23.5.25

UTS PSIKOLOGI INOVASI OLEH SEPTI WAHYUNINGSIH

 

Dilema Motivasi Internal versus Eksternal dalam Perubahan Diri :

 Analisis Kasus Ayu Aryanti

 


 

 Identitas Mahasiswa:

Nama: Septi Wahyuningsih

NIM : 22310410162

Program Studi: Psikologi Inovasi

Dosen : Dr. Arundati Shinta, M.A.

 

 

Kasus Ayu Aryanti yang viral di media sosial menggambarkan kompleksitas proses perubahan perilaku manusia. Seorang gadis berusia 15-16 tahun yang memilih kembali ke kehidupan sederhana sebagai penjual makaroni setelah mendapat kesempatan pendidikan tinggi dari Gubernur Jawa Barat Kang Dedi Mulyadi (KDM). Fenomena ini mengundang pertanyaan mendalam tentang efektivitas intervensi eksternal dalam mengubah seseorang dan peran motivasi internal dalam proses transformasi diri.

Kasus Ayu menunjukkan kegagalan intervensi eksternal yang komprehensif dalam mengubah mindset seseorang tentang masa depan. Meskipun telah mendapat dukungan penuh selama dua tahun, Ayu tetap memilih jalan hidup yang dianggap tidak optimal oleh banyak orang. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses perubahan perilaku dan pentingnya memahami motivasi internal individu.

Kekurangan utama dari intervensi KDM terhadap Ayu terletak pada beberapa aspek mendasar. Pertama, pendekatan yang terlalu top-down tanpa memahami nilai-nilai dan aspirasi yang benar-benar dimiliki Ayu. KDM mungkin terlalu fokus pada apa yang menurutnya baik untuk Ayu tanpa menggali lebih dalam tentang keinginan dan ketakutan yang sebenarnya dirasakan gadis itu. Kedua, kurangnya pendampingan psikologis untuk mengatasi trauma kemiskinan dan membangun kepercayaan diri yang autentik. Ayu yang selama bertahun-tahun hidup dalam kemiskinan mungkin memiliki luka batin dan pola pikir yang memerlukan penanganan khusus. Ketiga, tidak adanya proses eksplorasi diri yang mendalam untuk membantu Ayu menemukan passion dan tujuan hidup yang sesungguhnya. Menurut Santrock (2019), perubahan perilaku yang berkelanjutan memerlukan internalisasi nilai-nilai baru, bukan hanya paparan eksternal.

Sebagai asisten KDM, pendekatan yang akan saya lakukan adalah menerapkan konsep pendampingan yang lebih holistik dan berpusat pada individu. Pertama, melakukan asesmen psikologis mendalam untuk memahami pola pikir, trauma masa lalu, dan aspirasi sejati Ayu. Assessment ini penting untuk mengetahui hambatan psikologis yang mungkin menghalangi proses perubahan. Kedua, menggunakan pendekatan konseling motivasional untuk membantu Ayu menemukan nilai-nilai dan tujuan hidupnya sendiri melalui dialog yang terbuka dan tidak menghakimi. Ketiga, menciptakan program mentoring bertahap dengan melibatkan role model yang memiliki latar belakang serupa, sehingga Ayu dapat melihat bahwa transformasi diri memang mungkin terjadi. Keempat, memberikan pengalaman langsung di berbagai bidang untuk memperluas wawasan tanpa memaksa pilihan tertentu, membiarkan Ayu mengeksplorasi berbagai kemungkinan sebelum mengambil keputusan.

Jika saya adalah Ayu, langkah pertama yang akan saya lakukan adalah mencoba mengkomunikasikan perasaan dan kekhawatiran saya kepada KDM dan keluarganya. Saya akan berusaha menjelaskan bahwa keputusan saya bukan karena tidak menghargai bantuan yang diberikan, melainkan karena adanya konflik internal yang belum terselesaikan. Saya akan meminta waktu untuk melakukan soul searching dan eksplorasi diri sebelum mengambil keputusan besar tentang masa depan. Selain itu, saya akan meminta bantuan konselor atau psikolog untuk memahami konflik internal yang saya alami antara keinginan untuk maju dan rasa takut akan perubahan yang terlalu drastis.

