Ujian Akhir Psikologi Industri dan Organisasi
(Semester
Genap 2019/2020)
Fa
Shintariesa Adanty Naufaline (19.310.410.021)
Doesen
Pengampu: Dr. Arundhati Shinta, MA.
Fakultas
Psikologi
Universitas
Proklamasi 45 Yogyakarta
Dalam kehidupan, sebagian besar waktu seseorang dapat dihabiskan di tempat kerja. Itulah mengapa pengalaman di tempat kerja dapat menjadi aspek penting dalam menentukan kesehatan mental seseorang secara umum. Kesehatan mental seseorang dapat juga kita sebut dengan istilah kesejahteraan psikologis. Kesejahteraan psikologis merupakan kondisi dimana seseorang bebas dari aneka tekanan dan masalah mental sehingga mampu menerima dirinya /kehidupan masa lalunya (self-acceptance), mengalami pengembangan maupun pertumbuhan diri (personal growth), memiliki keyakinan bahwa hidupnya bertujuan dan bermakna (purpose in life) serta memiliki kualitas hubungan positif dengan orang lain. Selain itu, seseorang dikatakan memiliki kesejahteraan psikologis apabila dia mampu mengatur kehidupannya maupun lingkungannya secara efektif (environmental mastery) dan mampu menentukan tindakan sendiri (autonomy). Sejalan dengan hal tersebut, maka kesehatan mental menjadi salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan kesehatan kerja. Kesehatan kerja merupakan sebuah kondisi dimana seseorang karyawan terbebas dari gangguan kesehatan baik fisik maupun mental yang disebabkan oleh lingkungan atau beban kerja. Masalah kesehatan mental dan stress kerja merupakan masalah yang sering terabaikan di tempat kerja. Stres kerja dapat berakibat positif (eustress) yang diperlukan untuk menghasilkan prestasi yang tinggi, namun pada umumnya stres kerja lebih banyak merugikan diri karyawan maupun perusahaan (Munandar, 2008). Dampak negatif yang ditimbulkan oleh stres kerja dapat berupa gejala fisiologis, psikologis, dan perilaku (Robbins, 2007). Gejala fisiologis mengarah pada perubahan metabolisme, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan sakit kepala, dan menyebabkan serangan jantung sebagai akibat dari stres. Ditinjau dari gejala psikologis, stres dapat menyebabkan ketidakpuasan. Stres yang berkaitan dengan pekerjaan dapat menimbulkan ketidakpuasan yang berkaitan dengan pekerjaan, karena itulah “dampak psikologis yang paling sederhana dan paling jelas” dari stres itu. Namun, stres muncul dalam keadaan psikologis lain, misalnya ketegangan, kecemasan, mudah marah, kebosanan, dan suka menunda-nunda. Terbukti bahwa bila orang ditempatkan dalam pekerjaan yang mempunyai tuntutan ganda dan berkonflik atau di tempat yang tidak ada kejelasan mengenai tugas, wewenang, dan tanggungjawab pemikul pekerjaan, stres dan ketidakpuasan akan meningkat. Sama halnya, makin sedikit kendali yang dipegang orang atas kecepatan kerja mereka, makin besar stres dan ketidakpuasan. Walaupun diperlukan lebih banyak riset untuk memperjelas hubungan itu, bukti mengemukakan bahwa pekerjaan-pekerjaan yang memberikan keragaman, nilai penting, otonomi, umpan balik, dan identitas pada tingkat yang rendah ke pemangku pekerjaan akan menciptakan stres dan mengurangi kepuasan serta keterlibatan dalam pekerjaan itu. Sedangkan gejala perilaku mencakup perubahan produktivitas, absensi, dan tingkat keluar masuknya karyawan, juga perubahan kebiasaan makan, meningkatnya merokok, bicara cepat, gelisah, dan gangguan tidur. Stres kerja merupakan fenomena yang mempengaruhi karyawan secara berbeda, di dalam konteks kerja yang berbeda. Mempelajari stres kerja di konteks yang berbeda akan memberikan pengertian yang mendalam terhadap fenomena tersebut sebagai suatu keseluruhan dan bagaimana untuk meminimalisir pengaruh negatif terhadap produktivitas karyawan, kepuasan, dan komitmen kerja karyawan (Michael, 2009). Menurut penelitian Hawthorne, 1981 dalam Leila, (2002), kepuasan kerja akan mengarahkan pekerja ke arah tampilan kerja yang lebih produktif. Pekerja yang puas dengan pekerjaannya akan memiliki loyalitas yang tinggi kepada perusahaan.
