ESAI 5-EKSPERIMEN DI RUMAH DOSEN
Mata Kuliah : Psikologi Lingkungan
Dosen Pengampu : Dr. Arundati Shinta, M.A
Oleh : Azizah Nur’aeni 23310410030
SAMPAHKU TANGGUNG JAWABKU
Setiap dosen mempunyai metode pembelajaran yang unik dalam penyampaian materi. Keberagaman gaya mengajar dan pendekatan dosen akan membantu mahasiswa lebih memahami isi materi dalam sebuah mata kuliah. Salah satunya adalah pembelajaran tentang sampah dalam mata kuliah Psikologi Lingkungan yang kami lakukan langsung di rumah dosen kami, Ibu Dr. Arundati Shinta, M.A.
Pada hari Ahad, 27 Oktober lalu, Ibu Shinta mengajak kami untuk melakukan eksperimen tentang sampah langsung di rumah beliau. Dimulai dari acara ramah tamah dengan teman-teman lain, yaitu makan dan ngemil bersama. Saat sesi ramah tamah ini, ada pembelajaran awal yang langsung mengena untuk saya pribadi, yaitu 'Sampahku adalah Tanggung Jawabku'. Semua sampah dari aktivitas makan dan ngemil ini menjadi tanggung jawab masing-masing, dan dari sinilah kegiatan lapangan kami dimulai, yaitu memilah sampah-sampah sisa makan dan ngemil yang sudah kami lakukan.
Mulai dari memisahkan sampah plastik, mencopot kertas kecil yang melekat pada sampah plastik untuk dipisahkan, mengumpulkan sampah kertas bungkus roti, mengumpulkan sisa-sisa tulang ayam, dan masih banyak lagi. Dalam proses mengumpulkan sampah ini, kami juga mulai belajar memisahkan mana sampah yang masih bisa didaur ulang, dan mana sampah yang tidak bisa didaur ulang. Misalnya, sampah seperti sisa tulang belulang akan dikubur sebagai pengelolaan sampah organik yang tidak bisa daur ulang. Selain itu, untuk sampah anorganik yang masih bisa didaur ulang tapi kotor kami juga membersihkannya terlebih dahulu sebelum nantinya dikumpulkan menjadi satu.
Karena ada beberapa eksperimen yang kami lakukan, secara otomatis kami terbagi menjadi beberapa kelompok yang fokus melakukan eksperimen tertentu. Beberapa eksperimen yang kami lakukan antara lain, membuat sabun, membuat eco enzym, dan komposting. Beberapa contoh eksperimen yang kami lakukan dengan langkah-langkah penjelasannya, sebagai berikut :
1. Membuat Sabun
Eksperimen membuat sabun dipandu oleh Mbak Sari, asisten Ibu Shinta yang menjelaskan dan mendampingi kami dalam proses pembuatan sabun. Dalam pembuatan sabun ini ada beberapa bahan yang perlu disiapkan, yaitu MES 200gram (diberi air panas dan direndam semalaman), Aminon 90 gram, EDTA 20 gram (dilarutkan dengan air panas secukupnya), Gliserin 26 gram, Garam 150 gram, dan air .
Langkah pertama yang kami lakukan adalah melarutkan MES 200 gram ke dalam 1 liter air, kemudian terus diaduk sampai tidak terdapat gumpalan MES. Setelah gumpalan MES larut semua, kami menambahkan gliserin 26 gram dan aminon 90 gram ke dalam wadah larutan MES. Sambil mengaduk campuran tersebut, kami melarutkan 20 gram EDTA dengan air panas secukupnya dan kemudian kami tuangkan ke dalam wadah berisi campuran.
Selanjutnya, setelah tercampur semua, kami menambahkan larutan garam (garam 150 gram yang sudah kami larutkan dalam air panas sebanyak 1 liter), dan mengaduknya, Langkah berikutnya, kami menambahkan 1,5 liter air panas ke dalam wadah campuran bahan tersebut dan mengaduknya kembali. Langkah terakhir yang kami lakukan adalah menambahkan pewarna, kemudian mendiamkannya selama 24 jam untuk nantinya ditambah eco enzym dan pewangi.
2. Membuat Eco Enzym
Eco enzym dibuat dari campuran sampah organik, yaitu kulit buah dengan air gula atau madu. Pertama-tama air, gula, dan kulit buah dicampurkan dengan perbandingan 1:3:9. Selanjutnya, kami memasukkan kulit buah sebanyak 270 gram ke dalam botol, dan diisi dengan larutan gula sebanyak 90 gram serta air sebanyak 900 gram. Langkah berikutnya, botol ditutup dengan selang yang sudah dipasang dan disolatip. Ujung selang seberang disalurkan pada botol dengan air dan diselotip rapat. Penyaluran selang pada botol lain untuk menyalurkan gas metana yang dapat menimbulkan ledakan. Proses fermentasi pertama berlangsung selama minimal 3 bulan dan fermentasi kedua berlangsung selama 1 bulan. Dua langkah fermentasi tersebut dilakukan agar dapat menghasilkan warna yang tidak keruh nantinya
Kedua eksperimen tersebut adalah beberapa contoh rangkaian belajar kami di rumah Ibu Shinta. Selain melakukan hal tersebut, kami juga diajarkan agar memilah sampah kertas, kardus, botol, dan plastik untuk dikumpulkan dan dikirimkan ke bank sampah atau TPST.
Dari eksperimen belajar di rumah Ibu Shinta, saya menjadi belajar banyak hal tentang pengelolaan sampah. Sampah yang mungkin dipikirkan sebagai barang tidak berguna dan hanya untuk dibuang bahkan tanpa dipilah lebih dahulu, ternyata bisa diolah sedemikian rupa untuk kemudian menjadi sesuatu yang bermanfaat. Selain itu, belajar bertanggung jawab dengan sampah yang kami hasilkan sendiri dalam kehidupan sehari-hari kedepannya menjadi salah satu catatan sekaligus reminder penting agar kami menjadi bagian dari masyarakat yang mau peduli dengan lingkungan, salah satunya dengan bertanggung jawab kepada sampah kami.
Terima kasih, Ibu Shinta dan Mbak Sari ^^
0 komentar:
Posting Komentar