TUGAS 3. MEMBUAT JURNAL
EMOSI PERSPEKTIF PSIKOLOGIS
I
R W A N T O
NIM.
163104101125
Pembimbing:
Fx. Wahyu Widiantoro, S. Psi., MA.
Fakultas
Psikologi Universitas Proklamasi 45Yogyakarta
e-mail: irwanto.syam1983@gmail.com
Secara
etimologis emosi berasal dari kata Prancis emotion, yang berasal lagi
dari emouvoir, ‘exicte’ yang
berdasarkan kata Latin emovere, artinya keluar. Dengan demikian secara
etimologis emosi berati “bergerak keluar”. Emosi adalah suatu konsep yang
sangat majemuk sehingga tidak dapat satu pun definisi yang diterima secara
universal. Emosi sebagai reaksi penilaian (positif atau negatif) yang kompleks
dari sistem saraf seseorang terhadap rangsangan dari luar atau dari dalam diri
sendiri (Sarwono,
2010). Emosi merupakan suatu keadaan pada diri organisme ataupun individu pada
suatu waktu tertentu yang diwarnai dengan adanya gradasi efektif mulai dari
tingkatan yang lemah sampai pada tingkatan yang kuat (mendalam), seperti tidak terlalu
kecewa dan sangat kecewa. Atau diartikan
sebagai suatu keadaan mental akibat
peritiwa-peristiwa yang pada umumnya datang
dari luar dan menimbulkan keguncangan pada diri seseorang (Yudrik, 2011). Emosi
adalah perasaan yang umumnya memiliki elemen fisologis dan kognitif serta
mempengaruhi prilaku. Emosi perasaan atau efeksi yang timbul ketika seseorang
sedang berada dalam suatu keadaan atau suatu interaksi yang dianggap penting olehnya. Emosi diwakili oleh
prilaku yang mewakili (mengekpresikan) kenyamanan atau ketidaknymanan dari
keadaan atau interaksi yang sedang dialami. Rasa taku termasuk emosi yang
penting dalam kehidupan manusia. Rasa takut merupakan emosi yang bersifat fitri
yang dirasakan manusia saat ia berada dalam situasi berbahaya yang mengancam
keselamatanya. Rasa takut sangat bermanfaat dalam kehidupan manusia, karena
perasaan ini akan mendorongnya menjauhi situasi berbahya dan menghindari
sesuatu yang akan menyakiti dirinya. Sebgaimana manusia memperkirakan adanya
bahaya, ia dapat mengambil langkah-langkah preventif untuk mengantisipasinya (Zamry
Khadimullah, 2007).
Marah
merupakan emosi yang sifatnya fitri dan akan muncul ketika salah satu motif
dasar tidak terpenuhi, atau terhambat untuk dipenuhi. Jika ada sesuatu yang
menghambat manusia atau hewan saat ia akan memuaskan salah satu motif dasarnya,
ia akan marah, memberontak, dan melawan penghambat itu hingga berhasil mencapai
pemebuhan motifnya (Abdul Syukur, 2011. Tingkat kemarahan akan sesuai dengan
motif yang terhambat saat ia beruhasa memenuhinya. Sebagian dari motif-motif
fisiologis pada manusia dan hewan yang bersifat fitri ada yang berfungsi untuk
mempertahankan kelangsungan hidup dan melastarikan spesies. Beberapa eksperimen
mutakhir membuktikan adanya perbedaan kualitas pada beberapa motif fisiologis.
Hasil penelitian tersebut jelas bahwa motif keibuan merupakan motif fisiologis
yang paling kuat.
Rasa
cemburu merupakan letupan emosi yang sangat mengganggu, biasanya timbul jika
seseorang merasa ada orang lain yang menyainginya dalam meraih cinta seseorang.
