22.5.25

ESSAY UTS - PSIKOLOGI INOVASI - Abdul Basit Cahyana (22310410166) - DR. Arundati Shinta-UP45-MEI2025

 

ESSAY UTS

PSIKOLOGI INOVASI

Oleh:

Nama : Abdul Basit Cahyana

NIM : 22310410166


Dosen Pengampu:

DR. Arundati Shinta


Fakultas Psikologi

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Yogyakarta

2025



Dalam conoth kasus yang terjadi pada gadis Kelas 1 SMK Akuntansi yang berusia di kisaran 15-16 tahun bernama Ayu Aryani. Dimana perubahan merupakan inti dalam psikologi inovasi yang tentunya tidak semua individu bersedia bahkan siap dalam melakukan atau bahkan menghadapi perubahan meskipun adanya dukungan baik dukungan moral maupun fasilitas. Dalam kasus Ayu Aryanti ini merupakan salah satu contoh ketika perubahan diri tidak selalu berjalan mulus meski telah diberikan fasilitas untuk melakukan perubahan tersebut.

Dalam kaca mata Psikologi Inovasi, kasis semacam ini menunjukan indikasi adanya ketegangan antara motivasi eksternal dan motivasi internal. Dimana terlihat dari motivasi eksternal telah diberikan oleh pihak KDM salah satunya terkait fasilitas, serta menunjukan pentingnya memahami nilai-nilai personal dalam mendorong proses perubahan sehingga perubahan yang dilakukan dapat berkelanjutan.

KDM memang dikenal mampu mendorong atau bahkan “memaksa” masyarakat berubah menjadi lebih baik dengan menggunakan reward seperti yang diberikan seperti pemberian uang, fasilitas, dan adanya perhatian sosial yang diterapkan, dengan hartapan bahwa Ayu dapat keluar dari lingkaran kemiskinan dan meraih masa depan yang lebih baik. Namun hal itu justru berlawanan, karena setelah dua tahun mendapat fasilitas pendidikan, fasilitas perawatan diri, fasilitas lingkungan yang suportif Ayu justru memilih kembali ke keluarga dan berjualan makaroni dengan penghasilan yang terbilang kecil.

Banyak orang menganggap keputusan Ayu sebagai bentuk dari penolakan, penolakan untuk perubahan dan penolakan atas kemajuan, namun yang yidak disadari adalah bahwa hal tersebut justru bisa saja mencerminkan adanya konflik antara perubahan eksternal dan nilai personal.

Perubahan yang dipicu oleh motivasi eksternal seperti uang atau hadiah, memang bisa menggerakan seseorang dalam jangka pendeng, namun perubahan yang bertahan hanya akan terjadi ketika individu menginternalisasi makna dari perubahan itu sendiri (Ellerman, 2024). Hal ini mengukurhkan bahwa meski secara kognitif Ayu tergolong cerdas dan mampu menunjukan nilai-nilai kedisiplinan, spiritualitas yang baik, dan empati. Namun malah memilih untuk hidup sederhana dibandingkan dengan kehidupan yang ditawarkan KDM, hal ini bisa terjadi akibat ketidak selarasan antara motivasi internal Ayu dengan apa yang ditawarkan. Secara sederhana Ayu tidak memiliki nilai yang sama terkait “kesuksesan” dengan KDM.

Kekurangan utama yang ada dalam intervensi KDM adalah pendekatan yang menekankan perubahan struktural saja bukan perubahan nilai. Ayu diarahkan untuk dapat menjadi versi ideal remaja sukses yang rasanya versi ini sangat subyektif, dan hal tersebut dilakukan dengan minimnya dialog mendalam antara KDM dan Ayu terkait pandangan nilai atau versi kesusksesan ideal yang personal bagi Ayu. Daslam psikologi Inovasi, keberhasilan sebuah inovasi personal sangat ditentukan oleh seberapa terhubungnya tujuan eksternal dan makna personal, sehingga ketika keduanya tidak terhubung maka besar kemungkinan munculnya resistensi.

