YANSES KALA’ IRI'
NIM: 19310410046
DOSEN: Dra. ARUNDITA SHINTA, MA.
Sumber: https://images.app.goo.gl/b4ZTwv96T41XFE1M7
Membahas
mengenai sampah memang tidak akan ada habisnya. Sampah akan terus kita jumpai
selagi di bumi ini terdapat aktivitas yang dilakukan oleh manusia, sampah akan
berdampingan dengan aktvitas manusia itu. Sampah adalah hasil buangan dari
suatu proses prilaku yang dilakukan, baik dari produksi industri maupun
domestik (rumah tangga dan aktivisa lainnya). Menurut definisi World Health
Organization (WHO) dalam Chandra 2006, sampah adalah sesuatu yang tidak
digunakan, tidak diapakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang
berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. Menurut UU
Nomor 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, menyebutkan bahwa sampah
merupakan permasalahan nasional sehingga pengelolaannya perlu di lakukan secara
komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir agar memberikan manfaat secara
ekonomi, sehat bagi masyarakat, dan aman bagi lingkungan, serta dapat mengubah
perilaku masyarakat (Kementerian Lingkungan Hidup, 2008). Jenis sampah ini
beragam, jadi sampah ini tentunya menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup.
Dilihat dari
banyaknya sampah serta jenisnya, tentu miliki imbas terhadap keberlangsungan
kehidupan selanjutnya. Saat ini, dampak dari sampah yang paling banyak di
soroti dan menjadi PR untuk dunia dalam penanggulangannya yaitu dampak dari
sampah plastik. Sampah plastik tidak hanya merusak ekosistem yang ada di darat
maupun laut, tetapi juga ancaman nyata bagi kelangsungan seluruh makhluk hidup
di dunia. Daya hancur plastik terhadap lingkungan sangat besar, sebab ia sangat
sulit terurai. Dalam studi yang dilakukan oleh UN Environment Programme (UNEP)
dalam kumparan sains 2019, berjudul “Single-Use Plastics: A Roadmap for
Sustainabil-ity” pada tahun 2018 mengungkapkan, bahwa sampah plastik berupa
kantong dan styrofoam memerlukan ribuan tahun untuk bisa terurai. Sedangkan
penelitian Jenna R. Jambeck dari Georgia University pada 2010 menyebutkan, ada
sekitar 275 juta ton sampah plastik yang tersebar di seluruh dunia, dengan
sekitar 4,7 hingga 12,7 juta ton sampah berada di lautan. Ini artinya, setiap
satu menit, sampah plastik yang dibuang ke laut setara dengan satu truk penuh.
Data
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada Februari 2019, merilis
bahwa saat ini Indonesia menghasilkan sedikitnya 64 juta ton timbunan sampah
setiap tahunnya (Sumartiningtyas, 2020). Dari data tersebut pastinya
sampah-sampah tersebut pasti memiliki dampak. Pencemaran udara merupkan salah
satu daampak yang di tumbulkan seperti Ketika ada tumpukan sampah yang sudah
membusuk dan benyak menumpuk, pembakaran sampah plastik. Di lautan bayak hewan yang mencadi cacat dan
mati begitu saja karena melekat pada tubuh hewan-hewan di laut serta memakan
sampah plastik tersebut. Fakta bahwa plastik juga dapat mengganggu kesehatan
manusia. Plastik menggunakan senyawa-senyawa kimia untuk membuatnya kuat dan
tidak mudah pecah. Senyawa tersebut sangat mudah bertransfer ke dalam makanan
atau minuman. Tidak hanya itu. Ikan-ikan yang biasa manusia konsumsi juga telah
terkontaminasi oleh mikroplastik di dalam tubuhnya. Jadi, secara tidak langsung
manusia juga ikut memakan plastik dari ikan yang dimakan. Tentu dampak dari
sampah plastik ini masih banyak lagi. Lalu bagaiman caranya agar sampah ini
terdapat nilai gunanya dan pengelolaanhya seperti apa?
Pada
hakekatnya, sampah tidak akan menjani masalah besar Ketika kita mimiliki
keadaran akan dampak dari sampah itu sendiri. Masalah menjadi utama yaitu tidak
adanya kepedulian dari diri masing-masing. Lalu bagimana agar samaph itu
dapat menjadi nilai guna?. Salah satu
cara yang kita lakukan yaitu dengan cara penggunaan Kembali sampah plastik yang
masih bisa terpakai, pengurangan penggunaaan kantong plastik saat berbelanja
dan sebaginya, membuat kerajinan atau pendaurulangan dari sampah yang bisa di
manfaattkan, dan untuk sampah rumah tangga (smapah dapur atau organik) kita
dapat menyulapnya menjadi pupuk kompos atau dapat juga di gunakan untuk proses
dalam perkembang biakan magalarva untuk pakan ternak. Masih banyak cara yang
dapat dilakukan dalam pengelolaan sampah, seperti pembuatan bahan bakar seperti
bensin dari sampah plastik, sebagai bahan dasar pembuatan batako, sebagai
sumber gas helium dan gas metana. Jadi samapah tidak akan berbahaya jikalau
berada di tangan yang tepat. jadi ayo bersma-sama menjadi pahlawan untuk diri
sendiri dan Bersama untuk kedepannya
SUMBER:
Chandra, Budiman. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan.
EGC. Jakarta Subekti I. (2009)
Kementerian Lingkungan Hidup. 2008 tentang Pengelolaan
Sampah. Jakarta: Biro Hukum dan Humas Kementerian Lingkungan Hidup.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008
Kumparan Sains. 2019. Begini Dampak Sampah Plastik
Bagi Lingkungan dan Kesehatan Manusia. https://kumparan.com/kumparansains/begini-dampak-sampah-plastik-bagi-lingkungan-dan-kesehatan-manusia-1sExfNL4Tky.
Diakses 27 maret 2021
Sumartiningtyas H. 2020. Indonesia Hasilkan 64 Juta
Ton Sampah, Bisakah Kapasitas Pengelolaan Tercapai Tahun 2025?. https://www.kompas.com/sains/read/2020/12/18/070200023/indonesia-hasilkan-64-juta-ton-sampah-bisakah-kapasitas-pengelolaan?page=all.
Diakses 27 maret 2021
0 komentar:
Posting Komentar