Nama: Mardianto Tiro
NIM: 22310410139
Mata Kuliah: Psikologi Inovasi
Kelas: SJ & SP
Dosen Pengampu: Dr. Dra. Arundati Shinta, M.A.
UTS Psikologi Inovasi - Mei 2025
Membedah Intervensi Perubahan oleh KDM terhadap Ayu
Aryanti: Antara Motivasi dan Realita
Perubahan perilaku bukanlah sesuatu yang mudah,
terlebih jika intervensi tersebut dilakukan tanpa memahami konteks psikologis
mendalam dari individu yang menjadi target perubahan. Kasus Ayu Aryanti bersama
Kang Dedi Mulyadi (KDM) adalah contoh nyata di mana niat baik dan intervensi
penuh fasilitas tidak serta-merta menjamin terjadinya perubahan yang
diharapkan. Ayu, dengan latar belakang keluarga sederhana dan kepribadian
tertutup, diberikan akses terhadap fasilitas mewah, perhatian, bahkan peluang
pendidikan tinggi. Namun, keputusan akhirnya untuk kembali ke keluarganya dan
berjualan makaroni menunjukkan adanya sesuatu yang kurang dalam pendekatan KDM.
1. Kekurangan Intervensi KDM terhadap Ayu
KDM memang telah memberikan berbagai bentuk motivasi
ekstrinsik, seperti fasilitas hidup nyaman, uang, dan perhatian. Namun,
intervensinya terkesan terlalu bersifat top-down, yaitu memaksakan arah
perubahan yang ditentukan oleh persepsi KDM sendiri tanpa melibatkan kebutuhan
psikologis Ayu secara utuh. Berdasarkan teori Self-Determination Theory oleh
Deci dan Ryan (2000), motivasi akan berkembang optimal bila kebutuhan akan autonomi,
kompetensi, dan relasi terpenuhi. Dalam kasus ini, autonomi
Ayu tampak kurang dihargai; ia lebih diarahkan daripada dilibatkan secara aktif
dalam menentukan masa depannya.
Jurnal oleh Yulianti (2021) dalam Jurnal Psikologi
Pendidikan dan Konseling menyatakan bahwa motivasi internal individu sangat
dipengaruhi oleh pengalaman subjektif yang membentuk persepsi makna hidup.
Artinya, meskipun Ayu mendapatkan "kebaikan", tetapi jika hal itu
tidak sesuai dengan nilai-nilai pribadinya, maka perubahan tidak akan bertahan
lama.
2. Bila Saya Menjadi Asisten KDM
Jika saya adalah asistennya KDM, pendekatan saya akan
lebih berorientasi pada pemberdayaan (empowerment) dan konseling. Saya
akan menggunakan pendekatan motivational interviewing untuk mengeksplorasi
nilai-nilai, keyakinan, serta tujuan hidup Ayu, bukan hanya memaksakan konsep
sukses versi orang dewasa. Intervensi yang berhasil adalah yang memberdayakan,
bukan menggantikan kontrol individu atas hidupnya.
Dari sudut pandang psikologi sosial, perubahan
perilaku akan lebih efektif jika individu merasa memiliki peran dalam proses
tersebut. Maka dari itu, penting bagi saya sebagai asisten KDM untuk
menciptakan ruang dialog yang aman agar Ayu dapat mengemukakan keinginannya
tanpa merasa dihakimi.
3. Bila Saya Adalah Ayu
Jika saya berada di posisi Ayu, saya tentu merasa
bersyukur atas kesempatan yang diberikan. Namun, sebagai remaja yang memiliki
rasa tanggung jawab tinggi terhadap keluarga, saya mungkin akan tetap memilih
berada dekat dengan orang tua saya. Yang akan saya lakukan berbeda adalah, saya
akan berusaha mencari titik tengah: tetap kuliah sambil menjalankan usaha
makaroni secara online atau dengan sistem kemitraan. Dengan begitu, saya bisa
membalas kebaikan KDM sekaligus tidak melupakan keluarga yang telah membesarkan
saya.
4. Bila Saya Menjadi Orangtua Ayu
Sebagai orangtua, saya akan terus mendampingi Ayu
secara emosional dan mendorongnya untuk mengambil keputusan berdasarkan
pemahaman jangka panjang. Saya tidak akan memaksa, tetapi akan memberi ruang
refleksi dan informasi tentang manfaat pendidikan tinggi. Peran orang tua
sangat penting dalam membangun motivasi internal anak, sebagaimana dikatakan
dalam jurnal oleh Subekti (2019), bahwa dukungan emosional dari keluarga
merupakan prediktor penting dalam keberhasilan akademik remaja.
5. Pertarungan Motivasi Internal vs Eksternal
Kasus Ayu menunjukkan betapa kuatnya motivasi internal
dibandingkan motivasi eksternal. Meskipun ia mendapatkan segala bentuk
penguatan dari luar, motivasi internal Ayu—yaitu kedekatan dengan keluarga,
kenyamanan dalam kesederhanaan, dan keinginannya untuk hidup tenang—lebih
dominan. Dalam jurnal oleh Nurmalasari & Fitria (2023), disebutkan bahwa
motivasi ekstrinsik dapat mendorong perubahan sesaat, tetapi keberlanjutan
perubahan hanya terjadi jika sudah terinternalisasi menjadi nilai pribadi.
Dalam konteks ini, KDM mungkin gagal memahami bahwa
tidak semua perubahan harus terjadi dengan cara "mengubah total",
karena kadang yang dibutuhkan seseorang hanyalah penguatan atas jati dirinya,
bukan transformasi ke arah yang diinginkan orang lain. Maka, intervensi sosial
perlu sensitif terhadap konteks dan dinamika psikologis individu.
Daftar Pustaka
- Yulianti,
L. (2021). Motivasi sebagai pengubahan perilaku. Jurnal Psikologi
Pendidikan dan Konseling, 7(2), 123–135.
- Subekti,
A. (2019). Peran Orang Tua dalam Membangun Motivasi Belajar Siswa. Jurnal
Ilmu Pendidikan, 25(3), 44–50.
- Nurmalasari,
A., & Fitria, R. (2023). Pengaruh Motivasi Ekstrinsik terhadap
Perubahan Perilaku Remaja. Jurnal Psikologi Sosial Indonesia, 8(1),
18–28.
- Ellerman, D. (2024). Intrinsic versus extrinsic motivation: Applications across the social sciences. International Journal of Education and Social Science Research (IJESSR), 7(5), 107-125.
0 komentar:
Posting Komentar