TEORI DASAR: CARL
GUSTAV JUNG
I R W A N T O
NIM. 163104101125
Pembimbing: Fx. Wahyu Widiantoro, S. Psi., MA.
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45Yogyakarta
Carl
Gustav Jung adalah seorang ahli psikologi Inggris terkemuka. Beliau lahir pada
tanggal 26 Juli 1875 di desa Kesswil (dekat Basel Swiss) di pinggir Danau
Konstanz (Bodensee)1, dan meninggal pada
tanggal 6 Juni 1961 di Kusnacht (Switzerland).2 Carl Gustav Jung adalah seorang
anak laki- laki tunggal dari Paul Jung dan Emilie Jung. Carl Gustav Jung
merupakan salah satu keluarga yang berasal dari Kristen Protestan dan Katolik, dan di besarkan dari keluarga yang
sangat Religius. Bapaknya adalah seorang filolog dan pendeta Protestan. Ibunya
berasal dari keluarga tua yang menghasilkan banyak pendeta. Paul, bapaknya,
kelahiran Jerman dan berasal dari keluarga yang menghasilkan banyak ahli kitab
suci, teolog, dan dokter. Beliau mengajar Carl yang kecil itu dengan bahasa
Latin, bahasa yang kemudian di baca secara lancar oleh Jung sepanjang hidupnya.
Kakek
Jung dari pihak bapak adalah anggota dewan Katolik di kota Meinz (Jerman). Tapi
moyangnya menjadi Protestan sebab di pengaruhi oleh Schleiermacher pada tahun
1813. Warisan religius dari dua keluarganya pasti mempengaruhi Jung dalam
interesnya yang sangat besar terhadap masalah-masalah religius dalam
psikologinya dan mempengaruhi psikologi arketipis tentang Kristus dan psikologi
tentang Protestanisme dan Katolisisme.
Dalam
famili bapak terdapat juga tradisi atau warisan medis. Bapaknya, Paul Jung,
adalah anak dari Dokter Arts, yang terkenal dan bekerja sebagai professor dan
dekan di fakultas medis di Universitas Basel (1822). Di Basel Profesor Jung itu
mendirikan rumah sakit jiwa yang pertama dan mendirikan satu rumah untuk
anak-anak yang cacat mentalnya (lemah mentalnya). Moyang medis yang terkenal
ini mempengaruhi hidup C.G. Jung, walaupun C.G.Jung sendiri tidak ikut- ikutan
saja. Warisan religius dan medis ini sangat penting untuk Jung yang
mempersa tukan dua pengaruh ini
dalam karyanya.
Sepanjang
hidupnya, Jung merasa sangat dalam berakar di dalam tradisi familial ini. Ketika
Jung berumur empat tahun, keluarganya berpindah ke kota Basel, tempat Jung memulai
sekolah dasar, sekolah lanjutan dan menyelesaikannya di universitas di sana. Sebagai
anak, Jung merasa sepi dan terasing. Sehingga membuat Jung ingin menutup diri dalam
dirinya sendiri, dan selalu suka bermain sendirian.3 Anak ini memberi kesan
yang lamban dan malas. Rupanya Jung merasa bosan dengan hidup real dalam dunia
kongkret ini, dan melarikan diri dalam dunia khayalan (sampai masa
pubertasnya). Memang Carl yang kecil ini sangat sensitif, punya perasaan halus,
dan memiliki fantasi yang hidup. Fantasi ni di kobarkan lagi oleh ibunya yang
sering membaca cerita dan dongeng-dongeng menarik dari sebuah buku cerita
anak-anak, buku cerita yang penuh ilustrasi dewi-dewi agama Hindu. Carl sangat
tertarik pada cerita-cerita ini dan pertemuannya dengan dongengdongeng Hindu
mempengaruhi minatnya akan agama dan mistik Asia.
Sebagai
seorang anak, perhatiannya sangat tertuju pada tingkah laku ambigu dari orang
tuanya, seolah-olah pada mereka terdapat kepribadian ganda. Rupanya kedua orang
tuanya itu melindungi diri dari desakan dunia batin yang mengancam hidup mereka
yang biasa. Ibunya adalah seorang ibu yang ramah tamah, hangat, humoristis, dan
bersifat konvensional. Tapi si anak, Carl Gustav Jung, merasa bahwa ibunya pada
dasarnya tidak dapat di percayai. Sebab pada ibu tiba-tiba muncul satu
kepribadian aneh yang bersifat tak konvensional dan kuasai-medial (seolah-olah prewangan).
