ESAI 6-BELAJAR PENGELOLAAN SAMPAH DI TPST RANDU ALAS
Mata Kuliah : Psikologi Lingkungan
Dosen Pengampu : Dr. Arundati Shinta, M.A
Oleh : Azizah Nur’aeni 23310410030
WISATA BELAJAR DI TPST RANDU ALAS
Permasalahan sampah menjadi salah satu isu lingkungan yang harus diberikan perhatian khusus. Semua orang menghasilkan sampah dari kehidupan sehari-hari, mulai dari sisa makanan, aktivitas harian hingga limbah industri. Sayangnya, belum banyak yang memahami dan memiliki kesadaran akan dampak negatif sampah yang tidak dikelola dengan baik.
Kesadaran dan kepedulian masyarakat tentang sampah adalah langkah awal untuk menangani permasalahan sampah. Dimulai dari kesadaran individu yang kemudian membentuk komunitas yang peduli dengan lingkungan, salah satunya dengan turut serta andil dalam penanganan sampah. Hal ini juga yang terjadi di TPST Randu Alas. Sebagai salah satu sesepuh di TPST Randu Alas, Bapak Tujono bercerita bahwa sebelum menjadi seperti sekarang, TPST Randu Alas sering menjadi tempat untuk membuang sampah secara ilegal, baik dari masyarakat dusun sekitar maupun masyarakat luar dusun.
Dari kebiasaan pembuangan sampah liar atau ilegal tersebut, munculah keprihatinan yang mendorong lahirnya TPST Randu Alas. TPST sendiri adalah singkatan dari Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu, yang merupakan tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah. Keberadaan sebuah TPST sangat penting dalam lingkungan masyarakat karena TPST ini bisa menjadi solusi dan wadah bagi masyarakat yang belum mampu mengelola sampah yang mereka hasilkan. TPST Randu Alas ini berlokasi di dusun Candikarang, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman Yogyakarta.
TPST Randu Alas adalah tempat pengolahan sampah yang berprinsip pada 3R (reduce, reuse, recycle), yaitu mengurangi, menggunakan ulang dan mendaur ulang sampah atau dapat diartikan sebagai aktivitas untuk mengurangi kuantitas sampah dan memperbaiki karakteristik sampah sehingga masih dapat dipilah dan menjadi sampah yang mempunyai nilai ekonomi.
Proses pertama dalam pengelolaan sampah yang masuk ke TPST Randu Alas adalah dengan memilah sampah menjadi sampah organik dan anorganik. Pemilahan sampah ini penting dilakukan karena sampah organik dapat menimbulkan pencemaran yang lebih cepat dari proses pembusukan. Jika tidak segera dipilah dan diolah dapat menimbulkan bau serta dapat menjadi sarang dari bakteri buruk dan penyakit. Sampah organik yang ada di TPST Randu Alas akan diproses untuk digunakan sebagai pakan maggot, pembuatan kompos, dan pupuk sehingga sampah organik ini menjadi mempunyai manfaat dan tidak mencemari lingkungan. Contoh pemanfaatan sampah organik ini adalah ternak maggot yang dilakukan oleh TPST Randu Alas. Maggot tersebut diberi pakan dari sampah organik, yang selanjutnya maggot akan menjadi pakan pengganti untuk ikan lele dan ayam yang dipelihara di lingkungan TPST.
Sampah anorganik yang ada di TPST Randu Alas akan dipilah lagi dan dikelompokkan berdasarkan materialnya, seperti kertas, kaca, plastik, logam, dan sebagainya. Sampah yang sudah dikelompokkan dan memiliki nilai, nantinya akan didaur ulang. Sampah yang tidak dapat diolah kembali seperti pembalut, popok bekas pakai selanjutnya akan dimusnahkan dengan cara dibakar (sesuai SOP). TPST Randu Alas memiliki tempat cerobong pembakaran yang sudah sesuai SOP, yaitu dengan tinggi cerobong melebihi rumah-rumah pemungkiman warga yang berada di TPST Randu Alas. Fungsi cerobong asap menjulang tinggi, yaitu untuk meminimalisir dampak langsung terhadap lingkunan dari polusi pembakaran dan harapannya asap pembakaran langsung terbawa angin keatas.
TPST Randu Alas juga memberikan sosialisasi dan edukasi kepada msyarakat untuk memilah sampah sebelum sampah diambil oleh petugas. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi tugas pemilah sampah, yang masih harus memilah sampah yang over, mengurangi bau busuk, dan memotivasi masyarakat tersebut agar terbiasa peduli akan sampah. Sayangnya, dari beberapa individu atau rumah tangga yang menjadi pelanggan TPST Randu Alas, hanya ada 25 - 30 rumah tangga yang mampu merealisasikan hal tersebut. Hal tersebut menjadi catatan dan evaluasi bersama akan kesadaran masyarakat yang masih minim terkait kepedulian tentang sampah.
0 komentar:
Posting Komentar