ESSAY UTS
PSIKOLOGI INOVASI
Oleh:
Nama : Abdul Basit Cahyana
NIM : 22310410166
Dosen Pengampu:
DR. Arundati Shinta
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Yogyakarta
2025
Dalam
conoth kasus yang terjadi pada gadis Kelas 1 SMK Akuntansi yang berusia di
kisaran 15-16 tahun bernama Ayu Aryani. Dimana perubahan merupakan inti dalam
psikologi inovasi yang tentunya tidak semua individu bersedia bahkan siap dalam
melakukan atau bahkan menghadapi perubahan meskipun adanya dukungan baik
dukungan moral maupun fasilitas. Dalam kasus Ayu Aryanti ini merupakan salah
satu contoh ketika perubahan diri tidak selalu berjalan mulus meski telah
diberikan fasilitas untuk melakukan perubahan tersebut.
Dalam
kaca mata Psikologi Inovasi, kasis semacam ini menunjukan indikasi adanya ketegangan
antara motivasi eksternal dan motivasi internal. Dimana terlihat dari motivasi
eksternal telah diberikan oleh pihak KDM salah satunya terkait fasilitas, serta
menunjukan pentingnya memahami nilai-nilai personal dalam mendorong proses perubahan
sehingga perubahan yang dilakukan dapat berkelanjutan.
KDM
memang dikenal mampu mendorong atau bahkan “memaksa” masyarakat berubah menjadi
lebih baik dengan menggunakan reward seperti yang diberikan seperti
pemberian uang, fasilitas, dan adanya perhatian sosial yang diterapkan, dengan
hartapan bahwa Ayu dapat keluar dari lingkaran kemiskinan dan meraih masa depan
yang lebih baik. Namun hal itu justru berlawanan, karena setelah dua tahun
mendapat fasilitas pendidikan, fasilitas perawatan diri, fasilitas lingkungan
yang suportif Ayu justru memilih kembali ke keluarga dan berjualan makaroni
dengan penghasilan yang terbilang kecil.
Banyak
orang menganggap keputusan Ayu sebagai bentuk dari penolakan, penolakan untuk
perubahan dan penolakan atas kemajuan, namun yang yidak disadari adalah bahwa hal
tersebut justru bisa saja mencerminkan adanya konflik antara perubahan
eksternal dan nilai personal.
Perubahan
yang dipicu oleh motivasi eksternal seperti uang atau hadiah, memang bisa
menggerakan seseorang dalam jangka pendeng, namun perubahan yang bertahan hanya
akan terjadi ketika individu menginternalisasi makna dari perubahan itu sendiri
(Ellerman, 2024). Hal ini mengukurhkan bahwa meski secara kognitif Ayu tergolong
cerdas dan mampu menunjukan nilai-nilai kedisiplinan, spiritualitas yang baik,
dan empati. Namun malah memilih untuk hidup sederhana dibandingkan dengan
kehidupan yang ditawarkan KDM, hal ini bisa terjadi akibat ketidak selarasan
antara motivasi internal Ayu dengan apa yang ditawarkan. Secara sederhana Ayu
tidak memiliki nilai yang sama terkait “kesuksesan” dengan KDM.
Kekurangan
utama yang ada dalam intervensi KDM adalah pendekatan yang menekankan perubahan
struktural saja bukan perubahan nilai. Ayu diarahkan untuk dapat menjadi versi
ideal remaja sukses yang rasanya versi ini sangat subyektif, dan hal tersebut
dilakukan dengan minimnya dialog mendalam antara KDM dan Ayu terkait pandangan
nilai atau versi kesusksesan ideal yang personal bagi Ayu. Daslam psikologi
Inovasi, keberhasilan sebuah inovasi personal sangat ditentukan oleh seberapa
terhubungnya tujuan eksternal dan makna personal, sehingga ketika keduanya
tidak terhubung maka besar kemungkinan munculnya resistensi.