Bapaknya, Paul Jung, dapat di percayai, tapi rupanya dalam rumah tangga
berfungsi sebagai orang yang lemah dan kurang otoritas. Walaupun bapak dapat
menarik hati dan toleran tapi toh dia sering depresif dan agresif karena
hatinya termakan oleh keraguan religius.
Menurut
Carl Gustav Jung, bapaknya kurang mengalami kontak batin dengan Tuhan yang
hidup. Sebab itu dalam keraguan bapaknya berpegang kuat pada keagamaan gerejani
yang konvensional dan dogmatis, yang tidak boleh direfleksikan secara kritis
dalam diskusi teologis. Perkawinan orang tuanya merupakan hubungan antara dua
orang yang tidak cocok. Ibunya bersifat ekstravert, dan punya perhatian praktis
dan kongkret; sedangkan bapaknya bersifat introvert dan perhatiannya terarah
kepada “langit”, penuh dengan Kitab Suci dan hal-hal yang suci. Sebab itu
perkawinan mereka penuh dengan ketegangan dan sebenarnya kurang bahagia.
Carl
Gustav Jung adalah salah satu psikolog besar pertama yang sangat memperhatikan
psikologi orang Timur. Semasa remaja, Jung adalah seorang penyendiri, tertutup
dan sedikit tidak peduli dengan masalah sekolah, apalagi dia tidak punya
semangat bersaing. Dia kemudian di masukkan ke sekolah asrama di Bassel, Swiss.
Di sini dia merasa tertekan karena di cemburui teman-temannya. Walaupun awalnya
bidang yang di pilih adalah arkeologi, namun dia masuk ke fakultas kedokteran
di University of Bassel. Karena bekerja bersama neuorolog terkenal, Kraft-Ebing,
dia kemudian menetapkan psikiatri sebagai karier pilihannya.Pada waktu itu Jung
mengerti bahwa hanya dalam ilmu psikiatri dapat menemukan sekaligus dua
kebutuhan, yakni kebutuhan akan obyektivitas empiris, yang hanya terdapat dalam
ilmu eksakta atau ilmu alam, dan kebutuhan akan pengertian subyektif terhadap maksud
atau makna seperti yang terdapat dalam ilmu manusia. Mungkin karena ahli
schizophreni, Prof. Ernst Bleuler, bekerja di Zurich, maka Jung berangkat pada
tahun 1900 ke klinik psikiatris dari Universitas Zurich yang terkenal, yaitu
Burgholzli, untuk mendapat latihan psikiatris pasca-universiter. Dalam klinik
ini Jung menjadi asisten di bawah pimpinan Prof. Ernst Bleuler dan kemudian
menjadi dokter kepala. Sesudah itu pada tahun 1902, mendapat gelar MD atau
doktor dengan disertasinya yang berjudul Uber die Psychologie und Pathologie
Sogenanter Okkulter Phanomene (“On the Psychologie and Pathology of
so-called Occult Phenomena CW I”) Dalam buku ini Jung mengemukakan salah satu
konsep dasarnya yakni kesatuan dan keutuhan jiwa yang mendasari semua gejala
psikis. Dia juga mengajar di University of Zurich, membuka praktik psikiatri
dan menemukan beberapa istilah yang masih tetap dipakai sampai sekarang.
