ayu berdialog terbuka untuk mengidentifikasi tujuan hidup dan cita-citanya secara autentik, bukan hanya berdasarkan harapan pihak luar. Saya juga akan mengembangkan program pendampingan yang menguatkan motivasi internal Ayu, seperti pelatihan pengembangan diri, coaching, dan pemberian ruang untuk berekspresi. Pendekatan ini diharapkan dapat mengintegrasikan motivasi internal dan eksternal secara seimbang sehingga perubahan menjadi lebih bermakna dan berkelanjutan.

3. Jika Saya Menjadi Ayu Aryanti

Jika saya berada di posisi Ayu, saya akan mencoba untuk memahami dan mengevaluasi secara kritis tawaran perubahan yang diberikan. Saya akan berusaha menyeimbangkan antara kebutuhan keluarga dan cita-cita pribadi dengan membuka komunikasi yang jujur kepada KDM dan orang tua tentang apa yang saya inginkan dan butuhkan. Saya juga akan mencari dukungan emosional dan sosial dari lingkungan sekitar agar tidak merasa terisolasi dalam proses perubahan. Selain itu, saya akan berusaha mengembangkan keterampilan dan pengetahuan yang relevan dengan minat dan potensi saya, sehingga keputusan untuk berjualan makaroni atau melanjutkan pendidikan dapat diambil berdasarkan pertimbangan matang dan bukan hanya tekanan eksternal.

4. Jika Saya Menjadi Orangtua Ayu

Sebagai orangtua, saya akan mendukung penuh apapun pilihan Ayu selama itu membawa kebahagiaan dan keberlanjutan hidupnya. Saya akan berusaha menjadi pendengar yang baik dan memberikan dukungan emosional tanpa memaksakan kehendak. Saya juga akan berkolaborasi dengan KDM dan pihak terkait untuk memastikan bahwa intervensi yang diberikan sesuai dengan kebutuhan dan karakter Ayu. Penting bagi saya untuk menjaga komunikasi terbuka dengan Ayu agar ia merasa dihargai dan didukung dalam setiap langkah hidupnya, baik dalam pendidikan maupun usaha mandiri.

5. Pertarungan Motivasi Internal vs. Eksternal dalam Perubahan Diri

Menurut Ellerman (2024), motivasi internal (intrinsik) adalah dorongan yang berasal dari dalam diri individu, seperti rasa ingin tahu, kepuasan pribadi, dan nilai-nilai yang diyakini. Sedangkan motivasi eksternal (ekstrinsik) berasal dari faktor luar, seperti imbalan materi, pengakuan sosial, atau tekanan lingkungan. Dalam konteks perubahan diri, motivasi internal cenderung menghasilkan perubahan yang lebih tahan lama dan bermakna karena didasari oleh kesadaran dan komitmen pribadi. Namun, ketika motivasi internal berada pada titik terendah, motivasi eksternal dapat berperan sebagai pemicu awal untuk memulai perubahan.

Pertarungan antara keduanya sangat dinamis dan kontekstual. Jika motivasi eksternal terlalu dominan tanpa diimbangi motivasi internal, perubahan bisa bersifat dangkal dan mudah hilang. Sebaliknya, motivasi internal yang kuat tanpa dukungan eksternal kadang sulit untuk diwujudkan karena keterbatasan sumber daya dan lingkungan. Oleh karena itu, intervensi yang efektif harus mampu menggabungkan kedua motivasi ini secara sinergis agar perubahan diri dapat terjadi secara optimal dan berkelanjutan.

Daftar Pustaka

Ellerman, D. (2024). Intrinsic versus extrinsic motivation: Applications across the social sciences. International Journal of Education and Social Science Research (IJESSR), 7(5), 107-125. Article No. 977, Sub Id 1535.


0 komentar:

Posting Komentar