Bila
saya menjadi asisten KDM dalam proyek ini, maka saya akan menekankan pendektan
yang menitik beratkan pada nilai-nilai idel personal serta dikolaborasikan
dengan apa yang menjadi target dari program tersebut. Jadi tidak hanya
semata-mata menawarkan, atau bahkan menjanjikan solusi, saya memilih untuk
membantu Ayu dalam mengenali potensi dirinya terlebih dahulu sehingga Ayu
memiliki kesempatan untuk memegang kendali dalam proses penyusunan rencana
hidup yang sesuai dengan nilai-nilai yang ia yakini. Bila Ayu ternyata merasa berjualan
makaroni adalah hal yang sesuai dengan nilai yang ia yakini, maka intervensi
menyesuaikan, sembali membantunya untuk mengembangkan usaha tersebut dapat
disertai dengan memberikan pemahaman dan motivasi terkait menjalankan usaha dan
mengenyam pendidikan. Jadi bukan hanya sebatas mengdorong untuk melakukan
perubahan tapi mengintegrasikan perubahan yang diharapkan dengan nilai-nilai
personal yang dimiliki Ayu.
Sedangakan
bila sebaliknya, dimana saya seandainya menjadi Ayu, saya akan berusha auntuk
dapat menjembatani antara nilai-nilai dan aspirasi pribadi yang saya miliki
dengan realitas kehidupan. Di sini saya harus mampu mengusahakan berpikir
tentang bagaimana untuk mampu berdaya dan memperoleh kehidupan lebih baik namun
dengan nilai-nilai personal yang saya yakini. Memahami bahwa keluarga dan
kerabat memang penting, namun pendidikan merupakan investasi yang dapat
menunjang di kemudian hari. Persaingan di dunia kerja dan industri lainnya itu
sangat berkembang dan semakin ketat, modal investasi di pendidikan bukan hanya
sebatas memberikan bekal teoritis saja, melainkan mampu membangun soft-skill yang
sangat di butuhkan di lingkungan, melalui interaksi yang terjalin dalam proses
pendidikan tersebut. Sehingga saya mampu untuk mempertimbangkan alternative
yang memungkinkan bagi saya untuk tetap bisa berkuliah dan berada dekat dengan
keluarga secara jarak.
Jika
sebagai orang tua Ayu, tentu saja keputusan anak akan sangat saya hargai, namun
sebagai orang tua juga harus bijak dan mampu memberikan ruang untuk berdialog
supaya mampu membuka perspektif yang sifatnya lebih personal pada Ayu. Mendampingi
Ayu untuk mau dan mampu mengevaluasi konsekuensi jangka panjang dari keputusan tanpa
membatasi potensi dirinya.
Terkait
Konflik antar motivasi internal dan eksternal dalam kasus Ayu ini menunjukan
bahwa perubahan itu tidak dapat dibeli, bukan hanya sebatas dengan penggunaan rewad
and punishment atau sebatas pemberian reward saja, lantas sudah
menjamin perubahan terjadi. Perubahan itu harus tumbuh dari diri individu itu
sendiri, perubahan tumbuh ketika individu merasa memiliki kendali dan makna
atas arah hidupnya. Ketika motivasi intrinsik rendah maka, intensif internal
mungkin dapat memacu perubahan, namun untuk mempertahankan perubahan tersebut
tergantung pada proses internalisasi tujuan (Elelrman, 2024). Dari sini kita
memahami bahwa motivasi Ayu bersumber dari relasi dirinya dengan keluarga,
kesederhanaan, dan spiritualitas yang lebih kuat bila dibandingkan dengan
dorongan eksternal yang dia peroleh melalui lingkungannya yang baru.
Ellerman, D. (2024). Intrinsic versus extrinsic
motivation: Applications across the social sciences. International
Journal of Education and Social Science Research (IJESSR), 7(5), 107–125.

0 komentar:
Posting Komentar