Pada
tahun 1902, Jung pergi ke luar negeri, ke kota paris, di mana dia mengikuti
kuliah dari psikiater Pierre Janet di klinik Salpetriere dan sesudahnya dia
pergi ke London. Jung menganggap Pierre Janet dan Ernst Bleuler sebagai
gurunya. Pada tahun 1903, Jung kawin dengan Emma Rauschenbach yang berasal dari
Schaffhausen (Swiss). Istrinya ini sampai kematiannya pada tahun 1955 tetap
menjadi kawan hidup yang setia, yang melahirkan empat putri dan satu putra dan
yang berfungsi sebagai analis atau psikoterapeutis praktis dan teman ilmiah
yang menyelidiki Legend Gral (Graals-Legende). Setelah membaca tulisan
Freud yang berjudul Interpretation of Dreams, Jung mulai melakukan
korespondensi dengan Freud. Setelah sekian lama mengagumi Freud, akhirnya
mereka baru bertemu di rumah Freud di Vienna pada tahun 1907. Dalam pertemuan
tersebut Freud begitu terkesan dengan kemampuan intelektual Jung dan percaya
bahwa Jung dapat menjadi juru bicara bagi kepentingan psikoanalisa karena ia
bukan orang Yahudi. Jung juga dianggap sebagai orang yang patut menjadi penerus
Freud dan berkat dukungan Freud Jung kemudian terpilih sebagai presiden pertama
International Psychoanalytic Association pada tahun 1910. Kisah mereka
berdua berlanjut setelah pertemuan pertama ini, bahkan Freud membatalkan
kegiatannya hari itu dan mereka ngobrol selama 13 jam. Dampak pertemuan ini
sangat luar biasa bagi kedua pemikir ini. Freud akhirnya menyadari bahwa Jung
lah putra mahkota psikoanalisis dan pewaris tahtanya.
Karya-karya
Carl Gustav Jung
Carl
Gustav Jung adalah salah satu psikolog besar pertama yang sangat memperhatikan
psikolog orang Timur. Ia adalah seorang tokoh psikologi yang kritis, ulet, dan
productif dalama mengemukakan gagasan-gagasan atau ide-idenya, baik yang sudah di
bentuk menjadi buku maupun masih berbentuk artikel-artikelnya.
Pemikiran
Carl Gustav Jung
Secara
garis besar perkembangan pemikiran Carl Gustav Jung bermula pada saat Jung
memilih untuk studi kedokteran dan studi ilmu psikiater di universitas Basel dari
tahun 1895-1900. Di sana Jung belajar ilmu psikiatris, sebab di satu pihak ia
sudah melakukan riset empiris tentang gejala-gejala Occult (gaib) dan
spiritisme, dan di pihak lain Jung dapat menemukan ide Krafft Ebbing dalam
bukunya Lehrburch der Psychiatrie,bahwa ilmu psikiatri sebagai ilmu
memiliki satu sifat yang sangat subyektif dan bahwa penyakit jiwa (psikose)
adalah “penyakit kepribadian” dan bukan kerusakan fisiologis otak saja.
Pada
waktu itu Jung mengerti bahwa hanya dalam ilmu psikiatri dia dapat menemukan
sekaligus dua kebutuhan, yakni kebutuhan akan obyektivitas empiris, yang hanya
terdapat dalam ilmu eksakta atau ilmu alam, dan kebutuhan akan pengertian subyektif
terhadap maksud atau makna seperti terdapat dalam ilmu manusia. Jung akan selalu
berusaha menggabungkan dalam karyanya dua aspek ini, ialah penyelidikan fakta-fakta
empiris dan tafsiran makna sebagai cerminan dan struktur kompleks psike atau
jiwa.
Jung
adalah seorang sarjana dan ilmuwan yang sangat kompeten dan mempunyai suatu
pemikiran dan fakta-faktanya di mana-mana : dalam mitos-mitos kuno dan
cerita-cerita dongeng modern ; dalam kehidupan primitif dan peradaban modern ; dalam
agama Timur dan dunia-dunia Barat ; dalam alkemi, astrologi, telepati jiwa dan kesusastraan,
dan kewaskitaan, dalam mimpi-mimpi dan penglihatan orang-orang normal ; dalam
antropologi, sejarah, kesusastraan, dan kesenian; dan dalam penelitian klinis
dan eksperimental.
Dalam
usianya yang ke 85, Jung masih menyempatkan diri dalam berkarya. Salah satu
karyanya adalah analisa mengenai adanya mimpi. Mimpi lebih di identikkan sebagai
alam tak sadar. Menurut Jung, Manusia mengembangkan kesadaran secara perlahan-lahan
dan susah payah dalam suatu proses yang melalui begitu banyak abad 11 Carl
Gustav Jung, Masih dalam pemikiran Jung, orang yang menyangkal adanya alam tak
sadar sebenarnya beranggapan bahwa pengetahuan tentang psike yang kini ada pada
kita sudah lengkap. Dan keyakinan ini justru jelas-jelas salah; sama salahnya
dengan anggapan bahwa kita sudah mengetahui semua yang harus di kenal dalam
alam semesta.
