22.2.25

REMIDIAL PSIKOLOGI LINGKUNGAN

 REMIDIAL PAIKOLOGI LINGKUNGAN 

Jamil Abpritatias , psikologi sp 

1.    Masalah Sampah: Lebih dari Sekadar Bau dan Penampilan

Sampah sering dianggap sebagai masalah karena bau busuk, penampilan yang menjijikkan, dan kemampuannya mengundang hewan berbahaya. Namun, masalah sampah jauh lebih kompleks dan melibatkan berbagai aspek:

a.     Pencemaran Lingkungan

  • Pencemaran Air: Sampah yang dibuang ke sungai atau laut dapat mencemari air, merusak ekosistem, dan membahayakan kehidupan air. Zat-zat berbahaya dari sampah dapat meracuni air dan tanah.
  • Pencemaran Tanah: Sampah yang menumpuk di tempat pembuangan akhir (TPA) dapat mencemari tanah melalui air lindi (leachate) yang dihasilkan dari pembusukan sampah.
  • Pencemaran Udara: Pembakaran sampah secara terbuka menghasilkan asap yang mengandung zat-zat berbahaya danpartikel-partikel yang dapat mencemari udara dan menyebabkan masalah pernapasan.

b.    Kesehatan Manusia

  • Penyakit: Sampah yang tidak dikelola dengan baik dapat menjadi sarang penyakit seperti diare, kolera, dan demam berdarah.
  • Keracunan: Zat-zat kimia berbahaya dari sampah dapat mencemari lingkungan dan masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan dan air, menyebabkan keracunan.
  • Masalah Pernapasan: Asap dari pembakaran sampah dan debu dari TPA dapat menyebabkan masalah pernapasan seperti asma dan bronkitis.

c.     Masalah Sosial dan Ekonomi

  • Estetika: Sampah yang berserakan merusak pemandangan dan mengurangi nilai estetika lingkungan.
  • Ekonomi: Biaya pengelolaan sampah yang tidak efisien dapat membebani anggaran pemerintah dan masyarakat.
  • Ketidakadilan: Masyarakat yang tinggal di dekat TPA seringkali harus menanggung dampak negatif sampah, seperti bau busuk dan risiko kesehatan yang lebih tinggi.

d.    Perubahan Iklim

  • Emisi Gas Rumah Kaca: Tumpukan sampah organik menghasilkan gas metana, salah satu gas rumah kaca yang berkontribusi terhadap perubahan iklim.
  • Penggunaan Energi: Pengelolaan sampah yang tidak efisien, seperti pengangkutan jarak jauh dan pembakaran sampah, membutuhkan energi yang besar dan menghasilkan emisi karbon.

2      2. A. Penjelasan Bagan

a.     Stimulus (Sampah): Bagan ini dimulai dengan adanya stimulus, yaitu sampah. Sampah dapat berupa berbagai jenis benda atau material yang tidak lagi digunakan atau diinginkan.

b.     Faktor Personal: Persepsi seseorang terhadap sampah dipengaruhi oleh faktor-faktor personal, seperti:

c.     Pengalaman: Pengalaman masa lalu seseorang dengan sampah dapat membentuk persepsinya. Misalnya, seseorang yang pernah mengalami masalah kesehatan akibat sampah mungkin akan memiliki persepsi yang lebih negatif terhadap sampah.

d.     Pengetahuan: Pengetahuan tentang dampak buruk sampah terhadap lingkungan dan kesehatan juga dapat mempengaruhi persepsi seseorang.

e.     Nilai-nilai: Nilai-nilai yang dianut seseorang, seperti kebersihan dan kepedulian terhadap lingkungan, juga dapat mempengaruhi persepsinya terhadap sampah.

f.      Sikap: Sikap seseorang terhadap isu-isu lingkungan juga dapat mempengaruhi persepsinya terhadap sampah.

g.     Proses Kognitif: Persepsi melibatkan proses kognitif yang kompleks, seperti:

h.     Perhatian: Individu memilih untuk memperhatikan aspek tertentu dari sampah, seperti bau, penampilan, atau potensi bahayanya.

i.      Interpretasi: Individu menafsirkan informasi yang diterima tentang sampah berdasarkan pengalaman, pengetahuan, dan nilai-nilai mereka.

j.      Memori: Memori tentang pengalaman masa lalu dengan sampah dapat mempengaruhi interpretasi individu terhadap stimulus sampah yang baru.

i.      Emosi dan Motivasi: Persepsi terhadap sampah dapat memicu berbagai emosi, seperti jijik, marah, atau khawatir. Emosi ini kemudian dapat memotivasi individu untuk melakukan tindakan tertentu terkait sampah.

  1. Perilaku: Perilaku yang dihasilkan sebagai respons terhadap persepsi sampah dapat beragam, antara lain:

1.     Menjauhi: Individu mungkin akan menjauhi sampah karena merasa jijik atau takut.

    1. Membersihkan: Individu mungkin akan terdorong untuk membersihkan sampah jika merasa peduli terhadap lingkungan.
    2. Mengelola: Individu mungkin akan terlibat dalam upaya pengelolaan sampah, seperti daur ulang atau pembuatan kompos.
  1. Faktor Kontekstual: Persepsi dan perilaku terkait sampah juga dipengaruhi oleh faktor kontekstual, seperti:
    1. Lingkungan: Kondisi lingkungan sekitar, seperti keberadaan tempat sampah atau fasilitas daur ulang, dapat mempengaruhi perilaku individu.

l.                                 Sosial: Norma-norma sosial dan budaya terkait pengelolaan sampah juga dapat                                                     mempengaruhi perilaku individu

da     Daftar pustaka : 

                    Sarwono, S. W. (1995). Psikologi lingkungan. Jakarta: Grasindo

                    Shinta, D. (2013). Swedia Impor Sampah untuk Dijadikan Energi


da

 


0 komentar:

Posting Komentar