25.5.25

 

ESSAY 2 - PSIKOLOGI INOVASI: WAWANCARA TENTANG DISONANSI KOGNITIF - Asna Khoirunisa (22310410153) - Dr. Dra. Arundati Shinta-UP45-ARIL2025

ESSAY 2

PSIKOLOGI INOVASI

WAWANCARA TENTANG DISONANSI KOGNITIF

"Diagnosa Autoimun Pada Perokok"

Oleh:

Nama : Asna Khoirunisa

NIM : 22310410153


Dosen Pengampu:

Dr. Dra. Arundati Shinta


Fakultas Psikologi

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Yogyakarta

2025

Responden: Dani, 27 tahun, perokok selama 9 tahun, didiagnosis dengan penyakit autoimun.

1. Pengalaman Merokok

Interviewer : "Apa yang mendorong Anda untuk mulai merokok?"

Interviewee : "Saya mulai merokok saat SMP. Sebagian besar teman saya merokok, dan saya merasa itu membuat saya lebih keren dan diterima oleh mereka."

2. Kesadaran akan Bahaya Merokok

Interviewer : "Apakah Anda pernah merasa khawatir tentang bahaya merokok?"

Interviewee : "Tentu saja, saya tahu merokok itu buruk. Saya sering membaca tentang risiko kanker dan penyakit jantung, tapi saya selalu berpikir, 'Itu tidak akan terjadi pada saya.'"

3. Diagnosis Penyakit Autoimun

Interviewer : "Bagaimana perasaan Anda setelah didiagnosis dengan penyakit autoimun?"

Interviewee : "Awalnya saya sangat terkejut. Saya tidak menyangka bisa sakit seperti ini. Dokter bilang merokok bisa memperburuk kondisi saya, dan itu membuat saya merasa sangat bingung."

4. Disonansi Kognitif

Interviewer : "Apakah Anda merasa ada konflik antara kebiasaan merokok dan kesehatan Anda?"

Interviewee : "Ya, saya merasa terjebak. Di satu sisi, saya tahu merokok buruk untuk kesehatan saya, terutama sekarang dengan penyakit autoimun. Tapi di sisi lain, merokok sudah menjadi bagian dari hidup saya. Saya merasa sulit untuk berhenti."

5. Upaya untuk Berhenti Merokok

Interviewer : "Apakah Anda pernah mencoba untuk berhenti merokok?"

Interviewee : "Saya sudah mencoba beberapa kali, terutama setelah diagnosis. Tapi setiap kali saya merasa stres atau cemas, saya kembali merokok. Rasanya seperti pelarian bagi saya."

6. Perubahan Pemikiran

Interviewer : "Apakah diagnosis ini mengubah cara Anda memandang merokok?"

Interviewee : "Ya, saya mulai menyadari bahwa saya harus membuat pilihan yang lebih baik. Tapi ada saat-saat ketika saya merasa putus asa dan kembali ke kebiasaan lama. Saya tahu itu tidak baik, tapi saya merasa terjebak dalam siklus ini."

Kesimpulan

Hasil wawancara dengan Budi menunjukkan adanya disonansi kognitif yang signifikan antara pengetahuan tentang bahaya merokok dan kebiasaan merokok yang sudah lama dijalani. Meskipun Budi menyadari bahwa merokok dapat memperburuk kondisi autoimunnya, ia masih merasa kesulitan untuk berhenti karena kebiasaan tersebut telah menjadi bagian dari identitas dan cara mengatasi stresnya. Ini mencerminkan tantangan yang dihadapi banyak perokok, terutama ketika dihadapkan pada masalah kesehatan yang serius.


0 komentar:

Posting Komentar