22.5.25

UTS PSIKOLOGI INOVASI - JOHANES GERANDTINO - 23310410068

 Ujian Tengah Semester Psikologi Inovasi

Johanes Gerandtino 23310410064

Dosen Pengampu Dra. Arundati Shinta, M.A

Program Studi Psikologi

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45

Tahun 2025

  1. Intervensi Kang Dedi Mulyadi (KDM) untuk membantu Ayu Aryanti tidak berhasil mengubah Ayu secara mendasar, terutama dalam hal perencanaan masa depannya. Ini terjadi karena beberapa alasan Yaitu KDM kurang melibatkan diri secara emosional dan tidak memahami dunia Ayu sepenuhnya. Ia terlalu fokus pada bantuan material dan pendidikan, tanpa menyelami motivasi, ketakutan, dan nilai-nilai Ayu yang berasal dari keluarga sederhana. Keamanan yang ditawarkan KDM mungkin tidak sejalan dengan definisi "bahagia" atau "sukses" bagi Ayu. Target perubahan yang diinginkan KDM, seperti menjadi polisi atau melanjutkan pendidikan tinggi, terasa dipaksakan dan tidak relevan bagi Ayu. Meskipun Ayu pintar, ia mungkin tidak melihat korelasi langsung antara pendidikan tinggi dengan kebahagiaan atau keamanan yang ia cari. Cita-cita menjadi polisi bisa jadi hanya impian masa kecil yang tidak sesuai dengan kepribadiannya yang cenderung introvert. Ada kesenjangan nilai dan lingkungan. Dua tahun tidak cukup untuk mengubah pola pikir dan nilai-nilai yang sudah tertanam sejak kecil. Ayu mungkin tidak sepenuhnya menginternalisasi nilai-nilai keluarga KDM. Saat kembali ke orang tuanya, ia kembali ke zona nyamannya di mana berjualan makaroni adalah hal yang familiar dan memberinya rasa memiliki.

  2. Jika saya menjadi asisten Kang Dedi Mulyadi (KDM) dalam membantu Ayu Aryanti saya akan mengambil pendekatan yang lebih personal untuk memastikan intervensinya berhasil. Pertama, saya akan melakukan asesmen mendalam mengenai nilai-nilai inti, impian, ketakutan, dan preferensi pribadi Ayu. Ini bisa dilakukan melalui sesi konseling rutin, diskusi santai, atau bahkan kunjungan ke rumah lamanya untuk memahami konteks hidupnya secara menyeluruh. Sangat penting bagi Ayu untuk merasa memiliki suara dalam setiap keputusan tentang masa depannya, bukan hanya sekadar ditanya "Mau jadi apa?", melainkan lebih kepada "Apa yang membuatmu merasa bahagia dan aman di masa depan? Bagaimana kita bisa mencapai itu?". Selain itu, saya akan berupaya membangun jembatan antara dunia Ayu dengan keluarga KDM melalui sesi reguler yang melibatkan Ayu, orang tua kandungnya, dan keluarga KDM, untuk menjembatani perbedaan nilai dan harapan serta memastikan Ayu merasa nyaman dan tidak terputus dari akar budayanya.

  3. Jika saya adalah Ayu, dengan segala pengetahuan dan pengalaman yang saya miliki saat ini, saya akan melakukan beberapa hal yang berbeda. Saya akan lebih berani mengungkapkan isi hati dan kebutuhan saya kepada Kang Dedi Mulyadi (KDM) dan keluarganya. Saya akan jujur tentang perasaan saya, apa yang benar-benar saya inginkan, dan ketakutan saya, termasuk kecenderungan saya yang introvert dan keinginan untuk tetap dekat dengan orang tua kandung.

  4. Jika saya menjadi orang tua Ayu, prioritas utama saya adalah membangun komunikasi yang terbuka dengannya. Saya akan secara rutin berbicara dengan Ayu mengenai perasaannya selama tinggal di rumah Kang Dedi Mulyadi (KDM) dan apa harapannya untuk masa depan. Penting bagi saya untuk memahami alasan di balik keinginannya untuk kembali berjualan makaroni. Selain itu, saya akan menjalin komunikasi yang baik dengan KDM dan keluarganya untuk memastikan Ayu merasa nyaman dan agar ada pemahaman bersama mengenai kebutuhan serta keinginan Ayu. Saya akan berusaha menyampaikan sudut pandang Ayu dan kekhawatiran kami sebagai orang tua.

  5. Kasus Ayu Aryanti menegaskan bahwa perubahan yang didorong oleh motivasi eksternal (hadiah, fasilitas) tidak akan berkelanjutan jika tidak didukung oleh motivasi internal (nilai, keinginan pribadi). Meskipun KDM memberikan banyak dukungan material, motivasi internal Ayu untuk kembali ke zona nyaman, dekat dengan keluarga, dan berjualan makaroni terbukti lebih kuat. Ini menunjukkan bahwa tanpa pemahaman mendalam tentang identitas diri dan pemicu intrinsik seseorang, bantuan eksternal bisa menjadi sia-sia dalam jangka panjang, karena perubahan paksaan akan selalu kembali ke "default" internal seseorang.


0 komentar:

Posting Komentar