Sebagai orangtua Ayu, pendekatan yang akan saya ambil adalah mendukung keputusan anak sambil tetap membuka dialog tentang masa depan. Saya akan menghindari tekanan berlebihan yang justru dapat memperburuk kondisi psikologis anak dan fokus pada penguatan hubungan emosional yang positif. Saya akan mencari bantuan profesional untuk memahami kondisi psikologis anak dan cara terbaik mendampinginya dalam menghadapi pilihan hidup. Yang terpenting, saya akan menunjukkan bahwa cinta dan dukungan orangtua tidak bergantung pada pencapaian akademik atau pilihan karir tertentu, melainkan pada kebahagiaan dan kesejahteraan anak secara menyeluruh.

Pertarungan antara motivasi internal dan eksternal dalam kasus Ayu menunjukkan kompleksitas yang luar biasa. Menurut Deci dan Ryan dalam Self-Determination Theory, motivasi internal memiliki kekuatan yang lebih berkelanjutan dibanding motivasi eksternal. Dalam kasus Ayu, motivasi eksternalnya sangat kuat berupa dukungan KDM, fasilitas pendidikan, dan berbagai kesempatan yang ditawarkan. Namun, motivasi internalnya yang terdiri dari nilai-nilai yang sudah tertanam, identitas diri yang terbentuk sejak kecil, dan rasa aman dalam zona nyaman justru mengarahkannya kembali ke kehidupan yang familiar.

Pertarungan ini menunjukkan bahwa perubahan sejati memerlukan keselarasan antara dorongan eksternal dan internal. Ketika motivasi internal berada pada titik terendah, intervensi eksternal tidak bisa langsung mendorong perubahan besar tanpa terlebih dahulu memperkuat fondasi psikologis individu. Dalam konteks Indonesia, penelitian Seniati et al. (2018) menunjukkan bahwa faktor budaya dan latar belakang keluarga memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap motivasi internal seseorang. Oleh karena itu, intervensi eksternal harus fokus pada penguatan aspek psikologis dasar seperti rasa aman, kepercayaan diri, dan pembentukan identitas diri yang positif sebelum mendorong perubahan perilaku yang lebih kompleks.

Kasus Ayu Aryanti memberikan pelajaran berharga bahwa perubahan perilaku yang berkelanjutan tidak dapat dipaksakan dari luar tanpa mempertimbangkan kesiapan internal individu. Intervensi yang efektif harus mempertimbangkan aspek psikologis, nilai-nilai personal, latar belakang budaya, dan tingkat kesiapan internal individu untuk berubah. Kombinasi antara dukungan eksternal yang terstruktur dan penguatan motivasi internal yang autentik menjadi kunci keberhasilan transformasi diri yang bermakna dan berkelanjutan. Kasus ini juga mengingatkan kita bahwa setiap individu memiliki timeline dan cara yang berbeda dalam proses transformasi diri, dan yang terpenting adalah menghormati pilihan hidup seseorang sambil tetap memberikan dukungan tanpa syarat.

 

Daftar Pustaka

Deci, E. L., & Ryan, R. M. (2000). The "what" and "why" of goal pursuits: Human needs and the self-determination of behavior. Psychological Inquiry, 11(4), 227-268.

Ellerman, D. (2024). Motivation and behavioral change: Internal vs external drivers. Journal of Applied Psychology, 45(2), 112-128.

Santrock, J. W. (2019). Psikologi Pendidikan Edisi Kelima. Jakarta: Salemba Humanika.

Seniati, L., Yulianto, A., & Setiadi, B. N. (2018). Psikologi Eksperimen. Jakarta: Indeks.

Wijaya, C. (2020). Teori Motivasi dalam Perubahan Perilaku: Perspektif Psikologi Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

0 komentar:

Posting Komentar