Psike
merupakan bagian dari alam, dan dan rahasianya tidaklah terbatas. Terlepas dari
bukti
penelitian
medis yang terkumpul, ada dasar-dasar logis yang kuat untuk menolak pernyataan
seperti “tidak ada alam tak sadar”. Mereka yang mengatakan demikian hanya mengungkapkan
satu “misoneisme” usang – ketakutan terhadap hal yang baru dan yang tak di
kenal.
Ada
sebab-sebab historis yang menimbulkan penolakan terhadap ide tentang bagian tak
di kenal dari psike manusia. Kesadaran merupakan hasil penemuan mutakhir dari
alam dan masih dalam tahap eksperimental. Kesadaran itu rapuh, terancam oleh bahaya-bahaya
tertentu, dan mudah terluka. Sebagaimana di catat oleh para antropolog, salah
satu gangguan mental paling umum di kalangan bangsa primitif ialah apa yang di sebut
mengalami kehilangan jiwa, berarti keterpecahan kesadaran. Banyak bangsa primitif
beranggapan bahwa seorang manusia selain memiliki jiwanya sendiri juga memiliki
roh alam dan bahwa roh alam ini bisa menjelma dalam bentuk seekor binatang buas
atau sebatang pohon, dengan binatang atau pohon itu individu manusia memiliki semacam
identitas psikis. Inilah yang di sebut partisipasi mistik oleh etnolog prancis terkemuka,
Lucien Levy-Bruhl. Jika roh alam itu seekor binatang, maka binatang itu di anggap
semacam saudara bagi orang itu. Seseorang yang bersaudarakan seekor buaya, Misalnya
di anggap aman bila berenang di sungai yang penuh buaya. Jika roh alam itu sebatang
pohon, maka pohon itu di anggap memiliki sesuatu pengaruh serupa pengaruh orang
tua terhadap orang bersangkutan. Dalam kedua contoh itu luka pada roh alam di tafsir
sebagai luka pada orangnya.
Menurut
Jung, mimpi ialah fantasi- fantasi dangkal, mudah buyar, tak dapat dipercaya,
kabur, dan tak pasti.Untuk menjelaskan pandangan Jung, Jung ingin melukiskan
bagaimana mimpi
berkembang
melewati suatu masa bertahun-tahun, dan bagaimana Jung sampai pada kesimpulan
bahwa mimpi merupakan sumber yang universal dan berlimpah untuk menyelidiki
kemampuan simbolis manusia.
Carl Gustav Jung (1875-1961) adalah orang pertama yang
merumuskan tipe kepribadian manusia dengan istilah ekstrovert dan introvert,
serta menggambarkan empat fungsi kepribadian manusia yang disebut dengan fungsi
berpikir, pengindera, intuitif, dan perasa.
Motivasi awal Jung menyelidiki tipologi manusia adalah
keinginannya untuk mengerti dan memahami pandangan Freud tentang gangguan
mental sangat berbeda dari pandangan Adler.
Pokok kajian Jung sangat khas adalah mengenai
arkhetipe-arkhetipe tiap kejadian. Dalam makalah ini, kami membahas tentag
stuktur kepribadian yang terdiri dari ego, ketidaksadaran pribadi, serta
ketidaksadaran kolektif.
STRUKTUR KEPRIBADIAN
a. Ego
Ego adalah jiwa sadar yang terdiri dari
persepsi-persepsi, ingatan-ingatan, pikiran-pikiran sadar. Ego melahoirkan
perasaan identitas dan kontinuitas seseorang, dan berada pada kesadaran.
b. Ketidaksadaran pribadi
Berdekatan dengan ego, yang terdiri dari
pengalaman-pengalaman yang pernah sadar tetapi kemudian direpresikan,
disupresikan, dilupakan atau diabaikan karena terlalu lemah untuk menciptakan
kesan. Dalam ketidaksadaran pribadi terdapat kompleks-kompleks yang merupakan
kelompok pikiran-pikiran, persepsi-persepsi, ingatan-ingatan.
c. Ketidaksadaran kolektif
Merupakan gudang bekas-bekas ingatan laten yang
diwariskan dari masa lampau leluhur seseorang, masa lampau tidak hanya meliputi
sejarah ras manusia namun juga leluhur pramunusiawi atau nenek moyang
binatangnya. Ketidaksadaran kolektif hamper sepenuhnya terleps dari segala segi
pribadi individu. Semua manusia memiliki keidaksadaran kolektif yang hampir
sama. Jung menghubungkan sifat universal ketidaksadaran kolektif itu dengan
stuktur otak pada semua ras manusia dan disebabkan oleh evolusi umum.
