UJIAN
AKHIR PSIKOLOGI INDUSTRI & ORGANISASI
(Semester
Genap 2019/2020)
KHARISMA
AYU MUTIARA DEWI
19310410070
Arundati
Shinta (NIK. 1.60 / DY / UP45)
Fakultas
Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Tentara
Nasional Indonesia atau disingkat TNI merupakan bagian dari masyarakat umum yang
dipersiapkan secara khusus untuk melaksanakan tugas pembelaan negara dan bangsa,
serta memelihara pertahanan dan keamanan Nasional. Dalam menjalankan tugasnya,
seorang prajurit TNI sudah dilatih secara fisik. Selain fisik yang kuat, TNI
juga harus memiliki kecerdasan, dan selalu menjaga kesehatan/Mental. Tidak
asing lagi buat kita tentang pengiriman pasukan TNI ke perbatasan RI atau
daerah pelosok yang rentan dalam pertahanan dan keamanan Indonesia. Selain
berperan sebagai alat Negara dalam bidang pertahanan saat menjalankan tugasnya,
TNI juga ditugaskan di daerah pelosok untuk menggantikan aparat-aparat sipil
Prajurit
Satgas Pamtas RI-Malaysia Yonif Raider 303/Setia Sampai Mati (SSM) Kostrad,
yang bertugas di wilayah perbatasan RI-Malaysia, tepatnya di Kabupaten Mahakam
Ulu, Kalimantan Timur, mengajar di TK Tunas Bangsa.
Seperti,
kita banyak menjumpai Tentara yang menjadi tenaga pengajar di sekolah-sekolah
pedalaman Papua atau wilayah yang pedalaman lainya yang belum terdapat tenaga
pengajar. Dalam menjalankan tugasnya yaitu menjaga pertahanan Indonesia,
pastinya tidaklah mudah. Banyak gangguan yang membuat pertahanan dan keamanan
negara goyah. Seperti adanya KKB (Kelompok
Kriminal Bersenjata) di Papua yang membuat banyaknya pikiran di dalam dirinya.
Apalagi ditambah dengan rasa rindu terhadap keluarga yang jauh dari mereka. Tugas
TNI sangatlah berat. Belum lagi jika terjadi suatu masalah dalam lingkungan
kerja maupun dalam lingkungan keluarga.
Selama
berdinas banyak hal yang berpengaruh pada kondisi psikologis tentara, sebab
lingkungan militer memiliki stressor yang unik (Dolan & Ender, 2008).
Walaupun pada awalnya telah dilakukan pemeriksaan sebelum diterima menjadi
prajurit, stres tetap dapat terjadi pada prajurit yang berdinas. Jika prajurit
dalam menjalankan tugasnya mengalami stres maka, akan terjadinya Burnout pada
prajurit. Burnout ini adalah suatu sindrom kelelahan emosional , fisik, dan
mental ditunjang oleh perasaan rendahnya self esteem, dan self efficacy,
disebabkan penderitaan stres yang intens dan berkepanjangan (Baron dan
Greenberg, 1990). Stres merupakan
masalah umum yang terjadi dalam kehidupan umat manusia. Kupriyanov dan Zhdanov
(2014) menyata-kan bahwa stres yang ada saat ini adalah sebuah atribut
kehidupan modren. Stres kerja dikategorikan apabila seseorang mengalami stres
melibatkan pihak organisasi tempat orang yang bersangkutan bekerja (Rice,
1992), Setiap aspek dari lingkungan kerja dapat dirasakan sebagai stres oleh
tenaga kerja, tergantung dari persepsi tenaga kerja terhadap lingkungannya,
apabila ia merasakan adanya stres ataukah tidak.
