22.5.25

UJIAN TENGAH SEMESTER PSIKOLOGI INOVASI - EMILIA SINTA MAHARANI

EMILIA SINTA MAHARANI

PSIKOLOGI SJ

23310410180

UJIAN TENGAH SEMESTER PSIKOLOGI INOVASI

DOSEN PENGAMPU : Dr. ARUNDATI SHINTA, M.A 

Menemukan Arah Perubahan: Refleksi Psikologis atas Kasus Ayu Aryanti dan Intervensi Kang Dedi Mulyadi

    Di tengah derasnya konten viral yang menggugah emosi publik, kisah Ayu Aryanti dan Kang Dedi Mulyadi (KDM) menjadi salah satu yang menyita perhatian. Ayu, siswi SMK asal Jawa Barat yang awalnya dikenal sebagai gadis pekerja keras dan penuh doa, mendapat kesempatan luar biasa menjadi anak asuh KDM. Selama dua tahun, Ayu tinggal bersama keluarga KDM, difasilitasi hidup layak, diarahkan untuk menjadi pribadi percaya diri, bahkan disiapkan untuk pendidikan tinggi atau masuk institusi kepolisian. Namun, hasil akhir dari proses panjang tersebut membuat publik terhenyak: Ayu memilih kembali ke rumah dan berjualan makaroni dengan penghasilan yang sangat kecil.

    Fenomena ini membuka pertanyaan penting dalam psikologi pendidikan dan perkembangan: mengapa intervensi yang begitu besar dari luar tidak mampu mengubah keputusan hidup seseorang? Salah satu kelemahan mendasar dari intervensi KDM adalah terlalu menekankan aspek fisik dan lingkungan, namun kurang membangun kesadaran internal Ayu. Dalam psikologi motivasi, perubahan sejati harus datang dari dalam diri seseorang. Ayu memang dibentuk secara luar, namun nilai dan keyakinan pribadinya tidak berkembang seiring dengan fasilitas yang diterima. Ia tetap merasa nyaman dalam keterbatasan karena tidak melihat manfaat jangka panjang dari investasi pendidikan. Di sinilah letak kegagalan intervensi: mengandalkan reward tanpa membangkitkan makna.

    Jika saya adalah asisten KDM, saya akan menerapkan pendekatan psikologis yang lebih mendalam. Alih-alih hanya memberi fasilitas, saya akan melakukan asesmen psikososial ringan untuk menggali apa yang menjadi keyakinan, ketakutan, dan harapan Ayu. Proses ini bisa dilakukan melalui sesi mentoring atau konseling terarah. Saya juga akan mengajak Ayu berdiskusi tentang impiannya, menanamkan wawasan tentang masa depan, dan mengajaknya ikut mengambil keputusan dalam hidupnya sendiri. Karena dalam proses perubahan, partisipasi aktif individu sangat penting untuk memastikan bahwa perubahan tersebut diterima secara sadar.

    Sebagai Ayu, saya akan menyadari bahwa masa depan adalah sesuatu yang harus dirancang, bukan ditunggu. Saya mungkin berasal dari latar belakang sederhana, namun saat diberi kesempatan luar biasa, saya harus membuka diri dan berani keluar dari zona nyaman. Kesempatan pendidikan bukanlah beban, melainkan jembatan menuju kemandirian. Sedangkan bila saya menjadi orang tua Ayu, saya akan terus memberi dukungan emosional sambil tetap mendorong anak saya untuk mengambil jalan yang dapat memperbaiki kualitas hidupnya di masa depan. Saya tidak akan membatasi pilihan anak, tetapi saya akan memastikan ia memiliki pemahaman yang cukup tentang konsekuensi setiap pilihannya.

    Dalam kasus ini, kita dapat melihat bahwa perubahan diri bukan hanya soal motivasi eksternal seperti hadiah, uang, atau kenyamanan fisik. Seperti dijelaskan Ellerman (2024), motivasi eksternal bisa mendorong perilaku sementara, namun motivasi internallah yang menentukan keberlanjutan perubahan. Ketika motivasi internal lemah, memang benar bahwa dorongan luar dapat menjadi pendorong awal. Namun jika tidak diiringi dengan internalisasi nilai dan makna, perubahan itu hanya menjadi kosmetik—rapuh dan mudah pudar. Kuncinya ada pada bagaimana seseorang merasa memiliki arah hidupnya sendiri.

    Kisah Ayu menunjukkan kepada kita bahwa pendidikan bukan hanya tentang fasilitas, tetapi tentang menyalakan kesadaran. Tanpa motivasi internal, bahkan intervensi sebaik apa pun takkan mengubah siapa pun. Sebaliknya, ketika seseorang memiliki semangat untuk berubah dari dalam, maka bahkan tanpa banyak fasilitas, ia bisa merancang masa depan yang bermakna. Inilah yang seharusnya menjadi fokus pendampingan psikologis: membangun manusia dari dalam, bukan hanya membungkusnya dari luar.


Daftar Pustaka:
Ellerman, D. (2024). Intrinsic versus extrinsic motivation: Applications across the social sciences. International Journal of Education and Social Science Research (IJESSR), 7(5), 107–125.
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sardiman, A. M. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.
Uno, H. B. (2016). Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.

0 komentar:

Posting Komentar