22.5.25

ISTIANAH_JAWABAN UTS -PSIKOLOGI INOVASI: Hakikat Perubahan Diri dan Refleksi Kasus Ayu Aryanti dan Intervensi Sosial KDM

 

JAWABAN UTS -PSIKOLOGI INOVASI

JUDUL : Hakikat Perubahan Diri dan Refleksi Kasus Ayu Aryanti dan Intervensi Sosial KDM





 

Istianah (23310410085)

Mata kuliah Psikologi Inovasi

Fakultas Psikologi

Universitas Proklamasi 45

Tahun 2025

Dosen Pengampu : Dr. Arundati Shinta, M.A

 

Fenomena perubahan sosial yang dilakukan oleh Kang Dedi Mulyadi (KDM), Gubernur Jawa Barat, menuai decak kagum sekaligus perenungan. Salah satu kisah yang viral dan menyita perhatian publik adalah kisah Ayu Aryanti, remaja perempuan berusia 15-16 tahun yang menunjukkan karakter kuat dalam kesederhanaan. Kisah ini seolah mengangkat sebuah narasi besar tentang benturan antara motivasi internal dan eksternal, dan bagaimana perubahan sejati tak dapat dipaksakan, bahkan oleh figur sekuat KDM sekalipun.

1.      Kekurangan Intervensi KDM dalam Mengubah Ayu
Intervensi KDM terhadap Ayu cenderung menitikberatkan pada aspek perubahan eksternal: fisik, sosial, dan gaya hidup. Ayu difasilitasi hidup layak, diberi nutrisi, perawatan diri, tempat tinggal nyaman, bahkan pendidikan bermutu. Namun, pendekatan ini bersifat satu arah dimana Ayu diminta mengikuti standar “ideal” KDM tanpa adanya ruang yang cukup untuk negosiasi nilai dan aspirasi personal Ayu. Intervensi ini tampaknya tidak cukup dalam menggali makna dan harapan hidup Ayu secara mendalam. Perubahan pun menjadi superfisial, bukan transformasional. Ayu tidak serta merta kehilangan akar identitasnya sebagai gadis dari keluarga sederhana yang memiliki loyalitas tinggi pada orang tua dan kesadaran hidup hemat.

2.     Bila Saya Asisten KDM
Saya akan menyarankan KDM untuk melakukan pendekatan berbasis dialog dan psikologi perkembangan. Ayu harus diajak memahami bahwa perubahan tidak berarti pengkhianatan terhadap latar belakangnya, tetapi sebuah upaya memperluas kapasitas dirinya. Saya akan mengusulkan adanya mentor perempuan sebaya yang bisa menjadi jembatan emosi dan sosial Ayu, serta melibatkan Ayu secara aktif dalam proses perencanaan masa depannya bukan hanya menjadi objek yang diarahkan.

3.     Bila Saya Ayu
Sebagai Ayu, saya akan mengambil waktu untuk merefleksikan apa yang saya inginkan dari hidup. Meski cinta keluarga sangat penting, saya akan menyadari bahwa pendidikan adalah jembatan untuk memberdayakan diri dan membantu keluarga secara lebih berkelanjutan. Saya akan memanfaatkan kesempatan yang diberikan KDM, meski sulit, dan menunda sedikit keinginan untuk “kembali” demi menata masa depan yang lebih kuat.

4.     Bila Saya Orangtua Ayu
Sebagai orangtua, saya akan menahan ego dan rasa “memiliki” terhadap Ayu, dan memberi restu sepenuhnya agar Ayu mengambil peluang besar tersebut. Saya akan menanamkan bahwa restu orangtua bukan berarti menahan, tapi mendorong anak untuk tumbuh melampaui batas-batas yang telah kita alami.

5.     Pertarungan Motivasi Internal vs Eksternal dalam Perubahan Diri
Mengacu pada Ellerman (2024), motivasi internal adalah motor perubahan jangka panjang yang mendalam, sedangkan motivasi eksternal seringkali hanya mendorong permukaan perilaku. Dalam kasus Ayu, motivasi eksternal berupa uang, fasilitas, dan dorongan dari KDM tidak mampu menembus keyakinan internal Ayu tentang makna hidup yang ia pahami. Ketika motivasi internal seseorang tidak selaras dengan tekanan eksternal, perubahan menjadi tidak autentik. Ellerman menekankan bahwa motivasi eksternal bisa berfungsi sebagai “penjembatan sementara” saat motivasi internal lemah, namun bukan sebagai pengganti. Kasus Ayu membuktikan bahwa pemberian reward sebesar apa pun tidak akan mengubah arah hidup seseorang jika individu tersebut belum siap atau tidak percaya bahwa perubahan itu penting bagi dirinya sendiri.

Pada akhirnya, kisah Ayu bukan tentang kegagalan KDM semata, melainkan cermin kompleksitas manusia dan dinamika perubahan yang tak bisa disederhanakan. Ayu bukan “bodoh”, ia hanya memiliki logika hidup yang berbeda yang tidak selalu bisa dimaknai dari kacamata ekonomi atau popularitas. Perubahan sejati adalah ketika seseorang menginginkannya, bukan saat orang lain memaksakannya.

 

Daftar Pustaka :

1.     Deci, E. L., & Ryan, R. M. (1985). Intrinsic Motivation and Self-Determination in Human Behavior. New York: Plenum Press.

2.     Mezirow, J. (2000). Learning as Transformation: Critical Perspectives on a Theory in Progress. San Francisco: Jossey-Bass.

3.     Ryan, R. M., & Deci, E. L. (2000). The role of self-determination theory in personality and social development. American Psychologist, 55(1), 68–78.

4.     Bronfenbrenner, U. (1979). The Ecology of Human Development: Experiments by Nature and Design. Cambridge, MA: Harvard University Press.

5.     Bandura, A. (1997). Self-Efficacy: The Exercise of Control. New York: W. H. Freeman and Company.

 

 

 


0 komentar:

Posting Komentar