Bila saya menjadi asisten KDM dalam proyek ini, maka saya akan menekankan pendektan yang menitik beratkan pada nilai-nilai idel personal serta dikolaborasikan dengan apa yang menjadi target dari program tersebut. Jadi tidak hanya semata-mata menawarkan, atau bahkan menjanjikan solusi, saya memilih untuk membantu Ayu dalam mengenali potensi dirinya terlebih dahulu sehingga Ayu memiliki kesempatan untuk memegang kendali dalam proses penyusunan rencana hidup yang sesuai dengan nilai-nilai yang ia yakini. Bila Ayu ternyata merasa berjualan makaroni adalah hal yang sesuai dengan nilai yang ia yakini, maka intervensi menyesuaikan, sembali membantunya untuk mengembangkan usaha tersebut dapat disertai dengan memberikan pemahaman dan motivasi terkait menjalankan usaha dan mengenyam pendidikan. Jadi bukan hanya sebatas mengdorong untuk melakukan perubahan tapi mengintegrasikan perubahan yang diharapkan dengan nilai-nilai personal yang dimiliki Ayu.

Sedangakan bila sebaliknya, dimana saya seandainya menjadi Ayu, saya akan berusha auntuk dapat menjembatani antara nilai-nilai dan aspirasi pribadi yang saya miliki dengan realitas kehidupan. Di sini saya harus mampu mengusahakan berpikir tentang bagaimana untuk mampu berdaya dan memperoleh kehidupan lebih baik namun dengan nilai-nilai personal yang saya yakini. Memahami bahwa keluarga dan kerabat memang penting, namun pendidikan merupakan investasi yang dapat menunjang di kemudian hari. Persaingan di dunia kerja dan industri lainnya itu sangat berkembang dan semakin ketat, modal investasi di pendidikan bukan hanya sebatas memberikan bekal teoritis saja, melainkan mampu membangun soft-skill yang sangat di butuhkan di lingkungan, melalui interaksi yang terjalin dalam proses pendidikan tersebut. Sehingga saya mampu untuk mempertimbangkan alternative yang memungkinkan bagi saya untuk tetap bisa berkuliah dan berada dekat dengan keluarga secara jarak.

Jika sebagai orang tua Ayu, tentu saja keputusan anak akan sangat saya hargai, namun sebagai orang tua juga harus bijak dan mampu memberikan ruang untuk berdialog supaya mampu membuka perspektif yang sifatnya lebih personal pada Ayu. Mendampingi Ayu untuk mau dan mampu mengevaluasi konsekuensi jangka panjang dari keputusan tanpa membatasi potensi dirinya.

Terkait Konflik antar motivasi internal dan eksternal dalam kasus Ayu ini menunjukan bahwa perubahan itu tidak dapat dibeli, bukan hanya sebatas dengan penggunaan rewad and punishment atau sebatas pemberian reward saja, lantas sudah menjamin perubahan terjadi. Perubahan itu harus tumbuh dari diri individu itu sendiri, perubahan tumbuh ketika individu merasa memiliki kendali dan makna atas arah hidupnya. Ketika motivasi intrinsik rendah maka, intensif internal mungkin dapat memacu perubahan, namun untuk mempertahankan perubahan tersebut tergantung pada proses internalisasi tujuan (Elelrman, 2024). Dari sini kita memahami bahwa motivasi Ayu bersumber dari relasi dirinya dengan keluarga, kesederhanaan, dan spiritualitas yang lebih kuat bila dibandingkan dengan dorongan eksternal yang dia peroleh melalui lingkungannya yang baru.

Ellerman, D. (2024). Intrinsic versus extrinsic motivation: Applications across the social sciences. International Journal of Education and Social Science Research (IJESSR), 7(5), 107–125.


0 komentar:

Posting Komentar