22.5.25

UTS PSIKOLOGI INOVASI - FATIEN MUTHMAINNAH AZZAHRA

ESSAY UJIAN TENGAH SEMESTER

Nama: Fatien Muthmainnah Azzahra

NIM: 22310410185

Dosen Pengampu: Dr. Arundati Shinta, M.A

Fakultas Psikologi

Universitas Proklamasi 45

 

Kang Dedi Mulyadi atau yang biasa disebut KDM adalah Gubernur Jawa Barat saat ini. Sosoknya yang tengah viral karena fenomena perubahan nyata pada masyarakat Jawa Barat. Salah satunya adalah Kang Dedi Mulyadi mengangkat Ayu Aryanti menjadi anak asuhnya. Ayu Aryanti adalah seorang gadis usia15-16 tahun bersekolah di SMK Akuntansi kelas 1, Jawa Barat. Ia bertemu dengan Kang Dedi Mulyadi saat sedang menyapu halaman sebuah instansi pemerintah  dan diwawancarai. Kisahnya menjadi viral karena perhatian publik terhadap kehidupannya dan kemudian mendapat intervensi dari Kang Dedi Mulyadi yang mengasuhnya. Selang 2 tahun berada diasuh oleh Kang Dedi Mulyadi, Ayu memilih kembali pada orangtuanya dan berjualan makaroni. Ia menolak fasilitas pendidikan yang ditawarkan Kang Dedi Mulyadi. Intervensi Kang Dedi Mulyadi agar Ayu bisa melihat bahwa pendidikan tinggi adalah investasi, ternyata gagal.

Dilihat dari berbagai sudut pandang seperti perspektif sosial, psikologis dan etika media. Kehidupan Ayu yang diangkat ke publik secara luas melalui sosial media Kang Dedi Mulyadi bisa berdampak pada trauma yang berdampak pada psikologis jangka panjang seperti rasa malu, tekanan sosial dan stigmatisasi. Pendekatan yang dilakukan Kang Dedi Mulyadi bersifat eksternal yang memberi solusi dari luar tanpa membangun dari inisiatif Ayu sendiri secara bertahap. Perubahan yang bersifat instan bisa saja tidak berkelanjutan jika tidak dibarengi dengan pembinaan jangka panjang dan perubahan mindset yang konsisten. Lalu, perubahan Ayu sebagau simbol perubahan bersifat individu berhasil setelah dibantu, padahal kondisi sosial yang menyebabkan masalah seperti Ayu bersifat sitemik (kemiskinan, pendidikan, keluarga disfungsional). Dampak ini mengaburkan fakta bahwa banyak Ayu-Ayu lain di luar sana yang membutuhkan intervensi sistemik, bukan hanya personal.

Jika saya berperan sebagai asisten Kang Dedi Mulyadi, pendekatan yang saya lakukan akan berfokus menguatkan intervensi beliau dengan prinsip etis, berkelanjutan, dan berbasis komunitas, bukan hanya viral atau karismatik. Dimulai dengan menyusun rencana intervensi sosial yang terstruktur saya akan membantu Kang Dedi Mulyadi membuat rencana jangan pendek, menengah, dan jangka panjang untuk setiap individu atau keluarga yang dibantu agar perubahan tidak hanya instan dan simbolis. Saya akan menyarankan agar konten yang diunggah berfokus pada edukasi publik dan sistemik, bukan pada penderitaan personal. Sebagai asisten Kang Dedi Mulyadi peran saya bukan hanya mendukung aksi yang menyentuh hati publik, tetapi menyusun sistem yang adil dan berkelanjutan agar setiap bantuan berdampak nyata dalam jangka panjang.

Jika saya adalah Ayu Aryanti yang tiba-tiba mendapat sorotan publik dan intervensi dari figur seperti Kang Dedi Mulyadi, maka dengan kesadaran penuh saya sangat merasa bersyukur atas bantuan tersebut dan menjadikan kesempatan itu untuk merubah hidup saya menjadi lebih baik dan saya akan terus menerus belajar dan mengembangkan diri.

Sebagai orangtua, saya sangat berperan untuk mendorong kehidupan Ayu menjadi lebih sukses bukan malah hanya  berjualan makaroni. Saya akan berkomunikasi dengannya tentang perasaannya selama tinggal dirumah Kang Dedi Mulyadi, berkomunikasi juga dengan pihak Kang Dedi Mulyadi untuk menemukan pemahaman tentang Ayu, apa yang dirasakannya, apa yang diinginkannya untuk masa depannya. Penting bagi saya untuk mengetahui alasan Ayu berjualan makaroni lagi dan melepas kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Dalam konteks Ayu ini, yang paling banyak mengambil alih adalah motivasi eksternal (dorongan dari luar, intervensi, tekanan sosial dan hadiah) dan kurangnya motivasi internal. Menurut saya kombinasi yang efektif adalah motivasi eksternal sebagai pemantik, lalu internal sebagai penggerak utama apa yang ingin dituju. Motivasi eksternal memang bisa mendorong untuk memulai, tetapi hanya motivasi internal yang mampu membuat Ayu bertahan. Jika ingin perubahan pada Ayu berjangka panjang, maka perubahan harus dimulai dari diri sendiri bukan karena paksaan.

 

Referensi

Ellerman, D. (2024). Intrinsic versus Extrinsic Motivation:Applications Across the Social Sciences. International Jurnal of Education and Social Science Research.

 

 

0 komentar:

Posting Komentar