22.5.25

UJIAN TENGAH SEMESTER PSIKOLOGI INOVASI -Dilema Transformasi Diri: Antara Intervensi Eksternal dan Kekuatan Motivasi Internal pada Kasus Ayu Aryanti

 

                         UJIAN TENGAH SEMESTER PSIKOLOGI INOVASI     

 Dilema Transformasi Diri: Antara Intervensi Eksternal dan Kekuatan Motivasi Internal pada Kasus Ayu Aryanti                                                         

                                                                    Oleh :            

 

                                                 


   

                                                    Nama : Bunga Anggreani

                                                        NIM : 22310410169

                                                              Kelas : SJ

                                                         Dosen Pengampu:

                                                  Dr. Dra. Arundati Shinta MA

                                                            Fakultas Psikologi

                                            Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

                                                                 Yogyakarta

                                                                      2025



Permasalahan

     Kisah Ayu Aryanti menggambarkan kegagalan intervensi sosial yang dilakukan oleh figur publik, Kang Dedi Mulyadi (KDM), terhadap seorang remaja perempuan yang sebenarnya memiliki potensi besar namun tidak mampu mengubah masa depannya secara signifikan meskipun dibekali fasilitas, perhatian, dan kasih sayang. Meskipun Ayu memperoleh berbagai bentuk dukungan eksternal, seperti pendidikan yang layak, perawatan fisik, dan lingkungan sosial yang lebih baik, ia tetap memilih kembali ke kehidupan lamanya dan menolak peluang besar yang ada di hadapannya. Hal ini menimbulkan pertanyaan mendalam tentang efektivitas intervensi eksternal dan pentingnya motivasi internal dalam perubahan diri.

 

 

Analisis Permasalahan

Kekurangan dari Intervensi KDM

  Intervensi KDM lebih menekankan pada perubahan dari sisi eksternal seperti fasilitas hidup, pendidikan, serta lingkungan sosial. Namun, KDM tampaknya kurang menggali aspek psikologis dan emosional Ayu secara mendalam. Ayu memiliki kepribadian introvert, pemalu, dan cenderung patuh pada pola hidup yang sudah terbentuk sejak kecil. KDM mungkin belum berhasil menyentuh inti dari motivasi internal Ayu: nilai-nilai keluarga, rasa nyaman dalam kesederhanaan, serta keterikatan emosional pada orangtua. Intervensi ini bersifat top-down tanpa pelibatan aktif Ayu dalam menentukan masa depannya.

 

 

Jika Saya adalah Asisten KDM

   Saya akan menyarankan pendekatan yang lebih humanis dan berbasis psikologi positif. Ayu perlu diajak berdialog secara rutin untuk menggali keinginannya yang terdalam, bukan hanya diberikan fasilitas dan arah. Saya juga akan merekomendasikan konseling rutin dengan psikolog agar Ayu mampu mengenali potensi dirinya dan membangun visi masa depan yang berasal dari dalam dirinya sendiri. Intervensi berbasis partisipasi akan lebih berhasil daripada sekadar pemberian hadiah atau arahan.

 

 

Jika Saya adalah Ayu

   Saya akan mencoba melihat ulang kesempatan yang telah diberikan KDM. Meski latar belakang saya miskin dan penuh keterbatasan, namun saya akan menyadari bahwa kesempatan mengenyam pendidikan tinggi adalah investasi jangka panjang yang dapat mengubah hidup saya dan keluarga. Saya akan belajar menyeimbangkan rasa cinta kepada orangtua dengan tanggung jawab atas masa depan saya sendiri. Dengan menempuh pendidikan tinggi, saya bisa menjadi lebih bermanfaat dan membahagiakan orangtua lebih besar di masa depan.

 

Jika Saya adalah Orangtua Ayu

   Saya akan mendukung keputusan KDM dalam membantu anak saya. Namun, saya juga akan memberikan dorongan kuat kepada Ayu agar memanfaatkan kesempatan yang ada. Saya akan belajar merelakan untuk sementara waktu demi masa depan anak yang lebih baik. Saya akan menjelaskan kepada Ayu bahwa restu orangtua menyertai setiap langkahnya dalam meraih impian, dan saya akan berusaha menjadi support system yang tidak menghambat, tetapi mendorong pertumbuhan anak saya.

 

 

Pertarungan Motivasi Internal vs Eksternal

  Menurut Ellerman (2024), motivasi internal adalah kekuatan utama dalam mendorong perubahan diri, namun ketika hal ini lemah, motivasi eksternal perlu mengambil alih. Dalam kasus Ayu, motivasi internalnya untuk maju mungkin belum terbentuk utuh, karena kenyamanan dengan kondisi lama dan nilai hidup sederhana yang dianut sejak kecil. Sementara motivasi eksternal berupa dukungan dari KDM belum mampu mengakar dalam nilai-nilai yang diyakini Ayu. Maka, agar terjadi perubahan yang berarti, motivasi eksternal tidak cukup hanya berupa materi, tetapi harus mampu merangkul, menstimulasi, dan menginspirasi munculnya motivasi internal yang kokoh. Kombinasi harmonis keduanya dengan pendekatan yang tepat akan menciptakan perubahan yang sejati dan berkelanjutan.

 

Solusi

  Solusi terbaik untuk kasus Ayu adalah melalui pendekatan yang integratif dan berbasis pada empowerment. Ayu perlu diajak menjadi subjek aktif dalam proses pengembangan dirinya, bukan objek dari perubahan. Pemberdayaan (empowerment) harus dilakukan secara bertahap dengan membangun kepercayaan diri, memberikan ruang untuk berpendapat, dan menjadikan Ayu sebagai mitra dalam menyusun masa depannya. Kolaborasi antara dukungan keluarga, figur inspiratif seperti KDM, dan pendamping profesional seperti psikolog akan menjadi kunci keberhasilan transformasi Ayu.

 

 

 

Daftar Pustaka

Deci, E. L., & Ryan, R. M. (2000). The “What” and “Why” of Goal Pursuits: Human Needs and the Self-Determination of Behavior. Psychological Inquiry, 11(4), 227–268.

Ellerman, D. (2024). Internal vs External Motivation in Human Development. Journal of Transformative Education, 22(1), 33–49.

Santrock, J. W. (2011). Life-Span Development (13th ed.). McGraw-Hill Education.

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Suryabrata, S. (2004). Psikologi Pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Winkel, W. S. (2009). Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.

Zimmerman, B. J. (2000). Attaining Self-Regulation: A Social Cognitive Perspective. In M. Boekaerts, P. R. Pintrich, & M. Zeidner (Eds.), Handbook of Self-Regulation (pp. 13–39). Academic Press.

 

0 komentar:

Posting Komentar