Hal
inilah yang dapat memicu stress Menurut Robbins (2008:370) ada kategori potensi pemicu stres
kerja yaitu: Faktor-faktor Lingkungan Selain mempengaruhi perusahaan,
ketidakpastian lingkungan juga mempengaruhi tingkat stres para karyawan dalam
perusahaan. Perubahan dalam siklus bisnis menciptakan ketidakpastian ekonomi, Ketidakpastian
politik juga merupakan pemicu stres diantara karyawan. Faktor-faktor
Perusahaan Tuntutan tugas merupakan faktor yang terkait dengan pekerjaan
seseorang, Tuntutan peran, beban peran yang berlebihan dialami ketika karyawan
diharapkan melakukan lebih banyak daripada waktu yang ada. Faktor-faktor
Pribadi Faktor-faktor pribadi ini terutama
menyangkut masalah keluarga, masalah ekonomi pribadi serta kepribadian dan
karakter yang melekat dalam diri seseorang.
Hal ini dapat berdampak dan berakibat stres kerja Dampak stres kerja dapat
menguntungkan atau merugikan karyawan. Dampak yang menguntungkan diharapkan
akan memacu karyawan untuk dapat menyelesaikan pekerjaan dengan bersemangat
sebaik-baiknya, namun jika stres tidak mampu diatasi maka akan menimbulkan
dampak yang merugikan karyawan (Gitosudarmo, 2000:54).dampak dan akibat yang
ditimbulkan dari stres kerja:
1. Subjektif, berupa kekhawatiran atau
ketakutan, agresi, apatis, rasa bosan, depresi, keletihan, frustrasi,
kehilangan kendali emosi, penghargaan diri yang rendah, gugup, kesepian.
- Perilaku,
berupa mudah mendapat kecelakaan, kecanduan alkohol, penyalahgunaan obat,
luapan emosional, makan atau merokok secara berlebihan, perilaku impulsif,
tertawa gugup.
- Kognitif,
berupa ketidakmampuan untuk membuat keputusan yang masuk akal, daya
konsentrasi rendah, kurang perhatian, sangat sensitif terhadap kritik,
hambatan mental.
- Fisiologis,
berupa kandungan glukosa darah meningkat, denyut jantung dan tekanan darah
meningkat, mulut kering, berkeringat, bola mata melebar, panas, dan
dingin.
- Organisasi,
berupa angka absensi, omset, produktivitas rendah, terasing, dari mitra
kerja, komitmen organisasi dan loyalitas berkurang.
Beberapa
hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi stress dan mencapai jiwa yang sehat
antara lain menyeimbangkan hidup dalam lingkungan sosial dan pekerjaan,
bicarakan keluhan dengan seseorang yang dapat dipercaya, lakukan kegiatan
sesuai dengan minat dan kemampuan, jagalah kesehatan dengan olahraga/aktivitas
fisik secara teratur, tidur cukup, makan bergizi seimbang, terapkan perilaku
hidup bersih dan sehat, kembangkan hobi yang bermanfaat, meningkatkan ibadah
dan mendekatkan diri pada Tuhan, berpikir positif dan tenangkan pikiran dengan
relaksasi. Teknik relaksasi untuk mengatasi stress dapat dilakukan dengan duduk
dengan posisi santai dan nyaman sambil membayangkan hal yang menyenangkan
dengan mata terpejam, kemudian tarik nafas dari hidung, lalu hembuskan nafas
dari mulut dengan membayangkan seolah beban pikiran dilepaskan yang diulangi
sebanyak 3 kali sembari mensyukuri nikmat Tuhan YME. Mari bersama kita kelola
stres mulai dari sekarang guna meningkatkan produktivitas kerja.
Daftar Pustaka :
Rivai, Veithzal. 2004. Manajemen Sumber Daya
Manusia Untuk Perusahaan: Dari Teori Ke Praktik. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Hasibuan, Malayu. 2012. Manajemen Sumber Daya
Manusia. Edisi Revisi. Bumi Aksara, Jakarta.
Handoko, T Hani. 2008. Manjemen Personalia.
BPFE Yogyakarta, Yogyakarta.
Sasono, Eko. 2004. Mengelola Stress Kerja.
Semarang, Universitas Pandanaran.
Handoyo, Seger. 2001. Stres Pada Masyarakat
Surabaya. Jurnal Insan Media Psikologi 3 : 61-74. Surabaya, Fakultas
Psikologi Universitas Airlangga.
Robbins, Stephen P, Timothy A. Judge. 2008. Perilaku
Organisasi. Salemba Empat, Jakarta.
Gitosudarmo & Sudita. 2000. Perilaku Keorganisasian, Edisi Pertama. Jogjakarta: Erlangga
Artikelnya mudah di pahami kata"nya dan sangat menarik untuk di baca
BalasHapus