23.5.25

UTS Psikologi Inovasi _ Laora Arthamevia Viranezy

 

Nama                           : Laora Arthamevia Viranezy

NIM                            : 22310410148

Kelas                           : Psikologi SJ

Mata Kuliah                : Psikologi Inovasi

Dosen Pengampu        : Dr., Dra. Arundati Shinta MA

Mei 2025

                                                            Jawaban UTS Psikologi Inovasi

                                         


Permasalahan

Dari kisah Ayu Aryanti ini mencerminkan kegagalan transformasi personal meskipun fasilitas dan dukungan dari figur berpengaruh seperti KDM sudah diberikan. Intervensi yang terstruktur dan penuh perhatian selama dua tahun ternyata tidak cukup mengubah keputusan akhir yang diambil oleh Ayu. Ayu  tetap memilih jalan hidup sederhana dan menjauhi pilihan rasional seperti pendidikan tinggi atau karier bergengsi.

 

Analisis Kekurangan Intervensi KDM

KDM fokus pada pemberian fasilitas eksternal seperti nutrisi, perawatan diri, lingkungan baru, serta motivasi berbasis imbalan. Namun, intervensi ini belum menyentuh aspek psikologis mendalam seperti trauma masa kecil, kebutuhan akan keamanan emosional di lingkungan asal, dan nilai hidup yang diyakini Ayu. Pendekatan KDM lebih banyak bersifat top-down—berangkat dari persepsi "apa yang terbaik menurut saya" daripada "apa kebutuhan batin Ayu". Kurangnya pendekatan yang membangun self determination membuat perubahan menjadi artifisial (tidak alami atau dilakukan secara terpaksa) dan tidak bertahan lama.

 

Jika Saya Menjadi Asisten KDM

Saya akan mencoba untuk mengusulkan pendekatan berbasis psikologi humanistik dan motivasional, contohnya seperti motivational interviewing. Ayu perlu dilibatkan secara aktif dalam dialog, bukan hanya diarahkan. Selain itu, saya akan mengadakan sesi reflektif reguler untuk mengukur pemaknaan perubahan yang terjadi dan memperkuat sense of ownership terhadap masa depan Ayu. Sebagai asisten juga perlu menjembatani hubungan antara lingkungan baru dan nilai nilai lama Ayu agar tidak terjadi konflik identitas.

Jika saya sebagai Ayu, saya akan mencoba melihat lebih jauh dari rasa nyaman dan kasih sayang keluarga. Saya akan mempertimbangkan investasi jangka panjang dalam bentuk pendidikan sebagai cara meningkatkan kesejahteraan keluarga. Keputusan untuk berjualan makaroni bisa tetap dijalankan, namun sambil kuliah atau pelatihan, agar ada pengembangan kapasitas pribadi dan ekonomi yang lebih berkelanjutan. Sebaliknya jika saya sebagai orangtua, saya akan tetap menjadi sumber kasih sayang dan dukungan emosional. Namun, saya juga perlu membuka pikiran terhadap kesempatan anak untuk bisa lebih berkembang. Memberikan izin, doa, dan motivasi agar Ayu berani keluar dari zona nyamannya dan mencoba dunia baru yang lebih besar dari sekadar zona nyaman di rumah, hal ini akan menjadi kontribusi penting saya sebagai orang tua.

Pertarungan Motivasi Internal vs Eksternal

Menurut Ellerman (2024), motivasi internal cenderung bertahan lebih lama dan lebih kuat untuk perubahan jangka panjang, karena muncul dari dalam diri seseorang dan terhubung dengan nilai serta tujuan pribadi. Namun, saat motivasi internal lemah atau tidak terbentuk, motivasi eksternal seperti hadiah, perhatian, atau figur teladan bisa menjadi pemantik. Dalam kasus Ayu, motivasi eksternal gagal menjadi pengganti motivasi internal karena tidak didampingi dengan pendekatan yang memfasilitasi refleksi dan penemuan makna personal.

Perubahan sejati tidak bisa hanya dibentuk dari luar. Ia harus tumbuh dari dalam, melalui kesadaran, pemahaman diri, dan keterhubungan antara nilai, harapan, dan tujuan. KDM memberikan peluang, tapi tidak memberi ruang yang cukup bagi Ayu untuk menemukan suaranya sendiri. Kasus Ayu Aryanti ini menyoroti pentingnya keseimbangan antara motivasi internal dan eksternal dalam proses perubahan diri. Intervensi yang dilakukan oleh KDM, meskipun penuh dengan niat baik dan fasilitas memadai, namun gagal menghasilkan perubahan jangka panjang dikarenakan kurang menyentuh aspek psikologis dan nilai-nilai personal Ayu. Motivasi eksternal seperti hadiah, kenyamanan, dan perhatian tidak mampu menggantikan kekuatan motivasi internal yang berasal dari makna hidup, keyakinan, dan tujuan pribadi seseorang. Perubahan sejati hanya akan bertahan jika individu merasa memiliki kendali atas pilihan hidup.

 

Daftar Pustaka:

Ellerman, D. (2024). Intrinsic versus extrinsic motivation: Applications across the social sciences. International Journal of Education and Social Science Research (IJESSR), 7(5), 107-125.

0 komentar:

Posting Komentar