PERILAKU MENYONTEK DILIHAT DARI
KEPERCAYAAN DIRI
Fahrunisa Yeni Astari
16.310.410.1156
PSIKOLOGI UMUM
Kepercayaan diri adalah suatu bagian dari kehidupan yang unik dan berharga. Dengan kepercayaan
diri yang dimiliki diharapkan ketika menyelesaikan tugas atau ujian di sekolah, siswa akan percaya pada
kemampuan yang dimiliki sehingga perilaku menyontek dapat dihindari.Kata menyontek mungkin sudah tidak
asing lagi bagi pelajar dan mahasiswa.
Setiap orang pasti ingin mendapat nilai
yang baik dalam ujian, dan sudah tentu berbagai macam
cara dilakukan untuk mencapai tujuan itu. Masalah
menyontek selalu terkait dengan tes atau ujian. Banyak
orang beranggapan menyontek sebagai masalah yang
biasa saja, namun ada juga yang memandang serius
masalah ini. Fenomena ini sering terjadi dalam kegiatan
belajar mengajar di sekolah atau madrasah, tetapi
jarang kita dengar masalah menyontek dibahas dalam
tingkatan atas, cukup diselesaikan oleh guru atau paling
tinggi pada tingkat pimpinan sekolah atau madrasah
itu sendiri. Sudah dimaklumi bahwa orientasi belajar
siswa-siswi di sekolah hanya untuk mendapatkan nilai
tinggi dan lulus ujian, lebih banyak kemampuan kognitif
dari afektif dan psikomotor, inilah yang membuat
mereka mengambil jalan pintas, tidak jujur dalam ujian
atau melakukan praktek menyontek (Irawati, 2008).
Lawson (dalam Amriel, 2008) mengindikasikan
bahwa siswa yang melakukan tindakan kebohongan
akademik cenderung akan berbohong di tempat kerja.
Kenyataanya, fenomena menyontek lebih serius dari
pada pandangan umum. Kompleksitas yang terungkap
dari temuan-temuan Barat tentang “kejahatan
akademis” ini juga relevan situasi di dunia pendidikan
Indonesia.
Penemuan tersebut sejalan dengan pendapat
Haryono, dkk (2001), bahwa perilaku menyontek
adalah perilaku yang jamak dijumpai dalam dunia
pendidikan. Hampir semua pelajar mengetahui atau
pernah melakukannya. Perilaku ini adalah perilaku yang
salah tetapi ada kecenderungan semakin ditolerir oleh
masyarakat kita. Masyarakat memandang bahwa
pelajar yang menyontek adalah sesuatu yang wajar.
Mengapa siswa gemar menyontek?
Pertanyaan ini memang klasik. Tapi, para guru dan
otoritas pendidikan kita sampai hari ini masih terus
garuk-garuk kepala karena belum berhasil menemukan
metode tercanggih untuk menghentikan kebiasaan
menyontek anak-anak didik.
Rendahnya rasa percaya diri bisa
menyebabkan depresi, bunuh diri, anoreksia nervosa,
delinkuensi, dan masalah penyesuaian diri lainnya.
Ketika tingkat percaya diri yang rendah berhubungan
dengan proses belajar seperti prestasi rendah, atau
kehidupan keluarga yang sulit, atau dengan kejadiankejadian
yang membuat tertekan, masalah yang muncul
dapat menjadi lebih meningkat (Santrock, 2003).
Ada hubungan negatif yang sangat signifikan
antara kepercayaan diri dengan perilaku
menyontek yang ditunjukkan dengan r sebesar -
0,425 dengan p=0,000 (p<0,01). Hal ini berarti
variabel kepercayaan diri mencakup aspek-aspek
yang ada di dalamnya dapat dijadikan sebagai
prediktor untuk memprediksi atau mengukur
perilaku menyontek. Semakin tinggi kepercayaan
diri maka semakin rendah perilaku menyontek,
dan semakin rendah kepercayaan diri maka
semakin tinggi perilaku menyontek.
Daftar pusaka
Admin. (2004). Masalah Menyontek (Cheating) di
Dunia Pendidikan. (dalam http://
www.asmi.ac.id/artikel.asp.htm/, diakses 7
Maret 2008)
Azwar, Saifuddin. (2003). Sikap Manusia Teori dan
Pengukurannya. Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Offset
Irawati, Intan. (2008). Budaya Menyontek di
Kalangan Pelajar. (dalam http://
www.kabarindonesia.com/, diakses 2 Mei 2009)
0 komentar:
Posting Komentar