28.12.24

Esai 4 (Liyana) : Melakukan Upcycling Sampah Anorganik

 Tugas Esai 4 : Melakukan Upcycling Sampah Anorganik

Mata Kuliah : Psikologi Lingkungan

Dosen Pengampu : Dr. Dra. Arundati Shinta, MA


Liyana Nofiasari (23310410049)

Fakultas Psikologi

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta


Mengubah Botol Plastik Menjadi Tempat Serbaguna

Di tengah banyaknya sampah plastik yang ada di dunia, khususnya Indonesia, kreativitas dan inovasi dalam pengelolaan sampah menjadi hal yang perlu untuk dilakukan. Salah satu solusinya adalah upcycling, yaitu mengubah barang bekas menjadi produk baru yang memiliki nilai. Dengan semakin peduli akan lingkungan, upcycling menjadi hal yang tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga membuka peluang bisnis. Untuk memulai kegiatan upcycling, yang dibutuhkan hanya kreativitas dan kemauan untuk berkontribusi dalam pelestarian lingkungan. Upcycling botol plastik adalah salah satu cara efektif untuk mengurangi dampak negatif sampah plastik terhadap lingkungan. Berbeda dengan recycling yang memerlukan proses industrial, upcycling dapat dilakukan oleh siapa saja di rumah dengan peralatan sederhana. Kegiatan ini tidak hanya membantu mengurangi sampah, tetapi juga mendorong kreativitas dan dapat menghasilkan produk-produk yang bermanfaat. Salah satu ide kreatif yang dapat dikembangkan yaitu mengubah botol plastik bekas menjadi tempat serbaguna yang fungsional.

Proses pembuatan tempat serbaguna dari botol plastik bekas cukup sederhana tetapi membutuhkan ketelitian. Bahan-bahan untuk membuat produk ini yaitu botol plastik bekas, gunting atau pisau, lem atau solasi, dan kertas kado bekas. Langkah-langkah pembuatannya yaitu yang pertama, botol plastik bekas dibersihkan secara menyeluruh untuk menghilangkan sisa-sisa label dan kotoran. Kemudian, botol dipotong menggunakan gunting atau pisau sesuai pola yang telah dirancang. Bagian tengah botol yang lebih lebar akan menjadi badan utama untuk tempat seperti kumpulan pulpen, pensil, atau sendok. Setelah itu, tepi-tepi potongan botol plastik dirapikan untuk keamanan. Selanjutnya, untuk memberikan nilai tambah, produk dihias dengan dibalut kertas kado bekas menggunakan lem atau solasi. 

Dalam memasarkan produk, beberapa strategi telah saya terapkan untuk menarik pembeli. Seperti foto yang menampilkan detail produk, deskripsi produk yang jelas seperti bahan-bahan yang digunakan dan nilai tambah produk sebagai barang hasil upcycling. Penentuan harga yang terjangkau tetapi memberikan keuntungan yang layak, mengingat proses pembuatan yang membutuhkan waktu dan kreativitas. Meskipun begitu, produk yang saya pasarkan sayangnya belum terjual, karena pemasaran produk upcycling dari sampah anorganik menghadapi berbagai hambatan. Kesadaran konsumen yang masih rendah terhadap produk daur ulang menyebabkan keraguan akan kualitas dan nilai produk (Sembiring & Rachman, 2021). Selain itu, persepsi negatif masyarakat yang menganggap produk dari sampah sebagai barang berkualitas rendah dan tidak higienis menjadi hambatan dalam pemasaran (Kusumawati & Setiawan, 2020).

Melalui upcycling sampah anorganik, kita dapat menciptakan produk yang bernilai ekonomi dan juga berkontribusi dalam mengurangi sampah plastik serta meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya daur ulang. Dengan melakukan upcycling sampah anorganik dan memasarkannya, dapat menjadi langkah kecil namun signifikan menuju ekonomi sirkuler yang berkelanjutan.

Link : https://id.shp.ee/4WYhofD

Daftar Pustaka

Kusumawati, A., & Setiawan, B. (2020). Analisis Hambatan Pemasaran Produk Daur Ulang di Indonesia: Studi Kasus pada UMKM Kreatif. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, 18(2), 112-125.

Sembiring, R., & Rachman, F. (2021). Tantangan dan Peluang Pengembangan Industri Upcycling di Era Digital. Jurnal Inovasi dan Teknologi, 9(3), 167-180.

(N.B : Klik buka gambar untuk mendapatkan hasil jernih)



0 komentar:

Posting Komentar