Rasa cemburu dirasakan oleh kebayakan orang, mulai dari anak-anak, dewasa, dan
oran tua. Rasa malu merupakam kondisi emosi yang dirasakan seseorang yang
muncul karena telah melakukan perbuatan tercela, baik secara agama maupun
etika. Karena itu malu merupakan sifat terpuji karena bisa mencegah orang
berbuat tidak baik. Malu merupakan kondisi perasaan yang menghiasai seseorang
yang memiliki etika mulia dan telah mendapatkan pendidikan yang benar. Karena
itu mereka tidak mengangap enteng kekurangan, kesalehan, kejahatan, dan
perbuatan keji. Mereka memegang teguhh keimanan dan ketakwaan, dan selalu
berusaha mengerjakan perbuatan yang diridhoi dan dicintai allah. Karena itu
malu termasuk salah satu tanda kesempurnaan iman dan takwa.
Fungsi
Emosi
Emosi
selalu hadir dalam keseharian kita ketika menjumpai suatu pengalaman atau
peristiwa. Kita akan merasa senang mendapat bantuan dari orang lain saat
mengerjakan tugas yang banyak sedang kita tidak mampu untuk menyelesaikannya
sendiri. Juga akan merasa bersalah ketika tidak mampu menepati janji yang telah
dibuat bersama sang kekasih. Maka dari itu, kita dapat membayangkan apa yang
akan terjadi dalam keseharian kita tanpa hadirnya emosi, hidup akan terasa
hampa ibaratkan sayur tanpa garam. Kita tidak akan pernah merasakan yang
namanya marah, gelisah, cemas, jijik, takut, hingga mungkin bahagia, nyaman,
bangga, dan cinta. Psikolog telah mendefinisikan beberapa fungsi penting dari
emosi bagi kehidupan kita sehari hari (Departemen Agama Republik Indonesia,
2010.
Diantaranya
yang penting adalah pertama, emosi mempersiapkan kita untuk bertindak.
Emosi berperan sebagai penghubung antara sensasi dengan persepsi. Contohnya bila
kita bertemu melihat
seekor anjing penjaga
yang lari kearah
kita, kemudian pesan
sensorik dikirimkan dari mata ke sistem saraf pusat, emosi “takut” yang kita
rasakan akan memberi pesan untuk “lari”, sebagai respon atau persepsi atas
pesan sensoris dari mata tersebut. Kedua, emosi membentuk perilaku kita
di masa depan (Sobur, 2003). Suatu emosi yang kita rasakan dimasa lampau
semisal perasaan tidak nyaman makan di “angkringan”, akan merangsang kita untuk
menghindarinya (makan di angkringan
dimasa yang akan datang. Ketiga, emosi membantu kita untuk bisa
berkomunikasi dengan orang lain secara lebih efektif. (Jhon, W. Santrok, 2007).
Emosi memiliki elemen fisiologis yang
dapat membantu kita mengetahui suasana hati atau perasaan yang sedang dirasakan oleh orang lain,
sehingga kita tahu bagaimana cara yang sesuai untuk berinteraksi dengan orang
tersebut. Dalam ”The Expression of the
Emotions in Man and Animals”,Charles Darwin
menyatakan bahwa emosi berkembang seiring waktu untuk membantu manusia memecahkan
masalah (Daniel Goleman, 2003).
Emosi
sangat berguna karena ‘memotivasi’
orang untuk terlibat dalam tindakan penting agar dapat bertahan hidup
tindakan-tindakan seperti, mencari tempat berlindung, memilih pasangan, menjaga
diri terhadap pemangsa, dan memprediksi perilaku. Emosi sangat berpengaruh
terhadap tingkah laku manusia. manusia
lain.
Pembagian
Emosi
Menurut
beberapa sumber banyak darinya yang membagi emosi menjadi dua bagian, yaitu
emosi positif dan emosi negatif.
a.
Emosi
positif
Emosi positif adalah
emosi yang mampu menghadirkan perasaan positif terhadap seseorang yang mengalaminya.
Diantara yang termasuk emosi positif adalah
bahagia, cinta, harapan, romansa, keyakinan, seks, dan
lain-lain.
Banyak penelitian yang dilakukan oleh para ahli
tentang keterkaitan emosi positif ini
dengan kesehatan (Abdul Syukur, 2011).
b.