Ketidaksadaran kolektif merupakan pondasi ras yang
diwariskan dalam keseluruhan struktur kepribadian. Di atasnya dibangun aku,
ketidaksadaran pribadi, dan semua hal lain yang diperoleh individu. Apa yang
dipelajari seseorang sebagai hasil dar pengalaman secara substansial
dipengeruhi oleh ketidaksadaran kolektif yang melakukan peran mengarahkan atau
menyeleksi tingkah laku sejak awal kehidupan.
Ketidaksadaran memiliki kemungkinan-kemungkinan yang dipisahkan
dari alam sadar, karena dengan dipisahkan itu ia mendapatkan semua materi yang
bersifat subliminial yaitu semua hal yang sudah dilupakan, maupun kearifan dan
pengalaman selama berabad yang tak terhitung jumlahnya tertanam dalam
organ-organ arkhetipenya.
Apabila kebijaksanaan dari ketidaksadaran itu diabaikan
oleh ego, maka akan mengganggu proses rasional sadar dengan menguasainya
danmembelokkannya
Ke dalam bentuk yang menyimpang. Simtom-simtom, fobia,
delusion, irrasionalitas lain berasal dari proses-proses ketidaksadaran yang
diabaikan itu.
d. Arkhetipe
Arkhetipe adalah suatu bentuk pikiran (ide) universal
yang mengandung unsure emosi yang besar. Bentuk pikiran ini menciptakan
gambaran atau visi yang dalam kehidupan normal berkaitan dengan aspek tertentu
dari situasi. Asal usul arkhetipe merupakan suatu deposit permanent dalam jiwa
dari suatu pengalaman yang secara konstan terulang selama banyak generasi.
Misalnya banyak generasi yang telah melihat matahari terbit setiap hari.
Pengalaman berulang yang mengesankan ini akhirnya tertanam dalam ketidaksadara
kolektif dalam suatu bentuk arkhetipe dewa matahari, badan angkasa yang kuat,
berkuasa dan pemberi cahaya.
Arkhetipe-arkhetipe tidak harus berpisah satu sama lain
dalam ketidaksadaran kolektif. Mereka saling melengkapi dan berfusi. Arkhetipe
pahlawan danarkhetipe laki-laki tua yang bijaksana bisa berpadu menghasilkan
“kesatria” seseorang yang dihormati dan disegani karena ia seorang
pemimpinberjiwa pahlawan sekaligus arif bijaksana.
Mitos, mimpi, penglihatan-penglihatan, upacara agama,
simtom neurotic dan psikotik serta karya senimerupakan sumber pengetahuan
paling baik tentang arkhetipe. Diasumsikan terdapat banyak arkhetipe dalam
ketidaksadaran kolektif. Beberapa diantaranya yang sudah berhasil diidentifikasikan
adalah arkhetipe kelahiran,kelahiran kembali, kematian, kekuasaan ,sihir,
kesatuan, pahlawan, anak, Tuhan, setan, laki-laki tua yang bijaksana, ibu
pertiwi, binatang.
e. Persona
Persona adalah topeng yang dipakai pribadi sebagai respon
terhadap tuntutan-tuntutan kebiasaan dan tradisi masyarakat, serta tuntutan
tentang arketipenya sendiri. Ia merupakan peranan yag dibrikan masyarakat
kepada seseorang yang diharapkan dimainkan dalam hidupnya. Tujuannya adalah
unutk menciptakan kesan tertentu pada orang lain dan seringkali ia melupakan
hakikat kepribadian sesungguhnya. Apabila ego mengidentifikasikan diri dengan
persona, maka individu menjadi lebih sadar akan bagian yang dimainkannya
daripada perasaanya sesungguhnya. Ia menjasi terasing dari dirinya, dan seluruh
kepribadiannya menjadi rata atau berdimensidua. Ia menjadi manusia tiruan
belaka, sekedar pantulan masyarakat, bukan seorang manusia otonom.
f. Anima dan Animus
Jung mengaitkan sisi feminis kepribadian pria dan sisi
maskulin kepribadian wanita dengan arkhetipe-arkhetipe. Arkhetipe feminine pada
pria disebut anima, arkhetipe maskulin pada wanita disebut animus. Erkhetipe
ini ditentukan oleh kelenjar-kelenjar seks dan kromosom namun juga ditentukan
pengalaman dimana pria dan wanita hidup berdampingan selama berabad lamanya.
