22.5.25

UTS PSIKOLOGI INOVASI Oleh : Mardianto Tiro (22310410139)

Nama: Mardianto Tiro

NIM: 22310410139

Mata Kuliah: Psikologi Inovasi

Kelas: SJ & SP

Dosen Pengampu: Dr. Dra. Arundati Shinta, M.A.

UTS Psikologi Inovasi - Mei 2025

 


Membedah Intervensi Perubahan oleh KDM terhadap Ayu Aryanti: Antara Motivasi dan Realita

Perubahan perilaku bukanlah sesuatu yang mudah, terlebih jika intervensi tersebut dilakukan tanpa memahami konteks psikologis mendalam dari individu yang menjadi target perubahan. Kasus Ayu Aryanti bersama Kang Dedi Mulyadi (KDM) adalah contoh nyata di mana niat baik dan intervensi penuh fasilitas tidak serta-merta menjamin terjadinya perubahan yang diharapkan. Ayu, dengan latar belakang keluarga sederhana dan kepribadian tertutup, diberikan akses terhadap fasilitas mewah, perhatian, bahkan peluang pendidikan tinggi. Namun, keputusan akhirnya untuk kembali ke keluarganya dan berjualan makaroni menunjukkan adanya sesuatu yang kurang dalam pendekatan KDM.

1. Kekurangan Intervensi KDM terhadap Ayu

KDM memang telah memberikan berbagai bentuk motivasi ekstrinsik, seperti fasilitas hidup nyaman, uang, dan perhatian. Namun, intervensinya terkesan terlalu bersifat top-down, yaitu memaksakan arah perubahan yang ditentukan oleh persepsi KDM sendiri tanpa melibatkan kebutuhan psikologis Ayu secara utuh. Berdasarkan teori Self-Determination Theory oleh Deci dan Ryan (2000), motivasi akan berkembang optimal bila kebutuhan akan autonomi, kompetensi, dan relasi terpenuhi. Dalam kasus ini, autonomi Ayu tampak kurang dihargai; ia lebih diarahkan daripada dilibatkan secara aktif dalam menentukan masa depannya.

Jurnal oleh Yulianti (2021) dalam Jurnal Psikologi Pendidikan dan Konseling menyatakan bahwa motivasi internal individu sangat dipengaruhi oleh pengalaman subjektif yang membentuk persepsi makna hidup. Artinya, meskipun Ayu mendapatkan "kebaikan", tetapi jika hal itu tidak sesuai dengan nilai-nilai pribadinya, maka perubahan tidak akan bertahan lama.

2. Bila Saya Menjadi Asisten KDM

Jika saya adalah asistennya KDM, pendekatan saya akan lebih berorientasi pada pemberdayaan (empowerment) dan konseling. Saya akan menggunakan pendekatan motivational interviewing untuk mengeksplorasi nilai-nilai, keyakinan, serta tujuan hidup Ayu, bukan hanya memaksakan konsep sukses versi orang dewasa. Intervensi yang berhasil adalah yang memberdayakan, bukan menggantikan kontrol individu atas hidupnya.

Dari sudut pandang psikologi sosial, perubahan perilaku akan lebih efektif jika individu merasa memiliki peran dalam proses tersebut. Maka dari itu, penting bagi saya sebagai asisten KDM untuk menciptakan ruang dialog yang aman agar Ayu dapat mengemukakan keinginannya tanpa merasa dihakimi.

3. Bila Saya Adalah Ayu

Jika saya berada di posisi Ayu, saya tentu merasa bersyukur atas kesempatan yang diberikan. Namun, sebagai remaja yang memiliki rasa tanggung jawab tinggi terhadap keluarga, saya mungkin akan tetap memilih berada dekat dengan orang tua saya. Yang akan saya lakukan berbeda adalah, saya akan berusaha mencari titik tengah: tetap kuliah sambil menjalankan usaha makaroni secara online atau dengan sistem kemitraan. Dengan begitu, saya bisa membalas kebaikan KDM sekaligus tidak melupakan keluarga yang telah membesarkan saya.

4. Bila Saya Menjadi Orangtua Ayu

Sebagai orangtua, saya akan terus mendampingi Ayu secara emosional dan mendorongnya untuk mengambil keputusan berdasarkan pemahaman jangka panjang. Saya tidak akan memaksa, tetapi akan memberi ruang refleksi dan informasi tentang manfaat pendidikan tinggi. Peran orang tua sangat penting dalam membangun motivasi internal anak, sebagaimana dikatakan dalam jurnal oleh Subekti (2019), bahwa dukungan emosional dari keluarga merupakan prediktor penting dalam keberhasilan akademik remaja.

5. Pertarungan Motivasi Internal vs Eksternal

Kasus Ayu menunjukkan betapa kuatnya motivasi internal dibandingkan motivasi eksternal. Meskipun ia mendapatkan segala bentuk penguatan dari luar, motivasi internal Ayu—yaitu kedekatan dengan keluarga, kenyamanan dalam kesederhanaan, dan keinginannya untuk hidup tenang—lebih dominan. Dalam jurnal oleh Nurmalasari & Fitria (2023), disebutkan bahwa motivasi ekstrinsik dapat mendorong perubahan sesaat, tetapi keberlanjutan perubahan hanya terjadi jika sudah terinternalisasi menjadi nilai pribadi.

Dalam konteks ini, KDM mungkin gagal memahami bahwa tidak semua perubahan harus terjadi dengan cara "mengubah total", karena kadang yang dibutuhkan seseorang hanyalah penguatan atas jati dirinya, bukan transformasi ke arah yang diinginkan orang lain. Maka, intervensi sosial perlu sensitif terhadap konteks dan dinamika psikologis individu.

Daftar Pustaka

  • Yulianti, L. (2021). Motivasi sebagai pengubahan perilaku. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Konseling, 7(2), 123–135.
  • Subekti, A. (2019). Peran Orang Tua dalam Membangun Motivasi Belajar Siswa. Jurnal Ilmu Pendidikan, 25(3), 44–50.
  • Nurmalasari, A., & Fitria, R. (2023). Pengaruh Motivasi Ekstrinsik terhadap Perubahan Perilaku Remaja. Jurnal Psikologi Sosial Indonesia, 8(1), 18–28.
  • Ellerman, D. (2024). Intrinsic versus extrinsic motivation: Applications across the social sciences. International Journal of Education and Social Science Research (IJESSR), 7(5), 107-125.

0 komentar:

Posting Komentar