Ujian Akhir Psikologi Sosial 1
(Semester
Genap 2019/2020)
Fa
Shintariesa Adanty Naufaline (19.310.410.021)
Doesen
Pengampu: Dr. Arundhati Shinta, MA.
Fakultas
Psikologi
Universitas
Proklamasi 45 Yogyakarta
Saat ini Indonesia dan dunia sedang menghadapi
situasi sulit akibat pandemi virus COVID-19 yang sedang terjadi. Pandemi
COVID-19 yang terjadi banyak menimbulkan perubahan di berbagai bidang
kehidupan. Salah satunya adalah bidang sosial pada masyarakat. Virus COVID-19
yang sangat mudah berpindah dari satu orang ke orang lain sehingga langkah
tepat untuk mengantisipasi eskalasi penyebaran virus ini adalah dengan gerakan
#dirumahaja. Dengan tetap berada di rumah, orang yang terkena virus COVID-19
tidak dapat menulari orang lain dan di sisi lain orang lain juga terlindung
dari virus COVID-19. Memang, gerakan #dirumahaja dapat menekan laju pertumbuhan
kasus positif virus COVID-19. Namun di sisi lain, gerakan ini menimbulkan
dampak negatif bagi beberapa kalangan masyarakat. Seperti penjual kaki lima,
ojek online dan para penjual yang
mengandalkan kehidupannya melalui penghasilan sehari-harinya dan masih banyak
lagi. Beberapa dari orang tersebut harus tetap berjuang mencari nafkah untuk
keluarganya meski penghasilan mereka semakin berkurang dan ada yang sampai
kehilangan mata pencaharian. Sayangnya, masih banyak dari mereka yang tidak
mempunyai banyak pengetahuan, pengalaman mengenai teknologi dan internet
sehingga kondisi ini membuat mereka semakin sulit.
Di saat situasi
sulit seperti ini, dokter dan tenaga medis dikatakan garda terdepan dalam
pandemi ini. Namun, sesungguhnya, kita, masyarakat-lah garda terdepan dalam
menghadapi pandemi ini. Dengan jumlah yang terbatas, dokter dan tenaga medis
perlu kita tempatkan sebagai garis pertahanan terakhir. Tugas masyarakat adalah
untuk melakukan seluruh upaya dalam mengurangi penyebaran virus COVID-19. Maka,
diperlukan kerjasama yang baik pada masyarakat dalam menghadapi pandemi ini.
Salah satunya dengan saling menolong. Menurut
Dovidio & Penner (2001), menolong adalah suatu tindakan yang bertujuan
menghasilkan keuntungan terhadap pihak lain, hal ini merupakan salah satu perilaku yang termasuk dalam kategori perilaku prososial.
Di saat pandemi
saat ini muncul banyak yang mengadakan aksi solidaritas berupa pembagian
sembako, masker, dan penyemprotan disinfektan di beberapa daerah di Indonesia. Aksi
solidaritas ini dilaksanakan sebagai bentuk gotong royong dan kepedulian
terhadap masyarakat yang terdampak dengan pandemi COVID-19. Sebagai bentuk
dari aksi kepedulian sesama tanpa membeda-bedakan suku,agama,dan golongan yang merasakan
dampak dari wabah,
sehingga yang kuat dan berlebih harus dapat membantu yang lemah dan
berkekurangan. Kemudian salah satu contoh aksi dengan melakukan penggalangan dana untuk membantu masyarakat
terdampak pandemi Covid-19. Aksi tersebut menyasar penerima manfaat dari
beragam latar profesi dan melibatkan para pemberi pengaruh. Hal ini
membuat sejumlah pesohor menggalang dana
untuk membantu masyarakat terdampak maupun tenaga medis. Mereka
mengkampanyekannya melalui akun media social mereka.
Perbuatan-perbuatan
baik yang dilakukan tersebut dapat disebut sebagai prosocial behavior. Prosocial behavior atau
tindakan prososial adalah suatu tindakan yang dilakukan seseorang atau sekelompok
orang untuk membantu orang lain atau memberi kemanfaatan bagi orang lain
meskipun pemberi bantuan tidak mendapat keuntungan dari tindakannya tersebut.
Terdapat beberapa teori yang menjelaskan mengapa seseorang melakukan tindakan
prososial dan jika dikaitkan dengan konteks di atas maka kita bisa menggunakan
teori empathy-altruism. Hipotesis
ini mengatakan bahwa beberapa tindakan prososial hanya dimotivasi oleh
keinginan untuk membantu sesama, membantu seseorang yang membutuhkan (Batson
& Oleson, 1991; Baron & Branscombe, 2012). Perilaku prososial ini
meliputi altruisme, saling membantu, saling menghibur, persahabatan,
pertolongan, penyelamatan, pengorbanan, kemurahan hati, saling membagi dan
menanggapi orang lain dengan simpati dan wujud kerja sama (Sears, 1994, h.48). Individu yang melakukan tindakan menolong
orang lain dengan tidak mengharapkan imbalan dapat disebut termotivasi oleh altruism. Altruism ini
memiliki kaitan erat dengan empati.
