ESSAY 8 : UTS PSIKOLOGI INOVASI
Ayu Windi Astuti - 23310420073
Dosen Pengampu Dra. Arundati Shinta,
M.A
Program Studi Psikologi
Fakultas Psikologi Universitas
Proklamasi 45
Tahun 2025
Kisah Ayu
Aryanti adalah sebuah ironi modern yang menyentuh. Seorang gadis belia dengan
latar belakang sederhana, bertemu dengan figur inspiratif seperti Kang Dedi
Mulyadi (KDM), yang dengan niat tulus ingin mengubah nasibnya. KDM, yang
dikenal piawai "memaksa" perubahan positif dengan limpahan materi,
seolah menemui tembok pada diri Ayu. Meskipun dibanjiri fasilitas, perhatian,
dan kasih sayang selama dua tahun, Ayu memilih kembali ke akar, berjualan
makaroni dengan keuntungan yang tak seberapa. Paradoks ini mengundang kita
untuk menyelami lebih dalam: mengapa intervensi KDM gagal, dan apa yang bisa
kita pelajari tentang kompleksitas motivasi diri.
Mengurai Benang Kusut Intervensi KDM
Intervensi KDM terhadap Ayu, meskipun berlandaskan kepedulian
yang besar, agaknya memiliki beberapa celah yang fundamental. Kelemahan utama
terletak pada dominasi motivasi eksternal. KDM cenderung menggunakan imbalan
material sebagai pendorong perubahan, yang memang efektif untuk banyak orang.
Namun, bagi Ayu, yang terbiasa dengan kesederhanaan dan mungkin menemukan
ketenangan dalam hal-hal kecil, limpahan materi justru bisa jadi tidak selaras
dengan nilai-nilai internalnya. Perubahan sejati tidak bisa dipaksakan dari
luar jika tidak ada resonansi dari dalam.
Kedua, kurangnya pemahaman mendalam terhadap esensi diri Ayu.
KDM mungkin berasumsi bahwa cita-cita "sukses" Ayu adalah menjadi
polisi atau berpendidikan tinggi, sesuai standar umum. Padahal, cita-cita Ayu
mungkin hanya sebatas doa "hidup sukses" yang lebih personal, bukan
semata-mata ambisi karir. KDM terlalu fokus pada apa yang seharusnya Ayu
lakukan, tanpa memberi ruang cukup bagi Ayu untuk menemukan apa yang
benar-benar dia inginkan. Ayu yang introvert dan sulit menyampaikan pendapat,
kemungkinan besar menyimpan aspirasi personal yang tak terungkap sepenuhnya.
Terakhir, waktu dan pendekatan yang kurang adaptif. Dua tahun
adalah durasi yang singkat untuk mengubah pola pikir dan kebiasaan yang telah
tertanam belasan tahun. Perubahan yang difasilitasi KDM lebih menyentuh aspek
fisik dan perilaku superficial—Ayu menjadi lebih berisi, cantik, dan sedikit
terbuka. Namun, perubahan mental, terutama dalam perencanaan masa depan,
memerlukan proses internalisasi yang mendalam dan gradual, bukan sekadar arahan
atau fasilitas. KDM mungkin luput melihat bahwa 'pintar' secara kognitif tidak
selalu berbanding lurus dengan 'bijak' dalam merancang hidup.
Jika Saya Asisten KDM: Mengubah Paradigma
Seandainya saya menjadi asisten KDM, fokus utama saya adalah
mengubah paradigma dari 'mengubah' menjadi 'memfasilitasi penemuan diri'.
Alih-alih mengarahkan, saya akan mendorong KDM untuk menjadi pendengar yang
lebih aktif bagi Ayu. Ini bisa diwujudkan dengan:
1. Sesi coaching personal yang empatik: Bukan hanya sekadar
wawancara, tapi dialog mendalam yang membantu Ayu mengeksplorasi kekuatan,
minat, dan nilai-nilai sejati dirinya. Tujuannya adalah membantu Ayu menemukan
apa yang membuatnya benar-benar bahagia dan termotivasi, bukan hanya apa yang
orang lain anggap baik.
2. Paparan terhadap
ragam sukses: Mengajak Ayu bertemu dengan beragam individu yang sukses di
berbagai bidang—baik itu profesional dengan pendidikan tinggi maupun
wirausahawan kecil yang mandiri. Ini akan membuka wawasan Ayu bahwa
"sukses" memiliki banyak definisi, tidak hanya terbatas pada polisi
atau gelar universitas.
3. Pengembangan life
skills holistik: Selain pendidikan formal, fokus pada keterampilan pengambilan
keputusan, pemecahan masalah, dan keberanian mengambil risiko kecil. Membangun
kepercayaan diri Ayu agar ia mampu memvisualisasikan dan merancang masa depannya
sendiri, bahkan jika itu adalah jalur yang tidak konvensional.
4. Mengikat masa lalu
dengan masa depan: Membantu Ayu melihat bagaimana kualitas dirinya di masa
lalu—ketekunan, hemat, peduli keluarga—bisa menjadi fondasi kuat untuk masa
depan yang sukses, apapun jalurnya.
