22.5.25

Esai - Mid Exam

 Nama: Silau Ildabella Septama

NIM: 24310420065

Kelas: Psikologi Inovasi SPSJ






• Apa kekurangan intervensi KDM dalam mengubah Ayu?

Ayu mendapat eksposur media terlalu banyak di usia yang sangat muda. Untuk seorang remaja yang hidupnya kurang beruntung secara finansial dan besar di lingkungan orang biasa, saya yakin Ayu kesulitan untuk beradaptasi dengan kehidupan KDM yang banyak dibagikan kepada khalayak lewat konten YouTube. KDM memang memiliki niat yang besar untuk menolong Ayu keluar dari lingkungan kehidupannya yang kurang beruntung, namun agaknya menyepelekan pentingnya rapport yang harus dibangun pada diri Ayu. Dikatakan Ayu adalah seorang remaja yang introvert dan tidak pandai bergaul, namun untuk mendukungnya melawan kekurangan itu bukan dengan dijadikan konten. Mendokumentasikan seorang anak di bawah umur yang mengalami tekanan secara emosional (menangis) bukanlah tindakan yang etis. Orang-orang introvert butuh waktu lebih banyak dibandingkan orang-orang yang ekstrovert untuk beradaptasi dengan lingkungan baru dan orang banyak. Saya menilai langkah yang diambil KDM sekalipun dimulai dengan niat yang baik—kurang bijak—karena tidak mempertimbangkan apakah Ayu merasa nyaman atau tidak mendapat perhatian yang sedemikian besarnya bahkan menjadi tontonan karena mendadak muncul di konten-konten YouTube KDM. Sebanyak apapun uang yang diberikan dan sebesar apapun kesempatan yang ditawarkan, tidak akan mampu ditukar dengan rasa nyaman dan percaya seseorang. Menurut saya, inilah penyebab mengapa pada akhirnya Ayu memilih untuk kembali kepada kehidupan lamanya; tinggal bersama KDM tidak berarti berhasil mendapatkan rasa percaya dari diri Ayu. Sementara manusia sendiri cenderung akan memilih pilihan yang terasa familiar. Nampaknya, hidup bersama KDM merupakan tantangan yang berat bagi Ayu yang seorang introvert untuk beradaptasi dan mengimbangi kehidupan KDM yang sangat berbeda dari keluarganya dan cenderung terekspos. Hal ini menjadi contoh bahwa uang tidak dapat membeli rasa aman.
Saya membaca komentar-komentar di video dimana Ayu diwawancarai soal keputusannya meninggalkan rumah KDM. Hanya segelintir yang berusaha memahami situasinya dari ‘sepatu' Ayu. Kebanyakan menyayangkan fakta bahwa Ayu menyia-nyiakan kesempatan besar dari KDM. Namun menurut saya, komentar-komentar tersebut kebanyakan adalah proyeksi dari orang-orang yang berharap merekalah yang ada di posisi Ayu. Sangat disayangkan bahwa tidak ada seorang pun yang berusaha membayangkan ada di posisi Ayu, vulnerable dan labil, butuh didengarkan bukan dipaksa, namun berakhir menjadi buah bibir demi sebuah konten, engagement, dan memoles citra seorang public figure.

• Bila Anda adalah asistennya KDM, apa yang akan Anda lakukan?

Pertama-pertama, saya akan resign saja. Terlalu melelahkan bekerja untuk seseorang yang mementingkan konten media sosial setiap saat, setiap waktu, dan yang membagikan hidupnya terlalu banyak di ruang publik. Harus ngonten di sini, harus ngonten di sana, kamera harus ready kapan saja selama ada prospek viral… harus briefing ini dan itu, menyiapkan script… fakta yang tidak dapat disangkal adalah konten media sosial terlalu berisiko untuk dimanipulasi demi viewers dan engagement. Sulit memastikan apakah konten tersebut asli atau settingan, tulus atau penuh tipu muslihat. Di depan kamera berarti Anda harus selalu siap berakting, dan orang-orang yang mendukung di balik layar harus siap pasang badan memastikan kontennya nampak meyakinkan khalayak.
Bila saya adalah asistennya KDM, saya tidak akan membiarkan anak-anak yang harusnya dilindungi haknya atas privasi dan informasi pribadi ini menjadi konsumsi publik dan kemungkinan jadi buah bibir.

• Bila Anda adalah Ayu, apa yang akan Anda lakukan?

Saya tidak dapat membayangkan hidup sebagai Ayu dan menjalani kehidupannya sebagai anak angkat seorang public figure seperti KDM. Saya tidak mau jadi Ayu.
Bila saya adalah Ayu, sangat manusiawi jika saya berakhir defensif dan terkesan menolak kesempatan yang diberikan KDM, karena uang bukanlah sumber rasa aman. Karena Ayu butuh lebih dari sekadar uang: ia lebih butuh sosok Ayah yang hadir dan ibu yang suportif.
5 atau 10 tahun dari sekarang, pernahkah KDM mempertimbangkan dampak dari eksposur atas diri Ayu ketika nanti ia beranjak dewasa, menemukan kehidupannya sendiri lalu menyadari bahwa masa lalunya, kelemahan-kelemahannya terekam dalam arsip-arsip konten KDM? Bukankah Ayu kesulitan dengan rasa tidak percaya diri, tapi mengapa malah mengekspos kelemahan itu di media sosial? Apakah cara ini akan membuat Ayu mengatasi rasa rendah dirinya?

• Bila Anda menjadi orang tua Ayu, apa yang akan Anda lakukan?

Dilihat dari kasus ini, orang tua asli Ayu cenderung pasrah saja dikarenakan keadaan mereka yang sulit secara ekonomi. Sehingga tidak ada resistensi terhadap penawaran dari KDM sekalipun harga yang harus dibayar adalah eksposur atas anak perempuan mereka.
Tapi jikalau saya adalah orang tua Ayu, saya akan menuntut KDM karena menjadikan Ayu sebagai bahan kontennya di YouTube, tanpa mempertimbangkan side effects yang akan diterima oleh Ayu dan keluarganya. Karena jikalau KDM sungguh-sungguh berniat menolong Ayu dan keluarganya, tidak perlu dijadikan konten sana-sini, tidak perlu disiarkan di media sosial hingga akhirnya Ayu yang masih remaja memiliki jejak digital dan mengekspos kehidupan keluarganya. If his intention was to help, he could just made it private. Tanpa harus menjadikan insecurity dan kelemahan Ayu sebagai konsumsi publik untuk mendapat atensi dan simpati bahkan pujian. Tidak semua hal harus menjadi konsumsi publik, tidak semua hal harus disiarkan agar semua orang tahu. Many things are meant to be kept and locked as privacy.

• Seberapa kuat pertarungan antara motivasi internal dan motivasi eksternal dalam perubahan diri?

KDM memakai motivasi eksternal untuk mendorong seseorang melakukan perubahan diri, termasuk pada anak angkatnya, Ayu. Motivasi eksternal memang dapat memanipulasi seseorang untuk melakukan sesuatu yang kurang menyenangkan karena ada reward-nya, namun penelitian menunjukkan bahwa reward dapat menurunkan motivasi internal seseorang dalam melakukan sesuatu karena perasaan rela. Menurut penelitian, motivasi internal butuh didukung oleh lingkungan sosial yang memperngaruhi keputusan pribadi dibanding tekanan eksternal. Alasan mengapa motivasi eksternal seringkali tidak mampu mendorong motivasi internal dalam diri seseorang adalah ketika lingkungan sosialnya memakai perilaku mengontrol, penguatan dan hukuman.

0 komentar:

Posting Komentar