28.12.24

Esai 6 (Siti) : TPST Randu Alas

 Tugas Esai 6 : Belajar Kelola Sampah di TPST Randu Alas

Mata Kuliah : Psikologi Lingkungan

Dosen Pengampu : Dr. Dra. Arundati Shinta, MA


Siti Rafida (23310410088)

Fakultas Psikologi

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta


Pada tanggal 12 Oktober 2024, saya bersama teman-teman mengunjungi Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Randu Alas di Sleman untuk mempelajari lebih dalam tentang program pengelolaan sampah di daerah tersebut. Kunjungan ini dilakukan pada pukul 09:00 WIB dan berlangsung hingga selesai, di mana kami diberi kesempatan untuk belajar tentang sistem pengolahan sampah yang diterapkan di TPST tersebut, terutama program 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Kami dipandu oleh Bapak Joko, petugas yang mengelola TPST Randu Alas, yang dengan sabar menjelaskan berbagai proses yang terlibat dalam pengelolaan sampah.

Salah satu hal yang menarik perhatian kami adalah upaya TPST Randu Alas dalam mengelola sampah secara efisien, meskipun masih terdapat kendala besar yang perlu diatasi. Di TPST ini, sampah dibagi menjadi sampah organik dan anorganik. Sampah organik diproses menjadi kompos, sedangkan sampah anorganik dipilah dan diproses lebih lanjut untuk didaur ulang. Salah satu inovasi yang dilakukan di TPST Randu Alas adalah pembudidayaan maggot, yang digunakan sebagai pakan ternak, seperti ikan lele yang dibudidayakan di lokasi tersebut. Hal ini menunjukkan kreativitas dalam mengelola sampah dan menghasilkan produk yang bermanfaat.

Namun, kendala utama yang dihadapi oleh TPST Randu Alas adalah kapasitas pengolahan sampah yang terbatas. Dari total sampah yang terdaftar di Sleman, sekitar 300 ton per hari, hanya sekitar 100 ton yang dapat dikelola oleh TPST Randu Alas. Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan antara jumlah sampah yang dihasilkan dan kapasitas pengolahan yang ada. Sementara itu, sampah yang terdaftar di Sleman diperkirakan bisa mencapai lebih dari 700 ton per hari jika dihitung berdasarkan estimasi sampah per orang. Di sisi lain, TPST Randu Alas juga menghadapi kendala dalam proses pembakaran sampah yang belum sepenuhnya efisien.

Kendala lain yang cukup besar adalah penutupan tempat pembuangan sampah Piungan yang sebelumnya menjadi tempat pembuangan sampah utama di Sleman. Penutupan tempat pembuangan sampah ini mengakibatkan beban pengelolaan sampah yang lebih besar, mengingat volume sampah yang terus meningkat.

Meskipun demikian, program 3R yang diterapkan di TPST Randu Alas memberikan contoh yang baik bagi masyarakat untuk berperan aktif dalam pengelolaan sampah. Kami belajar bahwa pengelolaan sampah bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau pengelola TPST, tetapi juga tanggung jawab setiap individu untuk mengurangi sampah yang dihasilkan. Dengan semakin banyaknya masyarakat yang sadar dan terlibat dalam pemilahan dan pengolahan sampah, permasalahan sampah di Sleman dapat teratasi dengan lebih baik.

Secara keseluruhan, kunjungan ini memberikan wawasan baru bagi kami tentang pentingnya pengelolaan sampah yang efektif dan inovatif. Kami berharap, setelah melihat langsung proses pengelolaan sampah di TPST Randu Alas, lebih banyak pihak yang dapat terinspirasi untuk melakukan hal serupa di daerah mereka masing-masing.

(N.B : Klik buka gambar untuk mendapatkan hasil jernih) 



0 komentar:

Posting Komentar