Stress
kerja pada prajurit TNI dapat berakibat pada fisik yaitu munculnya gangguan
leher yang tegang, berubahnya selera makan, tekanan darah tinggi, gangguan
pencernaan dan penyakit lainya. Emosional pun berubah yaitu memiliki persaan
yang tidak nyaman sehingga mudah tersinggung dan terlalu sensitif. Secara
Intelektual yaitu mengalami kekacauan pikiran sehingga sulit untuk
berkosentrasi, sulit untuk mengambil keputusan dan daya ingat yang menurun. Dan
secara Interpersonal yakni memiliki sifat acuh dan mendiamkan orang lain,
kepercayaan pada orang lain yang menurun, dan mudah mengingkari janji pada orang
lain.
Marinir
AS, Pvt. Theodore J. Miller, menunjukkan " tatapan seribu yard ",
tatapan yang tidak fokus, sedih dan lelah yang sering merupakan manifestasi
dari shell shock
Lalu
apakah berpengaruh pada kinerja seorang prajurit TNI? Menurut Robbins (2001)
salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai adalah stress kerja. Stres
yang berlebihan dan tidak bisa dikontrol akan menimbulkan pengaruh negatif
terhadap kinerja pegawai tetapi stres yang bisa di kontrol bahkan mampu
memberikan pengaruh positif terhadap kinerja pegawai. Jadi ini tergantung
dengan kepribadiannya, jika seseorang dapat mengatasi stressnya maka tidak
terjadinya Burnout atau perasaan yang meledak ledak. Seperti marah, kesal, atau
yang bersifat negatif yang sangat berpengaruh pada kinerja prajurit.
Untuk
itu seorang prajurit TNI yang mengalami gejala tersebut, haruslah melakukan penurunan
tingkat stres. Seperti pemberian terapi Yoga Tawa yang mampu menurunkan tingkat
stres Penerapan terapi yoga tawa merupakan penanganan stres kerja secara
individual (personal wellness programs), yang bersumber pada teknik emotion-focused
coping. Emotion-focused coping adalah strategi yang bertujuan untuk mengendalikan
respons emosi terhadap situasi menekan melalui perilaku dan mengubah kognisi.
Individu cenderung menggunakan strategi ini pada saat individu tersebut
meyakini bahwa tidak ada yang dapat diperbuat untuk mengubah situasi (Chamberlain
& Lyons, 2006). Emotionfocused coping dilakukan dengan mengendalikan
berbagai reaksi baik jasmaniah, emosional, maupun bentuk-bentuk mekanisme
pertahanan diri.
Terapi
yoga tawa diberikan dengan cara mengajak subjek untuk melakukan aktivitas tertawa
dengan melibatkan perilaku dan gerakan tubuh yaitu dengan melakukan berbagai macam
latihan teknik tawa untuk memunculkan perilaku tertawa yang alami. Individu akan
berlatih melakukan gerakan motorik dan suara tertawa, yang akhirnya berakhir
pada kondisi fisiologis (meningkatnya sistem saraf parasimpatetis dan menurunnya
sistem saraf simpatetis). Beberapa penelitian terhadap terapi yoga tawa menunjukkan,
bahwa terapi yoga tawa memiliki dampak psikologis dan fisiologis, terkait
stres, efikasi diri, dan tekanan darah (Beckman, Regier & Young, 2007;
Chaya, Kataria & Nagendra, 2008; Christina, 2006).
Selain
itu perlunya dukungan dari rekan kerja dengan menjaga tali persaudaraan antar teman
agar dapat membentuk team yang solid yang dapat selalu memberikan dukungan
antar teman. Menurut Baroon dan Byrne (2003, h. 189), dukungan sosial seseorang
akan ada dalam keadaan fisik yang lebih baik dan stres yang yang dialaminya
akan berkurang. Yang paling penting adalah faktor dari keluarga yaitu bagi
prajurit TNI yang masih sedang bertugas jauh tanpa ditemani oleh keluarga perlu
untuk bekerja secara profesional sebagai prajurit TNI, tetap menjaga komunikasi
secara intens dengan keluarga yang ditinggalkan. Ini yang akan menekan stres dan meningkatkan
kinerja prajurit seperti nilai prestasi (Achievement),nilai status (Status),
otonomi (Autonomy), keamanan (Safety), asas mengutamakan orang lain (Altruism),
dan yang terendah ialah nilai kenyamanan (Comfort).
