Tugas Esai 6 : Belajar Kelola Sampah di TPST Randu Alas
Mata Kuliah : Psikologi Lingkungan
Dosen Pengampu : Dr. Dra. Arundati Shinta, MA
Arti Muizzah Aisyawati (23310410038)
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
TPS Randu Alas adalah salah satu contoh nyata bagaimana masyarakat lokal ikut berkontribusi dalam pengelolaan sampah berbasis swadaya. TPS Randu Alas ini dipimpin oleh pak Joko. TPS ini berhasil membangun sistem pengelolaan yang cukup progresif. Meski masih menghadapi berbagai kendala, TPS Randu alas menjadi inspirasi dalam pengelolaan sampah di tingkat lokal. Masalah sampah sendiri masih menjadi salah satu persoalan penting yang perlu diperhatikan. Menurut penuturan dari pak joko sendiri bahwa sampah yang dikelola oleh TPS Randu Alas sekitar 100 ton. Sementara itu, sampah yang terdata di Sleman berjumlah 300 ton per hari, meskipun jika dihitung secara keseluruhan termasuk sampah dari anak-anak kos atau mahasiswa sebesar 0,5 kg per orang per hari, jumlahnya bisa mencapai 700 ton per hari. Dari 300 ton sampah yang terdata, hanya 100 ton sampah yang sudah berhasil dikelola. Hal ini menunjukkan betapa besarnya permasalahan sampah yang di hadap
Awal berdirinya TPS Randu alas adalah keprihatinan masyarakat terhadap pembuangan sampah liar, sehingga kelompok swadaya masyarakat mengajukan proposal pada tahun 2015 dan pada tahun 2016 launching. Fokus utama TPS ini adalah mendukung program 3R dengan dua kategori utama sampah yaitu organic dan anorganik. Di mana sampah organic meliputi sampah-sampah kulit buah biasanya dipilah terlebih dahulu, kemudian dicacah dan dijadikan kompos melalui proses fermentasi dalam kurun waktu 40 hari. Sedangkan sampah anorganik seperti plastik, kertas, diserahkan ke juragan rongsok
Namun, pengelolaan sampah ini tidak berjalan dengan mulus. Kendala yang dihadapi meliputi keterbatasan sumber daya manusia, sarana prasarana, dan juga perilaku masyarakat yang belum sepenuhnya mendukung pengelolaan sampah dengan benar. Terkadang masih ada masyarakat yang diam-diam membuang sampah sembarangan di area TPS ketika malam hari. Selain itu juga sampah B3 seperti baterai dan lampu juga membutuhkan perhatian lebih dalam pengelolaannya
TPS Randu Alas sendiri melayani sekitar 370 pelanggan dengan biaya operasional Rp50.000 per pelanggan. Pengelolaan ini meliputi penjemputan 2 kali dalam seminggu. Salah satu upaya yang dilakukan dalam pengelolaan sampah ialah pengembangan maggot yang bermanfaat sebagai pakan ternak, ikan, atau burung. Upaya ini dilakukan untuk menunjukkan bahwa sampah organik dapat dimanfaatkan lebih lanjut sebagai sumber daya yang berharga
Penutupan TPA Piyungan memperburuk situasi pengelolaan sampah, sementara Dengan tutupnya TPA Piyungan memperburuk situasi, sementara Dinas Lingkungan Hidup belum sepenuhnya mengatasi masalah tersebut. Dengan kapasitas TPS yang terbatas, keberadaan inisiatif swadaya seperti Randu Alas menjadi semakin penting. TPS Randu Alas menunjukkan betapa pentingnya pengelolaan sampah berbasis komunitas di tingkat lokal menjadi solusi yang efektif meskipun menghadapi banyak tantangan. Oleh karewna itu, dukungan dari pemerintah dan masyarakat sangat diperlukan untuk memperluas dampaknya, khususnya dalam hal menangani sampah di Yogyakarta dan sekitarnya.
(N.B : Klik buka gambar untuk mendapatkan hasil jernih)
0 komentar:
Posting Komentar