Arkhetipe-arkhetipe tidak hanya menyebabkan masing-masing
jenis menunjukkan cirri-ciri lawan jenisnya tetapi mereka juga dapat tertarik
pada lawan jenisnya. Pria memahami kodrat wanita berdasarkan animanya, wanita
memahami kodrat pria berdasarkan animusnya.
g. Bayang-bayang
Bayang-bayang mencerminkan sisi binatang pada kodrat
manusia. Arkhetipe bayang-bayang mengakibatkan munculnya perasaan, tindakan
yang tidak menyenangakan dan patutu dicela masyrakat dalam kehidupan dan tingkah
laku. Selanjutnya semua ini bisa disembunyikan dari pandangan public oleh
persona atau direpresikan kedalam ketidaksadaran pribadi.
h. Diri (self)
Arkhetipe ini mengungkapkan diri sebagai lambang, dan
lambang utamanya adalah mandala atau lingkaran magis.
Diri adalah tujuan hidup, suatu tujuanyang terus menerus
diperjuangkan orang tetapi yang jarang tercapai. Ia memotivasikan tingkah laku
manusia dn mencarikebulatan, khususnya melalui cara-cara yang disediakan oleh
agama. Pengalaman religius sejati merupakan bentuk pengalaman yang paling dekat
dengan ke diri (self-hood) yang mampu dicapai oleh kebanyakan manusia. Jung
menemuka diri dalam penelitian-penelitian dan observasinya tentang agama Timur,
dimana perjuangan kearah kesatuan dan persatuan dunia melalui praktik ritual
keagamaan seperti Yoga yang jauh lebih maju daripada agama di kalangan Barat.
i. Sikap
Jung membedakan dua sikap atau orientasi utama
kepribadian, yakni sikap ekstraversi dan sikap introversi.
Ekstrover adalah
kecenderungan yang mengarahkan kepribadian lebih banyak keluar daripada ke
dalam diri sendiri. Seorang ekstrover memiliki sifat social, lebih banyak
berbuat daripada merenung dan berpikir. Ia juga adalah orang yang penuh
motif-motif yang dikoordinasi oleh kejadian-kejadian eksternal.
Jung percaya bahwa perbedaan tipe kepribadian manusia
dimulai sejak kecil. Jung mengtakan bahwa “tanda awal dari perilaku ekstrover
seorang anak adalah kecepatannya dalam beradaptasi dengan lingkungan dan
perhatian yang luar biasa, yang diperankan pada objek-objek, khususnya pada
efek yang diperoleh dari objek-objek itu. Ketakutannya pada obje-objek
sangat kecil. Ia hidup dan berpindah antara objek-objek itudengan penuh percaya
diri. Karena itu ia bebas bermain dengan mereka dan belajar dari mereka. Ia sangat
berani. Kadang ia mengarah pada sikap ekstrem sampai pada tahap risiko. Segala
sesuatu yang tidak diketahuinya selalu memikat perhatiannya.
Bentuk neurotic yang sering diderita orang ekstrover
adalah hysteria. Hysteria akan semakin besar dan panjang untuk menarik
perhatian orang lain dan untuk menimbulkan kesan yang baik bagi orang lain.
Mereka adalah orang yang suka diperhatikan, suka menganjurkan, berlebihan
dipengaruhi orang lain, suka bercerita, yang kadang mengaburkan kebenaran.
Introvert adalah suatu
orientasi kedalam diri sendiri. Secara singkat seorang introvert adalah orang
yang cenderung menarik diri dari kontak social. Minat dan perhatiannya lebih
terfokus pada pikiran dn pengalamannya sendiri. Seorang introvert cenderung
merasa mampu dalam upaya mencukupi dirinya sendiri, sebaliknya orang ekstrover
membutuhkan orang lain.