Emosi
Negatif
Emosi negatif merupakan
emosi yang selalu identik dengan perasaan tidak
menyenangkan dan dapat mengakibatkan
perasaan negatif pada orang yang mengalaminya.
Diantara yang termasuk emosi negatif adalah
takut, sedih, kecewa, gelisah, bersalah.
Banyak dari ahli yang
berpendapat bahwa
emosi negatif yang terlalu diluap-luapkan
akan berdampak negatif
pada kesehatan, juga dapat
menghentikan aktivitas-aktivitas positif (Robert, S. F, 2012). Meskipun emosi negatif banyak membawa dampak buruk bagi
diri sendiri maupun
orang lain, bukan berarti
“kodrat
alami manusia” ini tidak
membawa manfaat. Jika kita mau ,kita dapat
mengalihkan energi negatif (yang banyak membawa kerugian)
menjadi
energi positif (yang banyak membawa manfaat)
(Munn, L. N, 1961). Misalnya, emosi
marah apabila dikelola
dengan benar bisa
menjadi kekuatan dalam bentuk semangat
kerja, belajar, dan untuk berprestasi (Ika Zenita Ratnaningsih, 2015).
Manajemen Emosi
Sobur
menyatakan bahwa kemampuan individu dalam mengelola emosi akan membantu
kesuksesan dalam pergaulan sehari-hari dapat berjalan lancar dan dapat
menikmati kehidupan yang tenteram. Kemampuan manajemen emosi dapat menjadikan
individu memiliki pengertian yang mendalam akan emosi diri, juga kekuatan dan
keterbatasan diri, serta nilai-nilai dan motifmotif diri. Individu jujur
tentang dirinya sendiri kepada dirinya sendiri, bahkan bisa menertawakan
kekurangan mereka sendiri (Yudrik Jahja, 2011).
Menurut
Hochschild, terdapat dua cara dalam melakukan proses manajemen emosi sesuai
tuntutan kerja (emotional labor),
yaitu akting permukaan (surface acting)
dan akting mendalam (deep acting).
Surface acting merupakan keadaan seseorang meregulasi ekspresi emosinya dengan
cara menyembunyikan maupun memalsukan emosinya, yaitu individu memasang
ekspresi wajah seperti yang dituntut pekerjaan misalnya tersenyum kepada
konsumen yang menyebalkan. Cara yang kedua adalah deep acting yaitu keadaan
dimana individu secara sadar mengatur emosinya untuk dapat mengekspresikan
suatu emosi tertentu sehingga ia benar-benar merasakan emosi tersebut. Konsep
deep acting berhubungan dengan pemikiran kognitif yaitu mengevaluasi kembali
situasi yang dihadapi (reappraisal),
membayangkan situasi lain (imaging),
serta berbicara kepada diri sendiri (self
talk) (Moh. Gitosaroso, 2012.
Analisis
Penulis
Penulis
melihat bahwa emosi yang allah ciptakan kepada manusia mempunyai virus yang
sangat penting untuk menjaga kelangsunggan hidupnya di dunia ini. Al-Qur’an dan
hadist sendiri telah menjelaskan berbagai macam emosi manusia yang tumbuh dalam
diri manusia. Pada hakikatnya setiap orang mempunyai emosi. Dari bangun tidur
pagi hari sampai waktu tidur malam hari, kita mengalami berbagai macam pengalaman
yang menimbulkan berbagai macam emosi pula. Penulis mengaitkan sebuah teori yang dikemukan oleh
para ahli psikologi mengenai emosi dan mengambil kisah abu bakar ash-shiddig
sebagai contoh emosi positif yang ada didalam dirinya (Syah Reza, 2014. Dalam teori
yang dikemukakan oleh james-lange menjelaskan bahwa persepsi terhadap sasaran
stimulus tertantu akan diikuti oleh respon tubuh dan nampak. Pengalaman yang
menyertai respon inilah yang disebut emsosi. Dalam sebuah kejadian abu bakar
ash-shiddiq dalam kehidupanya dengan rasulullah. Abu bakar ash-shiddiq melihat
Rasulullah dibawa oleh orang-orang Quraisy, yang satu mendorng beliau, dan yang
lain menarik-narik beliau. Mereka berkata kepada beliau, engkau telah
menjadikan tuhan kami satu, demi allah tidak ada orang yang berani menolong beliau
kecuali abu bakar ash-shiddiq, ada yang dipukul, didorong, abu bakar berkata
celakalah kalian, apakah kalian akan membunuh seseorang yang mengatakan bahwa
Tuhanku adalah Allah (Adnan Tharsyah, 2006).
