Pacaran
Untuk Menikah Atau Menikah Untuk Pacaran
Meissy
Bella Sari
163104101143
Psikologi
Umum II
Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus
kehidupan manusia. Suatu tren baru muncul pada akhir abad 21 ini, terutama pada
muda‐mudi muslim. Setelah sebelumnya
muncul suatu tren menikah dini untuk mencegah perzinahan, pada akhir‐akhir ini berkembang
pula suatu mode pernikahan tanpa melalui proses pacaran. Pernikahan tanpa
pacaran ini dilakukan baik dengan pasangan pilihan sendiri maupun dengan orang
yang dijodohkan. Pernikahan dengan atau tanpa masa pacaran pasti mempunyai sisi
positif dan sisi negatifnya. Banyak pendapat, pertentangan dan perdebatan
tentang perlu tidaknya masa pacaran sebagai sebuah hubungan heteroseksual maupun
dalam hubungannya dengan pernikahan.
Munculnya hubungan pacaran dan menikah karna adanya
rasa cinta antar individu satu sama lain, menurut Abraham Maslow seorang tokoh
psikologi mengutarakan tentang cinta, ia mengatakan cinta adalah suatu proses
aktualisasi diri yang bisa membuat orang melahirkan tindakan-tindakan produktif
dan kreatif dengan cinta seseorang akan mendapatkan kebahagiaan bila mampu
membahagiakan orang yang di cintainya.
Banyak kasus tentang berpacaran yang terjadi
dikalangan remaja, tujuan mereka berpacaran pun berbeda-beda ada yang hanya
sekedar untuk memiliki status saja atau ada juga yang awalnya berkomitmen untuk
bisa melanjutkan kejenjang yang lebih serius, namun sayangnya zona pacaran
dikalangan remaja ini termasuk bebas, sehingga banyak para remaja yang terjebak
akibat pacaran. Berbeda hal nya dengan orang dewasa yang memiliki hubungan
dengan lawan jenis karna memiliki tujuan untuk melanjutkan kejenjang yang lebih
serius atau menikah, sehingga setelah menikah baru lah mereka menghabiskan
waktu berdua atau berpacaran tentunya dengan cara yang telah sah.
Setiap individu tidak bisa menghindar dari kata
cinta, dari awal individu lahir hingga sepanjang usianya kata cinta akan selalu
mengiringi kehidupannya. Namun cinta yang sehat dan baik akan membawa
kebahagiaan seutuhnya bagi setiap individu, sebaliknya cinta yang salah karna
nafsu semata akan membawa bencana sendiri bagi pelakunya. Oleh sebab itu
menikah pada usia dini juga merupakan wujud pengakuan cinta yang sehat, karna
menikah dahulu baru berpacaran bukan berpacaran terlebih dahulu baru menikah.
Daftar
Pustaka
Ardhianita iis & Andayani Budi (2008). Kepuasan
Pernikahan Ditinjau dari Berpacaran dan Tidak Berpacaran. Jurnal Psikologi, 32(2), 101-111
Budiman,
A. S. A. (1999). Hubungan antara Berpikir Positif dan Kepuasan Pernikahan. Skripsi
(Tidak Diterbitkan) Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.
0 komentar:
Posting Komentar