Nama: Nurhandika Khayata Auladi
NIM: 22310410198
Mata
Kuliah: Psikologi Inovasi
Kelas:
SJ & SP
Dosen
Pengampu: Dr. Dra. Arundati Shinta, M.A.
UTS Psikologi Inovasi - Mei
2025
Perubahan Diri dan Pentingnya Motivasi dari Dalam: Belajar dari Kisah Ayu Aryanti
Perubahan dalam hidup sering kali tidak semudah
membalik telapak tangan. Banyak orang berpikir bahwa dengan memberi fasilitas
dan bantuan, seseorang akan otomatis berubah. Namun, kenyataannya tidak selalu
seperti itu. Kisah Ayu Aryanti dan Kang Dedi Mulyadi (KDM) menjadi bukti nyata
bahwa perubahan sejati datang dari dalam diri, bukan semata-mata dari luar.
Ayu adalah siswi SMK dari Jawa Barat yang hidup
dalam kesederhanaan. Ia menggantikan ayahnya bekerja menyapu halaman karena
sang ayah sedang sakit. Perjuangan Ayu menarik perhatian KDM, yang kemudian
menjadikannya anak asuh. Selama dua tahun tinggal bersama keluarga KDM, Ayu
diberi makanan bergizi, fasilitas sekolah yang baik, perawatan fisik, bahkan
pelatihan untuk menjadi lebih percaya diri dan terbuka.
Namun, setelah lulus SMK, Ayu membuat keputusan
yang mengejutkan. Ia menolak melanjutkan pendidikan atau mengikuti cita-citanya
menjadi polisi. Ia memilih kembali ke rumah dan membantu ibunya berjualan
makaroni, meskipun hasilnya sangat kecil. Keputusan ini memunculkan banyak
pertanyaan: mengapa Ayu menolak masa depan yang lebih cerah?
Jawabannya bisa dilihat dari sisi psikologi. KDM
memang telah memberikan banyak bantuan dari luar, tapi belum tentu Ayu merasa
"terlibat" secara batin. Ia mungkin tidak merasa bahwa perubahan itu
adalah pilihannya sendiri. Dalam ilmu psikologi, hal ini berkaitan dengan
motivasi internal dan eksternal. Motivasi internal muncul dari dalam diri
seseorang, sedangkan motivasi eksternal berasal dari luar, seperti hadiah atau
dorongan orang lain (Suryabrata, 2006).
Jika saya menjadi bagian dari tim yang mendampingi
Ayu, saya akan lebih fokus membangun hubungan yang membuat Ayu merasa dihargai
dan didengar. Saya akan berdialog dengan Ayu, menanyakan apa cita-cita dan
harapannya. Saya juga akan membantu Ayu melihat bahwa pendidikan bisa menjadi
jalan terbaik untuk membantu keluarga, bukan malah menjauhkan diri dari mereka.
Seperti dijelaskan oleh Santrock (2012), remaja sedang berada dalam masa
pencarian identitas, sehingga mereka butuh ruang untuk mengambil keputusan sendiri.
Kalau saya menjadi Ayu, saya akan mencoba membuka
pikiran saya lebih luas. Saya paham bahwa keluarga adalah segalanya, dan saya
ingin membantu mereka. Tapi saya juga akan berpikir bahwa pendidikan adalah
cara saya membantu keluarga dalam jangka panjang. Saya bisa kuliah dan bekerja,
lalu memberikan kehidupan yang lebih baik bagi orangtua saya. Saya tidak perlu
meninggalkan keluarga, tapi saya harus berani maju untuk masa depan saya
sendiri.
Sebagai orangtua, saya akan mendukung anak saya
dalam menjalani pendidikan tinggi. Saya akan menjelaskan bahwa masa depan anak
adalah investasi bagi seluruh keluarga. Saya juga akan berusaha menjaga
komunikasi dengan pihak yang membantu anak saya, seperti KDM, agar tidak ada
kesalahpahaman atau tekanan yang berlebihan.
Akhirnya, kita bisa melihat bahwa motivasi internal
adalah kunci dalam perubahan. Seperti dijelaskan oleh Ellerman (2024),
perubahan yang hanya berdasarkan motivasi eksternal akan bersifat sementara,
dan bisa gagal jika tidak sejalan dengan nilai-nilai pribadi seseorang. Ini
juga diperkuat oleh Suryabrata (2006), yang menyatakan bahwa motivasi dari
dalam lebih kuat dan tahan lama dibandingkan dengan motivasi dari luar.
Kisah Ayu mengajarkan kita bahwa membantu orang
lain bukan hanya soal memberi materi atau fasilitas, tapi juga tentang
mendampingi mereka menemukan makna hidup dan arah masa depan. Perubahan yang
sejati adalah perubahan yang disadari dan diinginkan oleh individu itu sendiri.
Ellerman, D. (2024). Intrinsic versus extrinsic motivation: Applications across the social sciences. International Journal of Education and Social Science Research (IJESSR), 7(5): 107–125.
Santrock,
J. W. (2012). Psikologi Perkembangan: Remaja. Jakarta: Erlangga.
Suryabrata,
S. (2006). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
.jpeg)
0 komentar:
Posting Komentar