22.5.25

 

ESSAY 6 - PSIKOLOGI INOVASI: TIPS RESILIENSI DAN KETEKUNAN - Asna Khoirunisa (22310410153) - Dr. Dra. Arundati Shinta-UP45-MEI2025

 

ESSAY 6

PSIKOLOGI INOVASI

TIPS BELAJAR RESELIENSI DAN KETEKUNAN
MELALUI JOGGING

Oleh:

Nama : Asna Khoirunisa

NIM : 22310410153


Dosen Pengampu:

Dr. Dra. Arundati Shinta


Fakultas Psikologi

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Yogyakarta

2025




TIPS BELAJAR RESELIENSI DAN KETEKUNAN
MELALUI JOGGING

Jogging adalah bentuk aktivitas fisik yang melibatkan berlari dengan kecepatan yang lebih lambat dibandingkan dengan lari cepat. Ini adalah cara yang efektif untuk meningkatkan kebugaran kardiovaskular, membakar kalori, dan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan dan dapat dilakukan di berbagai tempat, seperti taman, jalur setapak, atau jalanan. Melalui jogging saya akhirnya menyadari dua hal yang sangat relevan untuk kehidupan saya pribadi. Yaitu mengenai resiliensi dan ketekunan. Melalui berbagai macam “musim” yang saya lalui saat jogging akhirnya saya mampu memahami hal-hal yang berkaitan dengan diri saya sendiri, bagaimana akhirnya saya menjadikan jogging tidak hanya sebatas olahraga saja.

Jogging mengajarkan apa pentingnya resiliensi untuk tetap bangkit dari kesulitan bagaimanapun situasinya. Proses jogging cukup sesederhana. Awal mula rasanya seperti dihancurkan ketika harus kesulitan menyelesaikan 1 kilo meter dengan stabil, namun pada akhirnya bahwa ketika kesulitan untuk menyelesaikan 1 kilo meter tak hanya membutuhkan tenaga dan kecepatan saja, namun butuh pembenahan teknik yang terus menerus dibenahi sehingga 1 kilo meter berlalu dengan mudah. Selain itu dalam kondisi seperti itu justru menumbuhkan kesadaran bahwa menenangkan diri saat melakukan satu putaran menjadi salah satu kunci supaya dapat terus mencoba dan tidak merasa kalah dalam kesulitan.

 

Resiliensi ini bukan hanya bagaimana menjadi “tahan banting” saja, namun bagaimana kegagalan yang dialami justru bisa digunakan sebagai Pelajaran untuk bertumbuh di kemudian hari (Reivich & Shatte, 2002). Ini adalah salah satu refleksi yang membantu, dimana ketika saya bawa pemahaman ini tidak hanya saat jogging, maka saya bisa menyadari bahwa ketika saya berkuliah atau bekerja dan menghadapi tekanan, saya sadar bahwa saya tidak lagi menuntut diri saya menjadi sempurna dan kecewa ketika tidak mendapatkan kesempurnaan yang diinginkan, yang penting saya harus tetap melaju dan terus berusaha. Oleh karena itu, resiliensi yang bisa saya peroleh dari kegiatan jogging dengan pola latihan tersusun dan teratur tentunya membuat saya menyadari beberapa tips resiliensi yang harus selalu dicoba:

1.      1. Tetapkan tujuan yang jelas karena tujuan yang jelas merupakan langkah menuju kesuksekan.

2.      2.   Hadapi tantangan sebagai kesempatan untuk belajar dan tumbuh.

3.      3. Refleksi dan evaluasi secara berkala tujuan dan kemajuan untuk menyeseuaikan rencana.

 

Selain itu ada hal yang penting juga dilakukan supaya bisa menjadi resilience, yaitu tekun. Bagaimana caranya? Tentunya dengan konsisten.

Ketekunan menjadi salah satu kunci yang dipelajari dalam hidup, dan melalui jogging tentunya ini menjadi salah satu penyederhanaan kehidupan yang bisa saya sendiri pelajari. Sebagaimana hidup, jogging bukan keahlian instan. Dibutuhkan latihan yang konsisten untuk akhirnya mampu membentuk teknik, stamina, ritme dan bahakan kepercayaan diri yang tepat. Melalui jogging akhirnya saya mempelajari ketekunan tersebut atau disebut juga sebagai grit (Angela Duckworth,2016) yang menekankan pada semangat dan kegigihan jangka Panjang. Saya membiasakan diri untuk minimal menjalani kegiatan jogging rutin sebanyak 1 kali dalam seminggu. Meski ada terkadang perasaan capek atau bahkan bosan dan malas namun saya tetap memaksakan diri saya untuk tetap jogging, karena proses tidak pernah dapat dijalankan begitu saja. Hal itu akhirnya tidak hanya berimbas pada bagaimana saya menghadapi kemalasan saat akan jogging, tapi bagaimana akhirnya saya menghadapi tantangan sehari-hari. Dimana akhirnya saya memahami bahwa saya bisa tetap melakukan hal secara konsisten, meski sedikit tidak apa-apa, yang penting tidak menyerah, Dari situ saya sadari bahwa ada beberapa kunci yang yang bisa membantu saya untuk dapat menjadi tekun sehingga saya mampu menjadi resilience, diantaranya:

1.    1.   Mulai dengan perlahan dan terus-menerus, walau sedikit tidak apa-apa yang penting kita             tidak menyerah.

2.     2. Temukan motivasi ketika kita ingin menyerah kita harus ingat tujuan awal kita memulai sutu         hal itu apa kemudian, jadikan itu motivasi agar kita tidak berhenti di tengah jalan.

3.     3.  Konsisten dengan cara mencatat kemajuan dan perubahan apa saja yang sudah kita dapat dan     bandingkan dengan target.

Dari sana, saya menyadari bahwa jogging bukan sekadar aktivitas fisik saja bagi saya, namun juga menjadi sebuah ruang untuk berefleksi untuk bisa tetap bisa bertahan dan melaju meski perlahan ketika beban datang. Sehingga saya mampu untuk tetap bangkit dan konsisten dalam menjalani kehidupan yang saya jalani.

 

 

 

 

 

Daftar Pustaka

Duckworth, A. (2016). Grit: The power of passion and perseverance. Scribner.

Reivich, K., & Shatté, A. (2002). The resilience factor: 7 Essential skills for overcoming life’s inevitable obstacles. Broadway Books.

 


0 komentar:

Posting Komentar