BELAJAR KEBERMAKNAAN
HIDUP DENGAN ODGJ
NURUL WIDIASTONI
163104101152
PSIKOLOGI UMUM II
FAKULTAS PSIKOLOGI UP 45
ODGJ (Orang
Dengan Gangguan Jiwa) begitulah kita di haruskan menyebutnya, kita tidak boleh
mengatakan gila atau edan kepada mereka. Di karenakan manusia adalah
satu-satunya mahluk yang mempunyai harkat dan martabat yang tinggi. Begitu
banyak orang-orang di sekitar kita yang sakit secara fisik seperti struk,
kanker, diabetes dan penyakit lainnya, akan tetapi juga banyak pula orang-orang
yang sakit secara jiwa yaitu gangguan pada kejiwaan seperti waham, gangguan
persepsi dsbnya. Gangguan itu tidak
hanya membahayakan dirinya saja tetapi juga membahayakan terhadap orang lain.
Sehingga terjadi ketidak keseimbangan hidup yang mereka jalani. Di saat seperti
itu sudah terjadi Maka Rumah Sakit Jiwa lah menjadi tempat rujukan bagi mereka.
Rumah Sakit Jiwa merupakan tempat untuk menyembuhkan minimal mengurangi
gangguan jiwa tesebut.
Pada hari
kamis , tepatnya 13 April 2017 mahasiswa UP 45 dari fakultas Psikologi
melakukan kujungan ke RSJ GRHASIA. Ini merupakan peluang yang bagus bagi
mahasiswa untuk menerapkan ilmunya yang telah di dapat ketika di kampus. Tidak
hanya itu mahasiswa juga bisa mengenal lebih jauh tentang ODGJ. RSJ GRHASIA
terletak di Jl Kaliurang KM 17,5 Pakembinangun, Pakem. Rumah sakit ini telah
berdiri sejak zaman kolonial Belanda dan telah mengalami beberapa kali
penggantian nama.
Ketika
melakukan kunjungan ke bangsal, khususnya Wisma Nakula. Ada salah satu ODGJ yang
menarik perhatian saya adalah Bpk Rohman,beliau adalah pasien yang berasal dari
Bantul. Beliau mengalami waham. Menurut pengamatan saya beliau sangatlah baik,
ramah, dan sopan. Yang namanya ODGJ tentunya juga tidak sadar akan yang di
ucapkanya. Beliau banyak cerita tentang arti kehidupan meskipun tidak
realistik. Beliau orangnya mudah akrab dengan orang baru dan suka senyum.
Kata-kata beliau yang masih saya ingat adalah 5 S yang berarti, senyum,
sapa,salam, sopan, dan santun. Hal ini membuat saya lebih tergerak untuk
menjalani kehidupan yang lebih baik.
Dari kunjungan
tersebut begitu banyak pengalaman baru yang saya dapatkan. Pengalaman berharga
yang tak akan bisa terlupakan. Saya mendapatkan banyak ilmu baru, yang meliputi
keyakinan akan ilmu yang sudah saya peroleh. Saya bisa mengetahui peran Psikolog
di Rumah Sakit Jiwa, intervensi psikologis, anamnesis, gangguan waham , ilusi
dsbnya termasuk istilah-istilah psikologis lainnya. Saya juga bisa lebih
mengenal lebih dekat ODGJ yang selama ini banyak orang yang memandang mereka
sebelah mata. Berdasarkan pengalaman saya di desa saya yang banyak ODGJ yang di
sebabkan oleh memang murni gangguan jiwa atau karena belajar ilmu ghoib.
Kebanyakan masyarakat umum membenci mereka dan menjadikan mereka bahan ejekan
sana-sini. Dan kurangnya pelayanan kesehatan jiwa di desa-desa.
Saya
beranggapan bahwa mereka (ODGJ) adalah orang yang membutuhkan kita semua.
Mereka tidaklah bersalah dan mengapa kita biarkan mereka begitu saja. Kita
menjauh dan menjaga jarak dari mereka. Mereka sama dengan orang yang sakit
secara fisik butuh pertolongan dan dukungan. Kita harus memperlakukan mereka
sama dengan orang yang sakit secara fisik. Jangan ada diskriminasi di antara
mereka.
Dari pemberian
materi mengenai ODGJ sampai melakukan kunjungan ke bangsal-bangsal, hingga di
akhiri dengan diskusi dan sampai saat ini.
Saya sangat merasa kasihan dan empati terhadap mereka. Saya mendapatkan
sebuah makna yang besar dalam menjalani kehidupan. Di dalam menjalani kehidupan
ini memang sangat berat sekali. Banyak rintangan dan hambatan yang menghadang.
Siapa yang kuat maka dialah yang akan
menang. Saya masih terbayang-bayang wajah mereka, yang di perlihatkan dengan
tingkah laku yang aneh,gak jelas,dan omongan-omongan mereka yang ngelantur.
Oleh kerena itu marilah kita syukuri hidup ini agar Yang Maha Kuasa memberikan
kesehatan fisik dan jiwa kepada kita. amin yra.
Keinginan saya
selanjutnya adalah adanya pelayanan kesehatan jiwa atau RSJ yang ada di
pelosok-pelosok desa. Karena saat ini banyak ODGJ yang ada di desa, yang jauh
dari fasilitas perkotaan yang cukup memadai. ODGJ di desa cenderung di biarkan
begitu saja oleh keluarga mereka entah karena kekurangan biaya atau karena
pemahaman yang sedikit akan penyakit jiwa. Mereka di biarkan begitu saja hingga
bertahun-tahun tanpa ada upaya penyembuhan. Dari hal ini juga di perlukan
sekali sosialisai kepada masyarakat desa mengenai pentingnya penyembuhan
terhadap ODGJ. Sehingga ODGJ akan semakin berkurang.
0 komentar:
Posting Komentar