Kemudian
ali pun menangis dan berkata “demi Allah, aku tanya kepada kalian, apakah
keimanan keluarga fir’aun lebih baik ataukah abu bakar, orang pun terdiam,
lantas ali berkata, demi Allah saat ini abu bakar lebih baik daripada mereka,
karena mereka menyembunyikan keimananya, sementara abu bakar adalah orang yang
berani menyatakan keimananya di depan
khalyak ramai. ”. dalam hemat penulis, peristiwa abu bakar ash-shiddiq,
menunjukan emosi positif yang merupakan ungkapan reaksi eksternal dalam
dirinya, seperti takut, marah, sedih, cinta kepada Allah, Rasulullah dan lain
sebagainya. Sebagaimana yang terungkap dalam teori dari jemes-lange menjelaskan
bahwa reaksi instingtif terhadap kejadian tubuh yang terjadi sebagai respon
terhadap beberapa situasi atau kejadian di lngkungan.
Hasil
penelitian Menurut Atkinson, sejak publikasi buku klasik Charles Darwin ada
tahun 1872, The Expression of Emotion in
Man and Animals, para ahli psikologi menganggap bahwa komunikasi emosi
memiliki fungsi penting, yang memiliki nilai kelangsungan hidup bagi spesies.
Jadi, wajah yang tampak ketakutan pada seseorang mungkin memperingatkan kepada
lainnya adanya bahaya, dan wajah yang memperlihatkan bahwa seseorang sedang
marah memberitahukan kepada kita orang itu mungkin akan bertindak agresif.
Emosi membuktikan bahwa emosi yang berkadar normal
akan bermanfaat mendorong manusia berbuat hal-hal baik Emosi bukan peristiwa
sesaat, tetapi pengalaman yang terjadi selama beberapa saat. Pengalaman
emosional dapat ditimbulkan oleh masukan eksternal pada sistem sensoris, kita
melihat atau mendengar stimulus yang membangkitkan emosi. Tetapi sistem saraf
otonom menjadi aktif segera setelah itu, sehingga umpan balik dari perubahan
badani menambah pengalaman emosional. Jadi, pengalaman sadar kita tentang emosi
melibatkan integrasi informasi tentang keadaan fisiologis tubuh dan informasi
tentang situasi yang membangkitkan emosi.
Menurut
hasil penelitian yang dilakukan oleh Daniel Goleman dalam Gitosarosomenjelaskan bahwa orang ber-IQ
tinggi gagal, dan orang ber-IQ sedang sukses dalam hidup, hal itu dikarenakan
orang tersebut memiliki kecerdasan emosional, yang mencakup pengendalian diri,
semangat dan ketekunan, serta kemampuan uintuk memotivasi diri sendiri.
kecerdasan emosi menunjuk kepada suatu kemampuan untuk memahami perasaan diri
masing-masing dan perasaan orang lain, kemampuan untuk memotivasi dirinya
sendiri dan menata dengan baik emosi-emosi yang muncul dalam dirinya dan dalam
berhubungan dengan orang lain atau lingkungannya.
Dalam
hal ini menurut penulis apa yang
dilakukan abu bakar terhadap rasulullah sesuai dengan kedua penelitian
yang penulis sajikan, abu bakar cinta kepada rasulullah ketika beliau di
perlakuakan tidak baik oleh orang kafir quraisy dia datang membantu beliau. Abu
mempunyai insting ketika melihat orang quraiys sangat marah kepada nabi lalu
abu mendorong orang-orang itu untuk tidak betindak kasar tehadap rasaulullah,
artinya abu memiliki komunikasi emosi yang kuat dan memahami perasaan orang
lain.