Selain itu,
merebaknya tren tindakan menolong yang terjadi di tengah pandemi virus COVID-19
ini juga dapat dijelaskan melalui teori pembelajaran observasional oleh Albert
Bandura. Melalui teori ini, Bandura menegaskan bahwa proses pembelajaran
manusia dapat dilakukan dengan melalui observasi. Jika kita kaitkan dengan
fenomena tren tindakan prososial yang sedang terjadi, maka pemberitaan dan
informasi yang tersebar luas di media sosial mengenai orang yang melakukan
tindakan prososial, dapat mengajarkan dan membuat orang lain ikut melakukan
tindakan prososial seperti itu juga. Dimana pada berita atau informasi yang
tersebar mengenai orang yang melakukan tindakan prososial di media sosial
biasanya orang tersebut mendapat imej positif dan tanggapan positif dari orang
lain, seperti yang terjadi pada seseorang yang juga mendapat banyak pujian
karena tindakan prososialnya tersebut. Selain itu, dari sisi psikologis,
terdapat banyak penelitian yang mendukung bahwa orang yang melakukan kebaikan
atau menolong orang lain akan merasakan kebahagiaan tersendiri.
Orang-orang yang telah melakukan tindakan menolong, lalu
tersebar di berita maupun media sosial dapat disebut sebagai model atau contoh bagi orang
lain yang mendapat informasi tersebut. Selanjutnya, ketika orang yang mendapat
informasi tersebut juga ikut melakukan tindakan menolong lalu ia menyebarkannya
melalui media sosial, maka ia juga menjadi model dan begitu seterusnya. Dengan
masyarakat yang saat ini melakukan gerakan #dirumahaja, internet merupakan
salah satu sarana penting untuk mendapatkan informasi. Dengan semakin
banyak orang yang menggunakan internet, maka semakin cepat dan semakin luas
jugalah informasi yang tersebar. Sehingga itu juga menjelaskan alasan meluasnya
tren berbuat baik yang terjadi di tengah pandemi virus COVID-19 ini.
Pada akhirnya, pandemi virus COVID-19 ini merupakan perjuangan bersama, bukan hanya perjuangan tenaga medis dan dokter saja. Dengan kita melakukan gerakan #dirumahaja, tanpa kita sadari kita juga telah membantu mengurangi peningkatan kasus positif virus COVID-19 ini. Meski begitu, jika kita dapat berbuat lebih seperti memberikan dukungan material kepada orang-orang yang membutuhkan pada situasi sulit ini, maka itu lebih baik. Dengan saling membantu satu sama lain dan mengikuti imbauan pemerintah, semoga kita dapat segera melewati pandemi virus mematikan ini bersama-sama.
Referensi:
Aswin. (2019).
HUBUNGAN EMPATI DENGAN ALTRURISME PADA ANGGOTA GERAKAN PRAMUKA KOTA SAMARINDA. PSIKOBORNEO, 886-897.
Aknin, L. B.,
Van de Vondervoort, J. W., & Hamlin, J. K. (2018). Positive feelings reward
and promote prosocial behavior. Current
opinion in psychology, 20,
55-59.
Baron, R. A.,
& Branscombe, N. R. (2012). Social
Psychology. New Jersey: PEARSON Education Inc.
Dirgantara, R. A. (2020, March 30). Regional.
Retrieved from Liputan6:
https://www.liputan6.com/regional/read/4214287/ribuan-masker-gratis-dari-penjahit-rembang-demi-menangkal-covid-19
Feist, J., Feist, G. J., & Roberts, T. (2017). Teori
Kepribadian. (Pertiwi, R. A., Trans.) (Jakarta Selatan:
Salemba Humanika.
Kj, Mathew & DEEPA, & Karthick, S. & Rai,
Sakshi. (2016). EVOLUTION OF ALTRUISM IN HUMANS. International Journal of
Social Science & Interdisciplinary Research.
Rantung, C. R. (2020, March 25). Seleb.
Retrieved from Kompas: https://www.kompas.com/hype/read/2020/03/25/193204166/seminggu-rachel-vennya-kumpulkan-donasi-rp-7-miliar-lebih-untuk-atasi
Sutrisno,
D. (2020, April 18). news. Retrieved from
Jabar.idntimes.com: https://jabar.idntimes.com/news/jabar/debbie-sutrisno/dua-bocah-sumbang-tabungan-untuk-tenaga-medis-covid/full
Artikelnya sangat menarik
BalasHapus