23.5.25

Rizka Latifa_ 23310410058- Essay Ujian Tengah Semester Psikologi Inovasi

 

Psikologi Inovasi- Essay Ujian Tengah Semseter

 

KISAH AYU DAN INTERVENSI SOSIAL KANG DEDI MULYADI

Rizka Latifa

Essay guna Memenuhi Tugas:

Mata Kuliah    : Psikologi Inovasi

Dosen Pengampu : Dr.Dra. Arundati Shinta, M.A.

 


Kang Dedi Mulyadi (KDM), Gubernur Jawa Barat, tengah menjadi sosok fenomenal di media sosial karena kemampuannya menginspirasi dan "memaksa" perubahan positif pada masyarakat, terutama melalui pendekatan unik: pemberian hadiah dan perhatian. Ia tidak hanya menawarkan bantuan materi, tetapi juga menetapkan arah perubahan, yang sering kali ditentukan oleh visinya sendiri. Banyak yang akhirnya bersedia berubah demi kehidupan yang lebih baik, karena merasa dihargai secara ekonomi maupun emosional.

Namun, tidak semua orang bisa diubah meski telah diberikan peluang luar biasa. Contohnya adalah Ayu Aryanti, Kisah Ayu Aryanti, remaja pekerja keras dari keluarga miskin di Jawa Barat, mencerminkan fenomena pekerja anak yang erat kaitannya dengan kemiskinan struktural. Ayu, meskipun masih duduk di bangku SMK, sudah menggantikan peran ayahnya sebagai penyapu halaman demi membantu perekonomian keluarga. Kisah ini memperlihatkan bahwa keterlibatan anak dalam dunia kerja bukanlah pilihan yang sepenuhnya bebas, melainkan didorong oleh kebutuhan ekonomi dan kondisi rumah tangga. Menurut Grootaert dan Kanbur (1995), jumlah anak dalam rumah tangga mempengaruhi penawaran pekerja anak di pasar kerja, dan dalam konteks Ayu, meskipun tidak dijelaskan jumlah saudara kandungnya, peran anak dalam menopang ekonomi keluarga sangat jelas terlihat.

Penolakan Ayu terhadap tawaran pendidikan tinggi dari Kang Dedi Mulyadi juga dapat dipahami melalui sudut pandang risiko rumah tangga. Ayu mungkin merasa bahwa melanjutkan pendidikan berarti meninggalkan orang tua yang rentan secara ekonomi, yang merupakan faktor risiko yang ditakuti jika ia berhenti bekerja atau tidak ikut membantu usaha kecil keluarganya. Dalam konteks ini, keputusan Ayu tampak bukan karena ketidaktahuan, tetapi lebih karena adanya tekanan tanggung jawab sosial terhadap keluarganya. Hal ini merupakan sebuah realitas yang umum dihadapi anak-anak dari keluarga miskin.

Lebih jauh, pilihan Ayu untuk berjualan makaroni, meskipun penghasilannya sangat kecil, bisa mencerminkan struktur pasar kerja dan keterbatasan teknologi yang dihadapi oleh masyarakat miskin. Tanpa keterampilan dan akses terhadap teknologi atau pasar yang lebih luas, usaha kecil seperti menjual makaroni hanya mampu memberi keuntungan minimal. Maka, kisah Ayu bukan hanya soal kegagalan pendidikan atau perubahan individu, tapi gambaran nyata bahwa kemiskinan masih sangat menentukan pilihan hidup anak-anak dan remaja, bahkan ketika peluang emas sudah ditawarkan.

Kasus Ayu Aryanti menunjukkan bahwa perubahan diri bukan sekadar soal pemberian fasilitas atau dorongan dari luar, melainkan sebuah proses kompleks yang sangat bergantung pada kekuatan motivasi internal individu. Intervensi KDM yang fokus pada perubahan fisik dan sosial memang penting, tapi tanpa menyentuh akar psikologis dan emosional Ayu, perubahan yang diharapkan sulit terwujud secara permanen. Jika saya menjadi asisten KDM, saya akan mengusulkan pendekatan yang lebih personal dan dialogis, dengan fokus pada penggalian motivasi dan aspirasi Ayu secara lebih dalam. Saya akan membantu KDM menciptakan ruang bagi Ayu untuk mengeksplorasi dirinya sendiri, bukan hanya sekadar mengubah penampilan dan pola hidup. Pendekatan konseling dan mentoring yang berkelanjutan, serta keterlibatan aktif Ayu dalam merancang rencana masa depannya, akan menjadi prioritas. Selain itu, saya akan menekankan pentingnya membangun jaringan sosial yang mendukung Ayu di luar lingkungan KDM, agar perubahan yang terjadi lebih berkelanjutan dan tidak hanya bergantung pada intervensi eksternal.

Bila saya adalah Ayu, saya akan mencoba lebih terbuka dalam berdialog tentang harapan dan ketakutan saya dengan orang-orang yang membantu saya, termasuk KDM. Saya akan berusaha memahami nilai dari pendidikan tinggi dan peluang yang ada, sambil tetap mempertimbangkan akar dan tanggung jawab keluarga saya. Saya akan mencoba mencari keseimbangan antara cita-cita pribadi dan keadaan keluarga, serta berusaha membangun motivasi internal yang kuat agar keputusan saya tidak hanya berdasar pada tekanan lingkungan atau kebiasaan lama, tapi benar-benar untuk masa depan saya sendiri.

Jika saya menjadi orangtua Ayu, saya akan mendukung keputusan anak saya sambil tetap memberikan bimbingan dan dorongan agar ia bisa melihat peluang yang lebih luas di luar usaha keluarga. Saya akan berusaha memahami alasan di balik pilihannya, dan membantu menumbuhkan semangat belajar dan kemandirian secara emosional. Penting juga bagi saya untuk membangun komunikasi yang terbuka dan menjadi contoh dalam merencanakan masa depan, agar Ayu merasa didukung tanpa merasa tertekan.

Motivasi internal memang menjadi kunci utama dalam perubahan diri karena berasal dari kesadaran dan keinginan pribadi yang kuat. Namun, saat motivasi internal melemah, motivasi eksternal bisa menjadi pemicu penting untuk menggerakkan individu agar mulai bergerak ke arah perubahan positif. Kunci keberhasilan perubahan adalah bagaimana motivasi eksternal mampu membangkitkan dan memperkuat motivasi internal sehingga perubahan menjadi lebih bermakna dan berkelanjutan.

 

Referensi:

Lubis, H. M., & Saleh, A. (2020). Pekerja Anak Sebagai Buruh Batu Bata di Kelurahan Silandit Kota Padang Sidimpuan. Jurnal Intervensi Sosial dan Pembangunan (JISP)1(1), 29-43.

Grootaert, C. a. (1995). Child Labour: An Economic Perspective . International Labour Review, vol. 134. No. 2, 112-121.

 

 

 

0 komentar:

Posting Komentar