Simpulan
Berdasrkan
pembahsan di atas penulis menarik sebuah kesimpulan sebagai beriku:
1. Emosi
adalah suatu gejala yang muncul melalui fisik (sedih, senang, bahgia,
gembira,cinta dan lain sebagainya) dan kejiwaan yang mencerminkan persepsi dari
sikap dan prilaku individu sehari-hari.
2. Emosi
sangat berpengaruh dalam diri seseorang maka dari itu sangat penting untuk
dijaga agar senantiasa individu selalu beriman dan menambah keimanannya dengan
menempatkan emosi pada proporsinya sesuai dengan Al-Qur’an dan hadis.
3. Kemampuan
individu dalam mengelola emosi akan membantu kesuksesan dalam pergaulan
sehari-hari dapat berjalan lancar dan dapat menikmati kehidupan yang tenteram.
Kemampuan manajemen emosi dapat menjadikan individu memiliki pengertian yang
mendalam akan emosi diri, juga kekuatan dan keterbatasan diri, serta
nilai-nilai dan motifmotif diri. Nafs memiliki peran yang sangat positif dan
kontruktif bagi kehidupan manusia. Manusia bisa melejit keharibaan ilahi
mengungguli segala makhluk lainnya, dengan syarat bila akal menjadi sopir jiwa.
Sebaliknya, bila nafs sudah memegang kendali jiwa, semua akan berbalik, manusia
akan menjadi lebih keji dan sesat dari segala macam setan. Penting bagi manusia
untuk mengenali hawa nafsu ini dengan baik dan sempurna, sehingga mampu
memelihara kesucian nafs dan tidak mengotorinya.
Daftar Pustaka
A.
M. Zamry Khadimullah. (2007). Keajaiban Manusia, (Menyingkap Misteri Ruh,
Management Of Soul, Mengenal Diri Allah. Bandung: Marja. Hlm. 135.
Abdul
Syukur. (2011). Beragam Cara Terapi
Gangguan Emosi Sehari Hari. Yogyakarta: Diva Press.
Adnan
Tharsyah. (2006). Yang Disukai Nabi
Dan Yang Tidak Disukai Nabi.
Jakarta: Gema Insan.
Daniel
Goleman. (2003). Emotional Intlegence,
Jakarta: Gremedia Pustaka Utama.
Departemen
Agama Republik Indonesia. (2010). Al-Qur’an Dan Terjemahanya, (Bandung:
Sygma Examedia Arkanleena, 2010).
Ika
Zenita Ratnaningsih. (2015). “Manajemen Emosi Sesuai Tuntutan Kerja (Emotional
Labor) Ditinjau Dari Tipe Kepribadian Pada Wiraniaga”, Jurnal Psikologi
Undip, Vol.14 No.1 April 2015.
Jhon,
W. Santrok. (2007). Perkembangan Anak
Edisi Ketujuh, Jilid Dua, Jakarta: Erlangga.
Moh.
Gitosaroso. (2012). Kecerdasan Emosi, (Emotional
Intelegence), Dalam Tasawuf, Jurnal
Katulistiwa-Jounal Of Islamic Studies, Vol 2, No 2, 2012.
Munn,
L. N. (1961). Psychology The Fundamentals Of Human Adjustement,
Cet Iv,. Boston: Houghon.
Robert,
S. F. (2012). Understanding Psychology,
10th Ed, Jakarta: Selemba Humanika.
Sobur.
(2003). Psikologi Umum. Bandung:
Angkasa.
Syah
Reza. (2014). “Konsep Nafs Menurut Ibnu
Sina”, Jurnal Kalimah, Vol. 12,
No. 2, September 2014.
Yudrik
Jahja. (2011). Psikologi Perkembangan,
Jakarta: Kencana.
0 komentar:
Posting Komentar