“TNI
adalah soko guru dari negaranya. Ia tegak dengan negaranya, dan ia hancur
dengan negaranya pula. Suatu tentara yang memiliki kepercayaan diri sendiri
yang kokoh, yang tidak tergoyahkan, yang sanggup untuk menjamin keamanan dan
keselamatan negara dan bangsanya. ... Perjuangan yang menuntut keadilan dan
kesucian” (Jenderal TNI Joko Santoso
2006:102).
DAFTAR
PUSTAKA
Rosyid, H.F. (1996). Burnout: PENGHAMBAT PRODUKTIFITAS YANG PERLU
DICERMATI. Buletin Psikologi. Tahun IV, No. 1.
Jayanti, F.A., Suharsono, Y. &
Ingarianti, T.M. (2015). NILAI KERJA PADA
ANGGOTA TNI-AD BERDASARKAN TAHAPAN KARIR. Psympathic, Jurnal Ilmiah
Psikologi Juni 2015, Vol. 2, No. 1, Hal: 79 – 93
Chalim, M.A. & Farhan, F. (2015). PERANAN DAN KEDUDUKAN TENTARA NASIONAL
INDONESIA (TNI) DI DALAM RANCANGAN UNDANG-UNDANG KEAMANAN NASIONAL DI TINJAU
DARI PERSPEKTIF POLITIK HUKUM DI INDONESIA. Jurnal Pembaharuan Hukum Vol.
II No. 1
Ma’arif, S. (2014). Prajurit Profesional-Patriot: Menuju TNI Profesional pada Era Reformasi.
Jurnal Sosiologi MASYARAKAT, Vol. 19, No. 2: 257-286
Prasetyo, A. R. et al. (2016). PENURUNAN TINGKAT STRES KERJA PADA PENERBANG
MILITER MELALUI PENERAPAN TERAPI YOGA TAWA. Jurnal Psikologi Undip Vol.15
No.1: 11-20
Christian, F. & Ireuw, C. (2019). PENGARUH STRES KERJA TERHADAP KINERJA
PRAJURIT TNIBIDANG TERITORIAL KODAM XVII/ CENDRAWASIH (STUDI KASUS PADA PRAJURIT
TNI YANG BERPANGKAT BINTARA DAN TAMTAMA). Jurnal Manajemen dan Organisasi
Review (MANOR). Vol. 1 No. 2.
Daniaputri, N. & Abidin, Z. RELATIONSHIP BETWEEN WORKING PARTNERS
SUPPORT WITH JOB STRESS TAMTAMA-BINTARA TNI ANGKATAN DARAT AIRCRAFT MAINTENANCE
DETACHMENT BASIS OF AIR AHMAD YANI SEMARANG. Fakultas Psikologi Universitas
Diponegoro.
Gaol, N. T. L. (2016). Teori Stres: Stimulus, Respons, dan
Transaksional. Buletin Psikologi. Vol. 24, No. 1: 1 – 11. DOI:
10.22146/bpsi.11224
Referensi Gambar
https://translate.google.com/translate?u=https://en.wikipedia.org/wiki/Combat_stress_reaction&hl=id&sl=en&tl=id&client=srp&prev=search
(Diakses pada tanggal 13 Juni 2020)
https://batam.tribunnews.com/2019/03/01/puasa-saat-perang-grilia-kostrad-tni-ad-bikin-tentara-asing-ciut-begini-ceritanya
(Diakses pada tanggal 14 Juni 2020)
https://kaltim.tribunnews.com/2019/08/31/prajurit-kostrad-tni-ad-ikut-mengajar-siswa-tk-di-perbatasan-malaysia
(Diakses pada tanggal 14 Juni 2020)
0 komentar:
Posting Komentar