Jika Saya Ayu: Memegang Kendali Penuh
Sebagai Ayu, saya akan menyadari bahwa meskipun KDM adalah
figur yang luar biasa, hidup adalah pilihan saya sendiri. Saya akan berupaya
lebih berani mengomunikasikan suara hati saya.
1. Ekspresikan diri
dengan cara yang nyaman: Karena introvert, mungkin saya akan menulis surat atau
meminta sesi bicara yang lebih privat dengan KDM, menjelaskan apa yang
sebenarnya saya inginkan dan rasakan, tanpa rasa takut mengecewakan.
2. Inisiatif belajar
dan berkembang di jalur pilihan: Jika berjualan makaroni adalah pilihan saya,
saya tidak akan berhenti di situ. Saya akan mencari tahu cara mengembangkan
usaha: belajar pemasaran digital, inovasi rasa, atau bahkan mencari mentor
pengusaha mikro. Pendidikan tidak hanya di bangku formal, tapi juga melalui
inisiatif dan pengalaman.
3. Rencana masa depan
yang realistis dan adaptif: Saya akan membuat target keuangan yang jelas dari
jualan makaroni, menabung, dan mungkin mempertimbangkan pendidikan informal
yang relevan untuk mengembangkan usaha. Saya akan tetap membuka diri terhadap
kemungkinan perubahan dan pengembangan, namun dengan kendali penuh di tangan
saya.
4. Menjaga hubungan
baik dengan KDM sebagai mentor: Saya akan tetap menghargai semua kebaikan dan
nasihat mereka, namun memposisikan mereka sebagai pendukung, bukan penentu
mutlak arah hidup saya.
Jika Saya Orang Tua Ayu: Dukungan Tanpa Syarat
Sebagai orang tua Ayu, ini adalah dilema antara rasa hormat
kepada KDM dan kebahagiaan anak. Prioritas utama saya adalah mendukung
kebahagiaan dan kemandirian Ayu.
1. Mendengarkan dan
memahami: Saya akan menjadi pendengar terbaik bagi Ayu, memahami mengapa ia
memilih jalurnya, dan memberikan dukungan emosional tanpa menghakimi.
2. Berkomunikasi
terbuka dengan KDM: Saya akan menjelaskan dengan hormat bahwa keputusan Ayu
adalah pilihan mandiri yang berasal dari hati, dan kami menghargai semua yang
telah KDM berikan. Mungkin kami bisa berbagi wawasan tentang karakter Ayu yang
unik, yang bisa jadi luput dari pengamatan KDM.
3. Bimbingan praktis
dan kemandirian: Jika berjualan makaroni adalah pilihannya, saya akan
membantunya dengan pengetahuan praktis: mencari bahan baku, mengelola keuangan
sederhana, atau membantu proses produksi. Saya akan menekankan nilai kerja
keras dan kemandirian dalam pilihan hidupnya.
4. Mendorong
pembelajaran berkelanjutan: Saya akan mengingatkan Ayu bahwa belajar tidak
pernah berhenti, dan bahwa ada banyak cara untuk tumbuh dan berkembang di luar
jalur formal.
Pertarungan Abadi: Motivasi Internal vs. Eksternal
Kasus Ayu Aryanti adalah ilustrasi gamblang tentang kekuatan
dominan motivasi internal dalam membentuk perubahan diri. Seperti yang
diungkapkan Ellerman (2024), meskipun motivasi eksternal bisa menjadi pemicu
atau "tarikan" awal, motivasi internal adalah bahan bakar utama untuk
keberlanjutan, komitmen, dan kebahagiaan sejati.
Pada kasus
Ayu, limpahan motivasi eksternal dari KDM—berupa uang, fasilitas, dan
arahan—mampu memicu perubahan perilaku superficial. Ia menjadi lebih rapi,
terawat, dan lebih terbuka. Namun, ketika tiba saatnya mengambil keputusan
krusial tentang masa depan, motivasi internal Ayu untuk kembali pada lingkungan
yang dikenalnya dan mencari kebahagiaan dalam kesederhanaan, terbukti jauh
lebih kuat.
Pertarungan antara keduanya memang sengit. Motivasi eksternal
dapat membuka pintu, memberikan kesempatan, atau bahkan mengikis resistensi
awal. Namun, tanpa adanya resonansi dengan nilai-nilai, tujuan, atau keinginan
terdalam individu, perubahan yang dihasilkan bisa jadi hanya sementara atau
dipaksakan. Ayu mungkin "bodoh" di mata kita karena melewatkan
kesempatan emas, tetapi bagi dirinya, ia mungkin justru menemukan kebahagiaan
dan keaslian yang sejati di jalan yang dipilihnya. Perubahan sejati terjadi bukan
karena imbalan, melainkan karena individu menemukan alasan kuat dari dalam diri
mereka untuk melakukannya.
Daftar Pustaka
Ellerman, D. (2024). Intrinsic versus extrinsic motivation:
Applications across the social sciences. International Journal of Education and
Social Science Research (IJESSR), 7(5), 107-125.

0 komentar:
Posting Komentar