UJIAN TENGAH SEMESTER
PSIKOLOGI INOVASI
Dilema
Transformasi Diri: Antara Intervensi Eksternal dan Kekuatan Motivasi Internal pada Kasus Ayu Aryanti
Oleh :
NIM : 22310410169
Kelas : SJ
Dosen Pengampu:
Dr. Dra.
Arundati Shinta MA
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Yogyakarta
2025
Permasalahan
Kisah Ayu
Aryanti menggambarkan kegagalan intervensi sosial yang dilakukan oleh figur
publik, Kang Dedi Mulyadi (KDM), terhadap seorang remaja perempuan yang
sebenarnya memiliki potensi besar namun tidak mampu mengubah masa depannya
secara signifikan meskipun dibekali fasilitas, perhatian, dan kasih sayang.
Meskipun Ayu memperoleh berbagai bentuk dukungan eksternal, seperti pendidikan
yang layak, perawatan fisik, dan lingkungan sosial yang lebih baik, ia tetap
memilih kembali ke kehidupan lamanya dan menolak peluang besar yang ada di
hadapannya. Hal ini menimbulkan pertanyaan mendalam tentang efektivitas
intervensi eksternal dan pentingnya motivasi internal dalam perubahan diri.
Analisis
Permasalahan
Kekurangan
dari Intervensi KDM
Intervensi
KDM lebih menekankan pada perubahan dari sisi eksternal seperti fasilitas
hidup, pendidikan, serta lingkungan sosial. Namun, KDM tampaknya kurang
menggali aspek psikologis dan emosional Ayu secara mendalam. Ayu memiliki
kepribadian introvert, pemalu, dan cenderung patuh pada pola hidup yang sudah
terbentuk sejak kecil. KDM mungkin belum berhasil menyentuh inti dari motivasi
internal Ayu: nilai-nilai keluarga, rasa nyaman dalam kesederhanaan, serta
keterikatan emosional pada orangtua. Intervensi ini bersifat top-down tanpa
pelibatan aktif Ayu dalam menentukan masa depannya.
Jika Saya
adalah Asisten KDM
Saya akan
menyarankan pendekatan yang lebih humanis dan berbasis psikologi positif. Ayu
perlu diajak berdialog secara rutin untuk menggali keinginannya yang terdalam,
bukan hanya diberikan fasilitas dan arah. Saya juga akan merekomendasikan
konseling rutin dengan psikolog agar Ayu mampu mengenali potensi dirinya dan
membangun visi masa depan yang berasal dari dalam dirinya sendiri. Intervensi
berbasis partisipasi akan lebih berhasil daripada sekadar pemberian hadiah atau
arahan.
Jika Saya
adalah Ayu
Saya akan
mencoba melihat ulang kesempatan yang telah diberikan KDM. Meski latar belakang
saya miskin dan penuh keterbatasan, namun saya akan menyadari bahwa kesempatan
mengenyam pendidikan tinggi adalah investasi jangka panjang yang dapat mengubah
hidup saya dan keluarga. Saya akan belajar menyeimbangkan rasa cinta kepada
orangtua dengan tanggung jawab atas masa depan saya sendiri. Dengan menempuh
pendidikan tinggi, saya bisa menjadi lebih bermanfaat dan membahagiakan
orangtua lebih besar di masa depan.
Jika Saya
adalah Orangtua Ayu
Saya akan
mendukung keputusan KDM dalam membantu anak saya. Namun, saya juga akan
memberikan dorongan kuat kepada Ayu agar memanfaatkan kesempatan yang ada. Saya
akan belajar merelakan untuk sementara waktu demi masa depan anak yang lebih
baik. Saya akan menjelaskan kepada Ayu bahwa restu orangtua menyertai setiap
langkahnya dalam meraih impian, dan saya akan berusaha menjadi support system
yang tidak menghambat, tetapi mendorong pertumbuhan anak saya.
Pertarungan
Motivasi Internal vs Eksternal
Menurut
Ellerman (2024), motivasi internal adalah kekuatan utama dalam mendorong
perubahan diri, namun ketika hal ini lemah, motivasi eksternal perlu mengambil
alih. Dalam kasus Ayu, motivasi internalnya untuk maju mungkin belum terbentuk
utuh, karena kenyamanan dengan kondisi lama dan nilai hidup sederhana yang
dianut sejak kecil. Sementara motivasi eksternal berupa dukungan dari KDM belum
mampu mengakar dalam nilai-nilai yang diyakini Ayu. Maka, agar terjadi
perubahan yang berarti, motivasi eksternal tidak cukup hanya berupa materi,
tetapi harus mampu merangkul, menstimulasi, dan menginspirasi munculnya
motivasi internal yang kokoh. Kombinasi harmonis keduanya dengan pendekatan yang tepat akan menciptakan perubahan yang
sejati dan berkelanjutan.
Solusi
Solusi
terbaik untuk kasus Ayu adalah melalui pendekatan yang integratif dan berbasis
pada empowerment. Ayu perlu diajak menjadi subjek aktif dalam proses
pengembangan dirinya, bukan objek dari perubahan. Pemberdayaan (empowerment)
harus dilakukan secara bertahap dengan membangun kepercayaan diri, memberikan
ruang untuk berpendapat, dan menjadikan Ayu sebagai mitra dalam menyusun masa
depannya. Kolaborasi antara dukungan keluarga, figur inspiratif seperti KDM,
dan pendamping profesional seperti psikolog akan menjadi kunci keberhasilan
transformasi Ayu.
Daftar
Pustaka
Deci, E. L.,
& Ryan, R. M. (2000). The “What” and “Why” of Goal Pursuits: Human Needs
and the Self-Determination of Behavior. Psychological Inquiry, 11(4), 227–268.
Ellerman, D.
(2024). Internal vs External Motivation in Human Development. Journal of
Transformative Education, 22(1), 33–49.
Santrock, J.
W. (2011). Life-Span Development (13th ed.). McGraw-Hill Education.
Slameto.
(2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Suryabrata,
S. (2004). Psikologi Pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Winkel, W.
S. (2009). Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.
Zimmerman,
B. J. (2000). Attaining Self-Regulation: A Social Cognitive Perspective. In M.
Boekaerts, P. R. Pintrich, & M. Zeidner (Eds.), Handbook of Self-Regulation
(pp. 13–39). Academic Press.

0 komentar:
Posting Komentar