23.5.25

UTS PSIKOLOGI INOVASI Oleh : NURHANDIKA KHAYATA AULADI (22310410198)


 Nama: Nurhandika Khayata Auladi

NIM: 22310410198

Mata Kuliah: Psikologi Inovasi

Kelas: SJ & SP

Dosen Pengampu: Dr. Dra. Arundati Shinta, M.A.

UTS Psikologi Inovasi - Mei 2025


Perubahan Diri dan Pentingnya Motivasi dari Dalam: Belajar dari Kisah Ayu Aryanti



Perubahan dalam hidup sering kali tidak semudah membalik telapak tangan. Banyak orang berpikir bahwa dengan memberi fasilitas dan bantuan, seseorang akan otomatis berubah. Namun, kenyataannya tidak selalu seperti itu. Kisah Ayu Aryanti dan Kang Dedi Mulyadi (KDM) menjadi bukti nyata bahwa perubahan sejati datang dari dalam diri, bukan semata-mata dari luar.

Ayu adalah siswi SMK dari Jawa Barat yang hidup dalam kesederhanaan. Ia menggantikan ayahnya bekerja menyapu halaman karena sang ayah sedang sakit. Perjuangan Ayu menarik perhatian KDM, yang kemudian menjadikannya anak asuh. Selama dua tahun tinggal bersama keluarga KDM, Ayu diberi makanan bergizi, fasilitas sekolah yang baik, perawatan fisik, bahkan pelatihan untuk menjadi lebih percaya diri dan terbuka.

Namun, setelah lulus SMK, Ayu membuat keputusan yang mengejutkan. Ia menolak melanjutkan pendidikan atau mengikuti cita-citanya menjadi polisi. Ia memilih kembali ke rumah dan membantu ibunya berjualan makaroni, meskipun hasilnya sangat kecil. Keputusan ini memunculkan banyak pertanyaan: mengapa Ayu menolak masa depan yang lebih cerah?

Jawabannya bisa dilihat dari sisi psikologi. KDM memang telah memberikan banyak bantuan dari luar, tapi belum tentu Ayu merasa "terlibat" secara batin. Ia mungkin tidak merasa bahwa perubahan itu adalah pilihannya sendiri. Dalam ilmu psikologi, hal ini berkaitan dengan motivasi internal dan eksternal. Motivasi internal muncul dari dalam diri seseorang, sedangkan motivasi eksternal berasal dari luar, seperti hadiah atau dorongan orang lain (Suryabrata, 2006).

Jika saya menjadi bagian dari tim yang mendampingi Ayu, saya akan lebih fokus membangun hubungan yang membuat Ayu merasa dihargai dan didengar. Saya akan berdialog dengan Ayu, menanyakan apa cita-cita dan harapannya. Saya juga akan membantu Ayu melihat bahwa pendidikan bisa menjadi jalan terbaik untuk membantu keluarga, bukan malah menjauhkan diri dari mereka. Seperti dijelaskan oleh Santrock (2012), remaja sedang berada dalam masa pencarian identitas, sehingga mereka butuh ruang untuk mengambil keputusan sendiri.

Kalau saya menjadi Ayu, saya akan mencoba membuka pikiran saya lebih luas. Saya paham bahwa keluarga adalah segalanya, dan saya ingin membantu mereka. Tapi saya juga akan berpikir bahwa pendidikan adalah cara saya membantu keluarga dalam jangka panjang. Saya bisa kuliah dan bekerja, lalu memberikan kehidupan yang lebih baik bagi orangtua saya. Saya tidak perlu meninggalkan keluarga, tapi saya harus berani maju untuk masa depan saya sendiri.

Sebagai orangtua, saya akan mendukung anak saya dalam menjalani pendidikan tinggi. Saya akan menjelaskan bahwa masa depan anak adalah investasi bagi seluruh keluarga. Saya juga akan berusaha menjaga komunikasi dengan pihak yang membantu anak saya, seperti KDM, agar tidak ada kesalahpahaman atau tekanan yang berlebihan.

Akhirnya, kita bisa melihat bahwa motivasi internal adalah kunci dalam perubahan. Seperti dijelaskan oleh Ellerman (2024), perubahan yang hanya berdasarkan motivasi eksternal akan bersifat sementara, dan bisa gagal jika tidak sejalan dengan nilai-nilai pribadi seseorang. Ini juga diperkuat oleh Suryabrata (2006), yang menyatakan bahwa motivasi dari dalam lebih kuat dan tahan lama dibandingkan dengan motivasi dari luar.

Kisah Ayu mengajarkan kita bahwa membantu orang lain bukan hanya soal memberi materi atau fasilitas, tapi juga tentang mendampingi mereka menemukan makna hidup dan arah masa depan. Perubahan yang sejati adalah perubahan yang disadari dan diinginkan oleh individu itu sendiri.


 DAFTAR PUSTAKA:

Ellerman, D. (2024). Intrinsic versus extrinsic motivation: Applications across the social sciences. International Journal of Education and Social Science Research (IJESSR), 7(5): 107–125.

Santrock, J. W. (2012). Psikologi Perkembangan: Remaja. Jakarta: Erlangga.

Suryabrata, S. (2006). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

0 komentar:

Posting Komentar