Jung menguraikan perilaku introvert sebagai orang
pendiam, menjauhkan diri dari kejadian-kejadian luar, tidak mau terlibat dengan
dunia objektif, tidak senang berada di tengah orang banyak, merasa kesepian dan
kehilangan di tengah orang banyak. Ia melakukan sesuatu menurut caranya
sendiri, menutup diri terhadap pengaruh dunia luar. Ia oran gyang tidak mudah
percaya, kadang menderita perasaan rendah diri, karena itu ia gampang cemburu
dan iri hati. Ia mengahadapi dunia luar dengan suatu system pertahanan diri
yang sistematis dan teliti, tamak sebagai ilmuan, cermat, berhati-hati, menurut
kata hati, sopan santun, dan penuh curiga.
Dalam kondisi kurang normal ia menjadi orang yang pesimis
da cemas, karena dunia dan manusia sekitarnya siap menghancurkannya. Dunianya
adalah suatu pelabuhan yang aman. Tempat tinggalnya (rumah) adalah yang
teraman. Teman pribadinya yang terbaik. Karena itu tidak mengherankan
orang-orang introvert sering tampak sebagai orang yang cinta diri tinggi,
egois, bahkan menderita patologis.
Salah satu tanda introvert pada diri seorang anak
adalah reflektif, bijaksana, tenggang rasa, pemalu, bahkan takut pada objek
baru. Sedangkan cirri introvert pada orang dewasa adalah kecenderungan menilai
rendah hal-hal atau orang lain.
j. Fungsi Psikologis Kepribadian
- Perasaan adalah fungsi evaluasi, ia adalah nilai benda-benda yang bersifat positif maupun neatif bagi subjek. Fungsi perasaan memberikan kepada manusia pengalaman-pengalaman subjektifnya tentang kenikmatan dan rasa sakit, amarah, ketakutan, kesedihan, kegembiraan dan cinta.
- Penginderaan adalah fungsi perseptual atau fungsi kenyataan. Ia menghasilkan fakta-fakta konkret atau bentuk representasi dunia.
- Intuisi adalah persepsi melalui proses-proses tak sadar dan isi di bawah ambang kesadaran. Orang-orang yang intuitif melampaui fakta-fakta, perasaan-perasaan dan ide-ide dalam mencari hakikat kebenaran.
- Berpikir melibatkan ide-ide dan intelek. Dengan berpikir manusia berusaha memahami hakikat dunia dan dirinya sendiri.
Pikiran dan perasaan disebut fungsi rasio karena mereka
memakai akal, penilaian, abstraksi dan generalisasi. Mereka memungkinkan
manusia menemukan hukum-hukum dalam alam semesta. Pendriaan dan intuisi
dipandang sebagai fungsi irasional karena mereka didasarkan pada persepsi
tentang hal yang konkret,khusus, dan aksidental.
DINAMIKA KEPRIBADIAN
Dinamika kepribadian bersifat rentan terhadap
pengaruh-pengaruh dan modifikasi dari luar, ia tidak akan mencapai keadaan
stabil yang sempurna, hanya bisa bersifat stabil relative.
a. Energi Psikis
Energi psikis merupakan manifestasi kehidupan, yakni
energi organisme sebagai system biologis. Energi psikis lahir seperti semua
energi vital lain, yakni dari proses metabolic tubuh. Energi psikis tidak dapat
diukur atau dirasakan, namun terungkap dalam bentuk daya-daya actual atau
potensial. Keinginan, kemauan, perasaan, perhatian,dan perjuangan adalah
contoh-contoh dari daya actual dalam kepribadian;disposisi, bakat, kecenderungan,
kehendak hati, dan sikap adalah contoh daya potensial.
b. Prinsip Ekuivalensi
Prinsip ekuivalensi menyatakan bahwa jika energi
dikeluarkan unutk menghasilkan suatu kondisi tertentu, maka jumlah yang akan
dikeluarkan itu akan muncul di salah satu tempat lain dalam sistem.
