ESSAY 6 - PSIKOLOGI INOVASI: TIPS RESILIENSI DAN KETEKUNAN - Asna Khoirunisa (22310410153) - Dr. Dra. Arundati Shinta-UP45-MEI2025
ESSAY 6
PSIKOLOGI INOVASI
TIPS BELAJAR RESELIENSI DAN KETEKUNAN
MELALUI JOGGING
Oleh:
Nama : Asna Khoirunisa
NIM : 22310410153
Dosen Pengampu:
Dr. Dra. Arundati Shinta
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Yogyakarta
2025
TIPS
BELAJAR RESELIENSI DAN KETEKUNAN
MELALUI JOGGING
Jogging
adalah bentuk aktivitas fisik yang melibatkan berlari dengan kecepatan yang
lebih lambat dibandingkan dengan lari cepat. Ini adalah cara yang efektif untuk
meningkatkan kebugaran kardiovaskular, membakar kalori, dan meningkatkan
kesehatan secara keseluruhan dan dapat dilakukan di berbagai tempat, seperti
taman, jalur setapak, atau jalanan. Melalui jogging saya
akhirnya menyadari dua hal yang sangat relevan untuk kehidupan saya pribadi.
Yaitu mengenai resiliensi dan ketekunan. Melalui berbagai macam “musim” yang
saya lalui saat jogging
akhirnya saya mampu memahami hal-hal yang berkaitan dengan diri saya sendiri,
bagaimana akhirnya saya menjadikan jogging
tidak hanya sebatas olahraga saja.
Jogging
mengajarkan apa pentingnya resiliensi untuk tetap bangkit dari kesulitan
bagaimanapun situasinya. Proses jogging
cukup sesederhana. Awal mula rasanya seperti dihancurkan
ketika harus kesulitan menyelesaikan 1 kilo meter dengan stabil, namun pada akhirnya bahwa ketika kesulitan untuk
menyelesaikan 1 kilo meter
tak hanya membutuhkan tenaga dan kecepatan saja, namun butuh pembenahan teknik
yang terus menerus dibenahi sehingga 1 kilo meter berlalu dengan mudah. Selain itu dalam
kondisi seperti itu justru menumbuhkan kesadaran bahwa menenangkan diri saat
melakukan satu putaran menjadi salah satu kunci supaya dapat terus mencoba dan
tidak merasa kalah dalam kesulitan.
Resiliensi ini bukan hanya bagaimana menjadi
“tahan banting” saja, namun bagaimana kegagalan yang dialami justru bisa
digunakan sebagai Pelajaran untuk bertumbuh di kemudian hari (Reivich &
Shatte, 2002). Ini adalah salah satu refleksi yang membantu, dimana ketika saya
bawa pemahaman ini tidak
hanya saat jogging, maka saya bisa menyadari bahwa ketika
saya berkuliah atau bekerja dan menghadapi tekanan, saya sadar bahwa saya tidak
lagi menuntut diri saya menjadi sempurna dan kecewa ketika tidak mendapatkan
kesempurnaan yang diinginkan, yang penting saya harus tetap melaju dan terus
berusaha. Oleh karena itu, resiliensi yang bisa saya peroleh dari kegiatan jogging dengan pola latihan tersusun dan teratur tentunya membuat saya menyadari
beberapa tips resiliensi yang harus selalu dicoba:
1. 1. Tetapkan tujuan yang jelas karena tujuan yang jelas merupakan
langkah menuju kesuksekan.
2. 2. Hadapi tantangan sebagai kesempatan untuk belajar dan tumbuh.
3. 3. Refleksi dan evaluasi secara berkala tujuan dan kemajuan
untuk menyeseuaikan rencana.
Selain itu ada hal yang penting juga dilakukan supaya
bisa menjadi resilience, yaitu tekun. Bagaimana caranya? Tentunya
dengan konsisten.
Ketekunan menjadi salah satu kunci yang dipelajari
dalam hidup, dan melalui jogging
tentunya ini menjadi salah satu penyederhanaan kehidupan yang bisa saya sendiri
pelajari. Sebagaimana hidup, jogging
bukan keahlian instan. Dibutuhkan latihan yang konsisten untuk akhirnya mampu
membentuk teknik, stamina, ritme dan bahakan kepercayaan diri yang tepat.
Melalui jogging
akhirnya saya mempelajari ketekunan tersebut atau disebut juga sebagai grit (Angela
Duckworth,2016) yang menekankan pada semangat dan kegigihan jangka Panjang.
Saya membiasakan diri untuk minimal menjalani kegiatan jogging rutin sebanyak 1 kali dalam seminggu. Meski ada terkadang
perasaan capek atau bahkan bosan dan malas namun saya tetap memaksakan diri
saya untuk tetap jogging,
karena proses tidak pernah dapat dijalankan begitu saja. Hal itu akhirnya tidak
hanya berimbas pada bagaimana saya menghadapi kemalasan saat akan jogging, tapi bagaimana akhirnya
saya menghadapi tantangan sehari-hari. Dimana akhirnya saya memahami bahwa saya
bisa tetap melakukan hal secara konsisten, meski sedikit tidak apa-apa, yang
penting tidak menyerah, Dari situ saya sadari bahwa ada beberapa kunci yang
yang bisa membantu saya untuk dapat menjadi tekun sehingga saya mampu
menjadi resilience, diantaranya:
1. 1. Mulai dengan perlahan dan terus-menerus, walau sedikit
tidak apa-apa yang penting kita tidak menyerah.
2. 2. Temukan motivasi ketika kita ingin menyerah kita harus
ingat tujuan awal kita memulai sutu hal itu apa kemudian, jadikan itu motivasi
agar kita tidak berhenti di tengah jalan.
3. 3. Konsisten dengan cara mencatat kemajuan dan perubahan apa
saja yang sudah kita dapat dan bandingkan dengan target.
Dari sana, saya menyadari bahwa jogging bukan sekadar aktivitas fisik saja
bagi saya, namun juga menjadi sebuah ruang untuk berefleksi untuk bisa tetap bisa bertahan dan melaju meski
perlahan ketika beban datang. Sehingga saya mampu untuk tetap bangkit dan
konsisten dalam menjalani kehidupan yang saya jalani.
Daftar Pustaka
Duckworth, A. (2016). Grit: The power of passion
and perseverance. Scribner.
Reivich, K., & Shatté, A. (2002). The
resilience factor: 7 Essential skills for overcoming life’s inevitable
obstacles. Broadway Books.

0 komentar:
Posting Komentar