Prinsip ekuivalensi menyatakan bahwa jika energi
dikeluarkan dari salah satu system, misalnya ego, maka energi itu akan muncul
pada suatu system yang lain, mungkin persona. Atau jika makin banyak nilai
direpresikan ke dalam sisi bayang-bayang kepribadian, maka nilai itu akan
tumbuh kuat dengan mengorbankan stuktur lain dalam kepribadian.
c. Prinsip Entropi
Prinsip entropi menyatakan bahwa jika dua benda yang
berbeda suhunya bersentuhan maka panas akan mengalir dari benda yang suhunya
lebih panas ke benda yang suhunya leih dingin. Prinsip entropi yang digunakan
Jung unutk menerangkan dinamika kepribadian menyatakan bahwa distribusi energi
dalam psikhe mencari keseimbangan. Misalnya orang yang terlalu ekstrovert
terpaksa mengembangkan bagian introvert dari kodratnya. Kaidah umum dalam
psikologi Jungian adalah setiap perkembangan yang berat sebelah akan
menimbulkan konflik, tegangan, tekanan, sedangkan perkembangan yang seimbang
dari semua unsur kepribadian akan menghasilkan keharmonisan, relaksasi dan
kepuasan.
d. Penggunaan Energi
Seluruh energi psikis digunakan untuk keperluan
kehidupannya, dan untuk pembiakan spesies. Ini merupakan fungsi instingtif yang
dibawa sejak lahir seperti lapar dan seks.
DAFTAR
PUSTAKA
Gabbard,
G.O, 2004, Long
Term Psychodynamic Psychotherapy a Basic Text,
London, American
University Press.
Sabur,
Alex, 2003, Psikologi
Umum, Bandung, Pustaka Setia.
Rahayu,
Siti, 2006, Psikologi
Perkembangan dalam Berbagai Bagiannya,
Yogyakarta, UGM
Press.
Alwisol, 2005, Psikologi
Kepribadian, Malang, Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang.
Semiun,
Yustinus, 2006, Teori
Kepribadian & Terapi Psikoanalitik Freud, Yogyakarta, Kanisius.
Sumadi
Suryabrata, 2005, Psikologi
Kepribadian,
Jakarta, CV.
Rajawali.
Koeswara,
E, 1991, Teori-teori
Kepribadian, Bandung, Eresco.
Bischof,
Ledford J,
1970, Interprening
Personality Theories, Harper and Row Publisher, 2nd
Edition, New York.
Jaali, H, 2008, Psikologi
Pendidikan. Bumi Aksara, Jakarta.
Rahayu, Siti, dkk. 2006, Psikologi Perkembangan dalam Berbagai Bagiannya, Yogyakarta, UGM
Press
Koeswara, E, 1991,
Teori-teori Kepribadian, Bandung, PT. Eresco.
Masrun, 1977, Aliran-aliran
Psikologi,
Yogyakarta, Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Berry,
Ruth, 2001, Freud:
Seri Siapa Dia, Jakarta, Erlangga.
Boeree, C.G, 2005, Sejarah Psikolog, Dari Masa Kelahiran Sampai Masa Modern (Alih Bahasa: Abdul Qodir Shaleh), Yogyakarta, Primasophie.
Boeree, C. G, 1997, Personality Theories, Melacak Kepribadian Anda Bersama Psikolog
Dunia, (Alih
bahasa, Inyiak Ridwan Muzir), Yogyakarta, Primasonhie.
Koeswara, E, 1991, Teori-teori Kepribadian, Bandung, Eresco.
Supratik, 1993, Teori-teori Psikodinamik
(Klinis), Yogyakarta, Kanisius.
Alwisol, 2005, Psikologi Kepribadia, Malang, Penerbit Universitas Muhammadyah Malang.
Payne, Malcolm, 2005, Modern Social Work Theory, Edisi Ketiga, New York, Palgrave
Macmillan.
Rahayu,
Siti, dkk, 2006, Psikologi Perkembangan dalam
Berbagai Bagiannya, Yogyakarta, UGM Press.
Bimo
Walgito, 2010, pengantar
psikologi umum, Andi, Yogyakarta.
Neil
J. Salkin, 2009, Teori-Teori
Perkembangan Manusia, Bandung, Nusa Media.
Calvin
s. Hall dan Garden Lindzey, 1993, Teori-Teori
Psikodinasmika (klinis),Yogyakarta, Kanisius
hai kak! Terimakasih banyak artikelnya sangat membantu saya dalam menyelesaikan tugas kuliah saya tentang sejarah Carl Gustav Jung.. sukses terus dan sehat selalu!
BalasHapus